Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di salah satu tempat yang gelap karena waktu menunjukan keadan malam, seorang pemuda berlari mengejar sebuah benda yang melayang di udara. “Sial apa lagi yang ingin pedang bodoh ini lakukan kali ini?” tanya pemuda itu berlari dengan susah payah. Surya baru saja melawan orang mencurigakan, namun setelah mayatnya diserap oleh pedang itu, benda mistis itu masih saja tidak puas dengan melayang cukup cepat di udara. Surya yang melihat hal ini hanya bisa bersumpah untuk mengurung pedang itu setelah dia pulang. Sementara itu anjing-anjing yang melihat Surya pergi ke satu arah sebagian mulai mengikutinya. Mereka tampak penasaran apa yang dilakukan tuan baru mereka. Setelah beberapa saat berlari, Surya akhirnya sampai di satu sudut yang memiliki banyak pohon disekitarnya. “Mau sampai kapan pedang bodoh ini terus pergi?” Saat itu Surya bisa melihat pedang itu bergerak menuju ke salah satu pohon yang tampak biasa di tempat itu. Dia hanya bisa berpikir dalam hati. “Apa bagusnya pohon itu?
Seorang pemuda berlari menuju arah yang tak menentu Ketika dia terus merubah jalur pelariannya. Sosok itu terus berlari mengikuti benda terbang di udara yang terlihat cukup mistis. Adegan itu seperti cerita-cerita horor yang sulit untuk dipercaya. “Ahhh sampai kapan aku harus berlari?” tanya Surya kesal. Pemuda itu telah lama berlari mengejar pedangnya. Meskipun dia sangat berkonflik dengan ini, Surya masih saja mengejarnya bersama setengah dari kelompok anjingnya. Karena tidak ingin ini terus berlanjut, Surya mulai berpikir keras akan satu hal. Setelah beberapa saat Surya berpikir, dia akhirnya menemukan jalan keluar dari masalah ini. Surya pun menoleh ke arah kelompok anjingnya dengan tatapan berarti. Seolah telah diperintahkan dengan suara jelas, kelompok anjing itu mulai mempercepat lari mereka menuju ke satu arah. “Mari kita lihat kemana kau akan pergi.” Surya berkata dengan percaya diri. Saat itu juga Surya dan kelompoknya mengepung area sekitaran pedang Pralaya. Seolah
Di hutan yang cukup rimbun dihiasi dengan berbagai jenis pohon, seorang pemuda bergerak menuju satu arah dengan mantap bersama kelompok anjingnya. Pemuda itu tampak serius Ketika melihat ke tanah Ketika mencari satu hal. Menghirup... “Ya dia ada di sini” kata Surya percaya. Dengan itu Surya mulai menyusuri jalan setapak. Saat Surya berjalan, dia dengan sangat fokus melihat ke segala arah. dia tampak tidak ingin meninggalkan satu detail sedikitpun dari perhatiannya. Setelah merasakan bahwa dia telah berada di tempat yang tepat, Surya tanpa basa basi langsung membelah ke arah kanan. “Swoosh!” Dengan tebasan itu pohon yang ada di dekatnya mulai tumbang dengan potongan yang sangat bersih. Surya kemudian berjalan ke arah pohon lain, kemudian dia menebas kekiri di mana sebuah pohon berdiri. Dengan lambaian pedang Surya, pohon itu terbelah dengan rapi seperti pohon sebelumnya. ... “Apa yang sedang dia lakukan?” sosok cicak bertanya dalam hati. Dia bisa melihat Surya dari kejauhan.
Di salah satu tempat cukup gelap namun rimbun akan pohon-pohon, seorang pemuda tengah melihat ke satu arah dengan tatapan tertarik. Tapi meskipun begitu, dia kelihatannya sungguh lelah ketika dia duduk dengan lemas menatap fenomena itu. “Sihhh kapan ini akan selesai,” kata Surya ke arah sosok yang ada di hadapannya. Seolah mengerti apa yang dikatakan pihak lain, pedang itu mulai bergetar dengan hebat tanda tidak senang. Dengan ini Surya hanya bisa dengan sabar melihat pedang anehnya itu menyerap tubuh pihak lain. Setelah waktu yang tidak terlalu lama, tubuh kurus dan pucat yang tergeletak dengan buruk di tanah akhirnya menghilang. Sosok itu lenyap diserap Pralaya seolah sosok itu tidak pernah ada di tempat itu sebelumnya. Dengan ini Surya mulai bertanya ke arah pihak lain. “Apakah sudah selesai?” tanya Surya dengan antisipasi. Seolah mengerti apa yang dipertanyakan Surya, pedang itu mulai menggerakkan tubuhnya dengan pasti. Melihat respon pihak lain, Surya hanya bisa menjadi le
Di dalam sebuah gua yang lembab dan pengap, tampak seorang pemuda dengan gusar menuju ke satu arah. sosok itu kemudian berjalan beberapa detik hingga sampai di sebuah batu besar yang tampak berat. Tanpa pikir panjang, sosok itu langsung saja mengangkat batu yang ada di hadapannya. Dengan begitu, batu besar itu mulai terangkat perlahan di udara. Debu di sekitaran batu yang sudah sedikit mengeras akhirnya hancur menjadi gumpalan pasir. Saat itu lah Surya bisa melihat hal yang ada di bawah batu itu dengan jelas. Setelah Surya melihat bahwa apa yang dia khawatirkan hilang masih tersimpan rapi di tempat it, pemuda itu hanya bisa bernafas lega. “Ahhh untung saja aku menyembunyikannya di sini.” Dengan begitu Surya meletakan batu yang sedang diangkatnya itu ke arah lain disisi yang tidak terlalu jauh. Setelah meletakan batu itu, Surya mulai berjalan ke arah di mana batu itu berada sebelumnya. Dengan sangat bersemangat, Surya mulai mengambil sebuah peti kayu yang terbenam di dalam tanah.
Sebuah gua yang lembab kini cukup sesak dengan adanya satu manusia dan beberapa anjing. Mereka semua terlihat menatap ke satu arah yang sama. Tatapan mereka itu mengarah ke sebuah benda yang ada di tangan seorang pemuda yang berada di atas batu. Sosok pemuda yang ada di atas batu itu tidak lain adalah Surya, dia entah mengapa begitu senang Ketika melihat hal yang ada di genggamannya sekarang. Benda yang sedang di genggamnya itu adalah sebuah buku yang terlihat cukup tua dan lusuh. Ada tulisan aneh yang jelas terpampang di sampul buku lama yang kekuningan itu. Meskipun tidak jelas dengan apa yang tertulis di sampul buku, namun Surya tampak paham tentang garis besar yang ingin disampaikan buku itu. Dengan perasaan yang berbunga-bunga, Surya mulai membaca buku itu selama beberapa saat. “Hahahaha aku sekali lagi berterima kasih kepada orang-orang itu. jika mungkin, aku harus menemukan orang baik mana yang telah mengirimkan situasi ini kepada ku,” kata Surya dengan sangat Bahagia. Bag
Di dalam sebuah gua yang ada di sekitaran area gunung Agung, tampak rembesan cahaya mulai tumpah keluar mulut gua. Sementara itu sosok pemuda yang sedang duduk bersila di atas batu menyipitkan matanya karena silau akibat cahaya yang dipancarkan benda yang kini berada di genggamannya. “Ahhh apa yang terjadi?” tanya Surya bingung. Meskipun Surya sudah kewalahan dengan cahaya itu, namun benda aneh yang ada di tangannya tidak menunjukan tanda untuk berhenti mengeluarkan cahaya. Dengan begitu Surya hendak melakukan Sesuatu agar bisa menutup matanya yang cukup tidak nyaman dengan cahaya itu. Namun sebelum Surya bisa beranjak untuk mencari Sesuatu, benda yang ada di tangannya tiba-tiba menghilang entah kemana. Kini apa yang ada di tangan Surya hanya ketiadaan. Lagi-lagi Surya bingung dengan apa yang dialaminya. Tampak bingung, Surya mulai menoleh kekanan dan kekiri untuk melihat apakah benda itu bersembunyi di satu tempat. Namun yang Surya dapatkan hanyalah tatapan heran anjing-anjingny
Di sebuah gua yang monoton, terlihat seorang pemuda terlihat gila entah tengah melakukan apa. Dia terlihat begitu panik dengan wajah biru yang di hiasi dengan butiran keringat yang membasahi kening dan lehernya. Semetara sosok Surya berubah menjadi jelek begitu buruk, anjing yang telah lama memperhatikan pemuda itu hanya bisa bingung. Mereka jelas melihat majikannya menjadi orang gila, namun mereka tidak tahu apa penyebabnya dan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Dengan itu mereka hanya bisa menatap ke arah Surya dengan seksama. Sementar tubuh fisik surya terlihat begitu buruk, kesadaran surya malah telah pindah ke satu tempat yang cukup aneh. dia entah bagaimana telah terjebak di dalam sebuah ruangan dengan dinding gerabah yang berwarna gelap. Hal yang dilihat Surya adalah sejumlah besar kata-kata dengan aksara yang sama dengan bahasa yang dipelajari sebelumnya. Sebelumnya Surya hanya membacakan sebuah kalimat yang tidak begitu spesial, namun karena kalimat itu lah Sury
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga