Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di sebuah gua yang monoton, terlihat seorang pemuda terlihat gila entah tengah melakukan apa. Dia terlihat begitu panik dengan wajah biru yang di hiasi dengan butiran keringat yang membasahi kening dan lehernya. Semetara sosok Surya berubah menjadi jelek begitu buruk, anjing yang telah lama memperhatikan pemuda itu hanya bisa bingung. Mereka jelas melihat majikannya menjadi orang gila, namun mereka tidak tahu apa penyebabnya dan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Dengan itu mereka hanya bisa menatap ke arah Surya dengan seksama. Sementar tubuh fisik surya terlihat begitu buruk, kesadaran surya malah telah pindah ke satu tempat yang cukup aneh. dia entah bagaimana telah terjebak di dalam sebuah ruangan dengan dinding gerabah yang berwarna gelap. Hal yang dilihat Surya adalah sejumlah besar kata-kata dengan aksara yang sama dengan bahasa yang dipelajari sebelumnya. Sebelumnya Surya hanya membacakan sebuah kalimat yang tidak begitu spesial, namun karena kalimat itu lah Sury
Di sebuah ruangan dengan dinding gelap kuno, kesunyian merembes area itu dengan sangat dingin. Perasaan yang ada tempat itu entah mengapa begitu mencekam. Ada sebuah sosok yang tampak tertimbun benda hitam yang mistis. Itu tidak lain adalah tubuh Surya. Ukiran yang telah lama mengerubungi tubuhnya mulai mendobrak masuk ke dalam dirinya. Entah itu memaksa masuk melalui lubang mulut, telinga, hidung, bahkan pori-pori terkecil Surya juga terpaksa mengalami pelecehan oleh ukiran aneh itu. Waktu berjalan cukup lama Ketika ukiran itu memaksa masuk tubuh Surya. dengan begitu Surya hanya bisa pasrah merasakan sakit yang teramat pedih dalam jangka waktu yang cukup lama. Setelah beberapa saat, ukiran yang telah lama mengerubungi Surya seperti semut mengerubungi gula mulai menghilang dari pandangan. Jelas itu telah masuk ke dalam tubuh Surya tapi entah masuk ke bagian mana. Saat itu juga Surya akhirnya bisa bernafas dengan benar. Setelah itu Surya tersadar dari rasa sakitnya kemudian meliha
Di sebuah gua yang gelap. Tampak seorang mencurigakan masuk ke dalam mulut gua. Surya yang melihat hal ini dengan marah mulai menerjang di udara. Sementara itu, sosok yang melihat terjangan Surya hanya bisa menunjukan ekspresi negeri. “Monster balang!” teriaknya ketakutan. Surya yang tengah mengudara berhenti sebentar Ketika melihat wajah yang akrab di hadapannya. “Pemuda ini?” Dengan itu Surya mulai memposisikan dirinya untuk berhenti menerjang dan melihat ke arah sosok itu dengan tatapan tajam. Setelah melihat cukup lama, Surya sekarang yakin bahwa dia tidak salah orang. Dengan itu Surya mulai bertanya. “Mengapa kau datang ke gua ku?” Surya bertanya dengan dingin. “I-ini,” masih ragu harus menjawab apa. “Jawab!” tegas Surya. “A-ah baiklah, aku ke sini berniat untuk menjaga gua ini.” katanya dengan pelan. “Menjaga? Apanya yang kau jaga?” tanya Surya masih tidak percaya. “Aku sungguh berjaga, pada waktu itu aku mencarimu di bengkel datuk merah, namun kau tidak ada. Dengan i
Langit masih terlihat gelap Ketika seorang pemuda tengah berendam di dalam sungai dingin yang ada di area gunung Agung. “Brrrr, sungguh menyegarkan. Aku sudah lama tidak merasakan hal ini,” teriak pemuda itu dengan sangat puas. Entah apa pemikiran pemuda itu berenang di sungai yang ada di dataran tinggi saat pagi-pagi buta seperti ini. bukannya menggigil, dia malah terlihat memerah setelah disiram dengan air hangat yang sangat nyaman. Sosok pemuda itu kemudian mulai berenang ke tengah yang merupakan area dengan dasar yang cukup dalam. Setelah itu, Surya mulai menenggelamkan dirinya ke dasar sungai yang dingin dan gelap itu. seolah orang yang tengah bermeditasi, pemuda itu duduk dengan keadaan bersila. Saat sudah berada di dasar sungai, sosok pemuda yang duduk dalam posisi lotus itu mulai menenangkan seluruh tubuhnya. Dia kemudian menutup matanya dengan tampilan yang begitu khusyuk. Pemuda itu terduduk dengan sangat sunyi dan damai seolah dia adalah petapa yang bersih dari dosa
Di salah satu gua yang ada di area gunung Agung, seorang pemuda berjalan ke satu arah dengan sedikit tidak semangat. “Heyy kalian bisa melakukan apa saja di sekitaran gunung ini, tapi jangan lakukan hal yang merugikan orang-orang desa,” kata Surya ke arah sekelompok anjing yang ada di hadapannya. Seolah mengerti apa yang disampaikan Surya, anjing-anjing itu mulai menggonggong dengan girang. Dengan ini Surya menjadi sedikit puas. Setelah menyiapkan segalanya, Surya mulai berjalan keluar dari gua. Hari ini setelah dirinya merusak sungai sekali lagi, Surya langsung berbenah untuk datang ke bengkel datuk merah. Dia sudah tidak sabar untuk melanjutkan pelatihannya yang tertunda. “Huft baiklah, aku harus menjernihkan pikiran ku.” Surya berkata dengan tekad. Dengan itu dia tidak lagi memikirkan apa yang telah terjadi tadi pagi. Setelah beberapa waktu berjalan, Surya akhirnya sampai ke gerbang kota Dataran Tinggi. dia dengan sangat senang melihat ke kanan dan ke kiri. Kota itu sungguh
Di sebuah bengkel yang pandai besi yang ada di kota Dataran tinggi, seorang pemuda tengah melihat kakek yang cukup bungkuk sedang menempa sebuah besi panas di tangannya. Surya yang berdiri itu sebenarnya sudah datang beberapa saat yang lalu, namun pihak lain tampak begitu khusyuk dalam penempaan-nya. Dengan begini Surya hanya bisa menunggu dan melihat ke arah sosok itu dengan seksama. “Ya setidaknya ini bisa dikatakan sebagai proses aku belajar,” katanya dengan beralasan. Setelah menunggu cukup lama, kakek itu akhirnya selesai dengan penempaan-nya. Seolah merasakan kehadiran sosok asing, kakek tua itu melihat ke arah Surya dengan tatapan sinis. Namun seolah besi panas yang telah diberi air dingin, ekspresi kaku di wajah kakek itu mulai sedikit melunak. “Heyy Surya, sudah berapa lama kau di situ?” “Tidak lama, aku baru saja datang datuk.” “Ohhh baiklah, segeralah menempa,” kata kakek itu sembari mengemasi peralatannya. Namun Surya yang mendengar hal itu malah berkata lain. “Da
“Arghhhhhhh” Suara yang begitu nyaring terdengar di area sekeliling bengkel milik datuk merah. Bengkel itu kini terlihat lebih hidup dari biasanya. Dengan sejumlah besar asap putih mulai keluar dari setiap bolongan yang ada, membuat bengkel itu seperti sedang mengalami kebakaran. Namun setelah beberapa saat, bengkel itu tidak pernah menunjukan lidah api yang menyala sedikitpun. Jelas bengkel itu tidak mengalami kebakaran atau semacamnya. Yang terlihat di dalam bengkel itu adalah dua orang yang sedang duduk dalam posisi lotus. Yang satu adalah seorang kakek yang duduk sembari meletakan tangannya di punggung pihak lain. Sementara itu di depannya ada seorang pemuda yang tengah duduk dengan susah payah seolah ada paku di pantatnya. “Arghhhhh, ini sakit,” kata sosok pemuda itu saat mengatupkan giginya dengan sangat. Pemuda itu tidak lain adalah Surya. dia baru saja akan diberikan benih oleh guru keduanya setelah berhasil menggunakan penstabil benih. Namun alangkah terkejutnya dia keti
Di ruang titik benih milik Surya, tampak cacing api sedang berlari ke segala arah dengan semangat menggunakan tubuhnya yang panjang namun kecil. Sementara itu Surya yang melihat hal itu hanya bisa berharap pada satu hal, yaitu teko miliknya. Teko gerabah berwarna gelap itu mulai mendekati benih itu dengan tidak kalah semangat. Saat teko mulai mendekat, cacing api sama sekali tidak curiga bahwa pihak lain mengincarnya. Karena jelas selama masuk ke tubuh Surya dia belum pernah menemukan sosok yang mengancam. Cacing itu seolah berpikir bahwa semua hal yang ada di tempat itu hanyalah mainan. Melihat perilaku cacing api yang tidak bermusuhan itu, teko gerabah mulai membuka tutupnya dengan perlahan. Melihat anomali ini, cacing api sedikit penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dengan itu dia mulai mendekat ke arah teko dengan gestur penasaran. Teko masih saja tenang seperti sebelumnya, jelas dia sangat ahli di bidang ini. Surya yang melihat hal ini hanya bisa sedikit bersyukur