Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di salah satu gua yang ada di area gunung Agung, seorang pemuda berjalan ke satu arah dengan sedikit tidak semangat. “Heyy kalian bisa melakukan apa saja di sekitaran gunung ini, tapi jangan lakukan hal yang merugikan orang-orang desa,” kata Surya ke arah sekelompok anjing yang ada di hadapannya. Seolah mengerti apa yang disampaikan Surya, anjing-anjing itu mulai menggonggong dengan girang. Dengan ini Surya menjadi sedikit puas. Setelah menyiapkan segalanya, Surya mulai berjalan keluar dari gua. Hari ini setelah dirinya merusak sungai sekali lagi, Surya langsung berbenah untuk datang ke bengkel datuk merah. Dia sudah tidak sabar untuk melanjutkan pelatihannya yang tertunda. “Huft baiklah, aku harus menjernihkan pikiran ku.” Surya berkata dengan tekad. Dengan itu dia tidak lagi memikirkan apa yang telah terjadi tadi pagi. Setelah beberapa waktu berjalan, Surya akhirnya sampai ke gerbang kota Dataran Tinggi. dia dengan sangat senang melihat ke kanan dan ke kiri. Kota itu sungguh
Di sebuah bengkel yang pandai besi yang ada di kota Dataran tinggi, seorang pemuda tengah melihat kakek yang cukup bungkuk sedang menempa sebuah besi panas di tangannya. Surya yang berdiri itu sebenarnya sudah datang beberapa saat yang lalu, namun pihak lain tampak begitu khusyuk dalam penempaan-nya. Dengan begini Surya hanya bisa menunggu dan melihat ke arah sosok itu dengan seksama. “Ya setidaknya ini bisa dikatakan sebagai proses aku belajar,” katanya dengan beralasan. Setelah menunggu cukup lama, kakek itu akhirnya selesai dengan penempaan-nya. Seolah merasakan kehadiran sosok asing, kakek tua itu melihat ke arah Surya dengan tatapan sinis. Namun seolah besi panas yang telah diberi air dingin, ekspresi kaku di wajah kakek itu mulai sedikit melunak. “Heyy Surya, sudah berapa lama kau di situ?” “Tidak lama, aku baru saja datang datuk.” “Ohhh baiklah, segeralah menempa,” kata kakek itu sembari mengemasi peralatannya. Namun Surya yang mendengar hal itu malah berkata lain. “Da
“Arghhhhhhh” Suara yang begitu nyaring terdengar di area sekeliling bengkel milik datuk merah. Bengkel itu kini terlihat lebih hidup dari biasanya. Dengan sejumlah besar asap putih mulai keluar dari setiap bolongan yang ada, membuat bengkel itu seperti sedang mengalami kebakaran. Namun setelah beberapa saat, bengkel itu tidak pernah menunjukan lidah api yang menyala sedikitpun. Jelas bengkel itu tidak mengalami kebakaran atau semacamnya. Yang terlihat di dalam bengkel itu adalah dua orang yang sedang duduk dalam posisi lotus. Yang satu adalah seorang kakek yang duduk sembari meletakan tangannya di punggung pihak lain. Sementara itu di depannya ada seorang pemuda yang tengah duduk dengan susah payah seolah ada paku di pantatnya. “Arghhhhh, ini sakit,” kata sosok pemuda itu saat mengatupkan giginya dengan sangat. Pemuda itu tidak lain adalah Surya. dia baru saja akan diberikan benih oleh guru keduanya setelah berhasil menggunakan penstabil benih. Namun alangkah terkejutnya dia keti
Di ruang titik benih milik Surya, tampak cacing api sedang berlari ke segala arah dengan semangat menggunakan tubuhnya yang panjang namun kecil. Sementara itu Surya yang melihat hal itu hanya bisa berharap pada satu hal, yaitu teko miliknya. Teko gerabah berwarna gelap itu mulai mendekati benih itu dengan tidak kalah semangat. Saat teko mulai mendekat, cacing api sama sekali tidak curiga bahwa pihak lain mengincarnya. Karena jelas selama masuk ke tubuh Surya dia belum pernah menemukan sosok yang mengancam. Cacing itu seolah berpikir bahwa semua hal yang ada di tempat itu hanyalah mainan. Melihat perilaku cacing api yang tidak bermusuhan itu, teko gerabah mulai membuka tutupnya dengan perlahan. Melihat anomali ini, cacing api sedikit penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dengan itu dia mulai mendekat ke arah teko dengan gestur penasaran. Teko masih saja tenang seperti sebelumnya, jelas dia sangat ahli di bidang ini. Surya yang melihat hal ini hanya bisa sedikit bersyukur
Di salah satu ruangan yang ada di bengkel datuk merah, tampak seorang pemuda menggeliat dengan sangat buruk. Sekelilingnya begitu basah saat air keringatnya membanjiri tanah di sekitar. Sosok itu tidak lain Surya yang tengah berusaha untuk memiliki dua benih bela diri di dalam tubuhnya. “Arghhhh, sial!” “Aku harus segera membaca ukiran itu!” teriak Surya dengan bertekad. Dengan itu Surya mulai memfokuskan dirinya untuk bisa melihat ke dalam pikirannya. Setelah beberapa waktu yang susah payah, Surya akhirnya melihat suatu benda yang akrab. Benda itu tidak lain adalah ukiran di dinding teko sebelumnya yang telah masuk ke dalam tubuh Surya. Melihat hal ini Surya langsung saja membacanya dengan cepat mencari sesuatu. Setelah dengan susah payah mengkonsentrasikan dirinya meski menderita sakit yang begitu dahsyat di akibatkan keuda benihnya yang bertabrakan, Surya akhirnya menemukan titik terang. Dia mulai melihat ke sebuah tempat dan menggumamkan satu hal. “Ajian teko panas dingin!
“Ahhh sial apakah ini penipuan?” teriak seorang pemuda sembari menatap ke arah tangannya. Pemuda itu tidak lain adalah Surya, dia baru saja selesai dengan semua rasa sakit untuk menanam benih keduanya. Namun yang membuatnya jengkel adalah benih api yang baru saja dia tanam tidak sesuai dengan ekspektasinya. “Sial dimana semua panas mistis yang aku lihat waktu itu?” tanya Surya dengan mengutuk. Jelas Surya ingat saat terakhir kali datuk merah memamerkan kebolehan api ini saat sedang menempa sebuah benda. Namun kini api yang ada di hadapannya hanyalah api kecil yang biasa. “Argh sialan!” Surya menjadi geram setelah mengingat rasa sakit yang dialaminya sebelumnya. Namun meskipun begitu, Surya terus saja berusaha untuk mengeluarkan api mistis itu bagaimanapun caranya. Namun setelah lama mencoba, sepertinya ini benar-benar takdir Surya. dia hanya bisa kelelahan sebelum bisa mendapatkan api mistis yang dia inginkan. Dengan itu Surya gusar dan mulai kejang-kejang mengekspresikan ketid
Di sebuah area hutan yang ada di sekitaran gunung Agung, tampak seorang pemuda tengah berjalan sembari memegang dagunya. Pemuda itu tidak lain adalah Surya. dia tampaknya begitu banyak berpikir kali ini. Dia bahkan masih bisa berjalan dengan santai menuju gua-nya meski langit saat ini sudah sangat gelap. “Aku tidak habis pikir bahwa hal yang tadi aku lihat adalah kebenaran,” kata Surya dengan penuh pemikiran. Pemuda itu baru saja pulang dari bengkel datuk merah. Dari terang hingga gelap seperti ini, Surya hanya melakukan satu hal di bengkel datuk merah. Yaitu menanam benih keduanya. Pada awalnya dia berpikir bahwa dia telah ditipu oleh pihak lain karena benihnya begitu cacat. Namun setelah penjelasan dan demonstrasi yang ditunjukkan oleh datuk merah, Surya akhirnya percaya bahwa dialah yang tidak bisa menerima kebesaran dunia ini. Lagi-lagi Surya teringat tentang perkataan guru pertamanya sebelum pergi. “Alam takambang manjadi guru...” Memikirkan hal ini Surya hanya bisa berta
Di sebuah area yang kacau dan juga sedikit becek, terlihat selusin orang tengah terkejut Ketika melihat apa yang ada di hadapan mereka. “I-ini apa maksudnya monster balang?” tanya Rizal waspada. Jelas Rizal takut Surya akan melakukan hal yang aneh. Pemuda itu merasa tidak baik Ketika mengingat tatapan Surya terakhir kali saat memintanya untuk mengumpulkan orang-orang. “Apakah dia ingin menjadikan kami karung tinju?” curiga Rizal dalam hati. Sementara itu, Surya yang mendengar pertanyaan Rizal hanya bisa tersenyum penuh arti. Di hari sebelumnya, dia memikirkan untuk melatih orang-orang ini untuk bisa menjaga gunung dan juga datuk merah Ketika dia pergi. Dengan itu Surya tidak lagi khawatir. Di tambah, Surya juga memiliki sekelompok anjing yang cakap bersamanya. Akan sia-sia jika dia tidak memanfaatkan mereka. Di sisi lain, sebuah kebetulan datang. Sungai yang hancur karenanya jelas harus diperbaiki. Namun Surya jelas tidak ingin direpotkan dengan hal itu sekarang. Dengan itu Sury
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga