Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
“Ahhh sial apakah ini penipuan?” teriak seorang pemuda sembari menatap ke arah tangannya. Pemuda itu tidak lain adalah Surya, dia baru saja selesai dengan semua rasa sakit untuk menanam benih keduanya. Namun yang membuatnya jengkel adalah benih api yang baru saja dia tanam tidak sesuai dengan ekspektasinya. “Sial dimana semua panas mistis yang aku lihat waktu itu?” tanya Surya dengan mengutuk. Jelas Surya ingat saat terakhir kali datuk merah memamerkan kebolehan api ini saat sedang menempa sebuah benda. Namun kini api yang ada di hadapannya hanyalah api kecil yang biasa. “Argh sialan!” Surya menjadi geram setelah mengingat rasa sakit yang dialaminya sebelumnya. Namun meskipun begitu, Surya terus saja berusaha untuk mengeluarkan api mistis itu bagaimanapun caranya. Namun setelah lama mencoba, sepertinya ini benar-benar takdir Surya. dia hanya bisa kelelahan sebelum bisa mendapatkan api mistis yang dia inginkan. Dengan itu Surya gusar dan mulai kejang-kejang mengekspresikan ketid
Di sebuah area hutan yang ada di sekitaran gunung Agung, tampak seorang pemuda tengah berjalan sembari memegang dagunya. Pemuda itu tidak lain adalah Surya. dia tampaknya begitu banyak berpikir kali ini. Dia bahkan masih bisa berjalan dengan santai menuju gua-nya meski langit saat ini sudah sangat gelap. “Aku tidak habis pikir bahwa hal yang tadi aku lihat adalah kebenaran,” kata Surya dengan penuh pemikiran. Pemuda itu baru saja pulang dari bengkel datuk merah. Dari terang hingga gelap seperti ini, Surya hanya melakukan satu hal di bengkel datuk merah. Yaitu menanam benih keduanya. Pada awalnya dia berpikir bahwa dia telah ditipu oleh pihak lain karena benihnya begitu cacat. Namun setelah penjelasan dan demonstrasi yang ditunjukkan oleh datuk merah, Surya akhirnya percaya bahwa dialah yang tidak bisa menerima kebesaran dunia ini. Lagi-lagi Surya teringat tentang perkataan guru pertamanya sebelum pergi. “Alam takambang manjadi guru...” Memikirkan hal ini Surya hanya bisa berta
Di sebuah area yang kacau dan juga sedikit becek, terlihat selusin orang tengah terkejut Ketika melihat apa yang ada di hadapan mereka. “I-ini apa maksudnya monster balang?” tanya Rizal waspada. Jelas Rizal takut Surya akan melakukan hal yang aneh. Pemuda itu merasa tidak baik Ketika mengingat tatapan Surya terakhir kali saat memintanya untuk mengumpulkan orang-orang. “Apakah dia ingin menjadikan kami karung tinju?” curiga Rizal dalam hati. Sementara itu, Surya yang mendengar pertanyaan Rizal hanya bisa tersenyum penuh arti. Di hari sebelumnya, dia memikirkan untuk melatih orang-orang ini untuk bisa menjaga gunung dan juga datuk merah Ketika dia pergi. Dengan itu Surya tidak lagi khawatir. Di tambah, Surya juga memiliki sekelompok anjing yang cakap bersamanya. Akan sia-sia jika dia tidak memanfaatkan mereka. Di sisi lain, sebuah kebetulan datang. Sungai yang hancur karenanya jelas harus diperbaiki. Namun Surya jelas tidak ingin direpotkan dengan hal itu sekarang. Dengan itu Sury
Di sebuah area yang kacau, tampak selusin pemuda tengah bermain lumpur dengan wajah ceria. “Sial, apakah begini melakukan pelatihan?” “Ya benar, meskipun aku tidak tahu bagaimana perguruan lain melatih muridnya, jelas ini adalah metode paling bodoh yang pernah aku tahu.” Kata yang lain sedikit emosi. “Tampaknya kita benar-benar terjebak kali ini,” balas yang lain dengan pasrah. Sementara itu, Rizal yang telah menjadi penentu keputusan hanya bisa terus diam tanpa berkata apa-apa. Jelas dia sama tidak terimanya seperti kelompok pemuda yang lain, tapi entah mengapa dia merasa bahwa ini adalah keputusan yang tepat untuk mengikuti Surya meskipun dia tidak tahu mengapa. Dengan begitu Rizal hanya melanjutkan perbaikan sungai yang dia dan teman-temannya lakukan. “Heyy hey jangan melempar,” “Hahaha dasar bodoh coba serang aku.” Dengan itu pemuda lain dengan semangat melempar ke arah sosok yang menantang. “Ahh sial tidak kena!” keluh sosok itu. “Hahah dasar lemah.” Sosok menantang itu
Di sebuah area yang ada di dekat bengkel datuk merah. Tampak seorang remaja tengah melakukan senam dengan cukup susah payah. Butiran keringat mulai bercucuran di tubuh pemuda itu ketika dia terlihat tengah berlatih senam yang berfokus pada aspek peregangan tubuh. “Arghhhh sial! Ini lebih sulit dari terakhir kali.” Surya mengeluh dengan banyak. Namun meskipun begitu Surya terus saja melakukan gerakan set yang ada di buku itu hingga tuntas meski memakan waktu yang lama. Di dalam set kali ini hanya terdiri delapan gerakan tidak seperti set sebelumnya yang memiliki jumlah gerakan yang lebih banyak. Namun meskipun terlihat memiliki gerakan yang lebih sedikit, namun set kali ini lebih susah dari set terakhir kali. Set terakhir kali menurut pandangan Surya adalah proses menempa dalam artian sebenarnya. Tubuhnya akan dibuat menjadi sekokoh mungkin untuk tahan dalam benturan. Namun untuk bab kali ini, Surya dituntut untuk memiliki fleksibilitas yang jauh dari orang-orang normal. Ini sama
Di sebuah area yang ada di dekat bengkel datuk merah, tampak seorang pemuda tengah mencelupkan salah satu kakinya ke dalam sebuah tong yang berisi cairan mendidih. Dengan menutupkan matanya, Surya menenggelamkan salah satu kakinya masuk ke dalam ramuan obat itu. Alangkah terkejutnya Surya Ketika merasakan bahwa kakinya baik-baik saja. Dengan ini Surya mulai membuka matanya untuk melihat ke arah di mana kakinya berada. Pemuda itu melihat dengan tatapan tidak percaya. “Apakah aku sedang bermimpi?” tanya Surya bingung. Bagaimana dia tidak bingung, pemuda itu akan selalu merasakan sakit yang begitu dahsyat saat mandi obat, namun kali ini dia bahkan tidak merasa sedang direbus sedikit pun. Surya sedikit mulai menjadi waspada, dia mulai memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. “Sial aku tidak ingin terjebak kali ini!” teriak Surya mengingat satu hal. Pemuda itu mengingat tentang penanaman benih saat bersama datuk merah sebelumnya. Dia sudah sangat bersyukur bahwa itu nyaman alih-ali
Di sebuah gua yang ada di kota Dataran tinggi, tampak seorang pemuda tengah melamun memikirkan sesuatu. “Sial mengapa ini begitu mengganguku?” tanya pemuda itu dengan kesal. Surya baru saja pulang dari bengkel datuk merah setelah menyelesaikan mandi obatnya hari ini, namun meskipun selesai tanpa sedikitpun rasa sakit, Surya malah tidak senang dengan perkembangan yang telah dia dapatkan. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Surya bingung. Tampilan sosoknya yang kekar namun feminim masih saja tertanam jelas di kepalanya. “Arghhhh sial itu begitu menjijikan!” teriak Surya ketika mengingat penampilan itu. Sebenarnya, Surya bisa merasakan bahwa hasil dari pelatihan bab keduanya itu sangat membantu. Seluruh sendinya seolah telah diberi pelumas agar licin dan bisa bergerak dengan leluasa. Surya juga bisa merasakan bahwa setiap bagian tubuhnya telah diberi nutrisi yang cukup untuk terus berkembang menjadi kuat. Namun efek samping Surya lihat membuat seluruh kegunaan itu hilang di depan
Di salah satu tempat kacau yang ada di sekitaran gunung Agung, sekelompok orang sedang bergerak dengan cepat seolah telah di kejar setan. “Arghhh tidak tubuhku,” teriak seorang menggigil. “Ahhh sakit-sakit,” teriak yang lain. Pemuda-pemuda itu berteriak histeris Ketika semacam bola berwarna coklat yang berair mengenai tubuh mereka. Hal ini semua dilakukan oleh Surya, yang memuaskan rasa kebosanan dan pemikirannya sebelumnya. Jelas dia telah menjadikan kelompok orang ini menjadi pelampiasan untuk emosinya yang tidak karuan. Rizal yang melihat hal ini hanya bisa menatap dengan tatapan tidak percaya. Jelas dia ingin protes namun dia tidak bisa melakukan apa-apa, karena Surya beralasan bahwa ini adalah bagian dari pelatihan mereka. Dengan ini Rizal mau tidak mau mengutuk dalam hati. “Pelatihan apanya? Bukan kah dia menjadikan kami budak mainan yang bertujuan untuk memuaskan kesenangannya?” tanya Rizal berkonflik dalam hati. Pemuda yang menjadi sosok pemimpin dari kelompok pemuda de