Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di sebuah area yang ada di dekat bengkel datuk merah. Tampak seorang remaja tengah melakukan senam dengan cukup susah payah. Butiran keringat mulai bercucuran di tubuh pemuda itu ketika dia terlihat tengah berlatih senam yang berfokus pada aspek peregangan tubuh. “Arghhhh sial! Ini lebih sulit dari terakhir kali.” Surya mengeluh dengan banyak. Namun meskipun begitu Surya terus saja melakukan gerakan set yang ada di buku itu hingga tuntas meski memakan waktu yang lama. Di dalam set kali ini hanya terdiri delapan gerakan tidak seperti set sebelumnya yang memiliki jumlah gerakan yang lebih banyak. Namun meskipun terlihat memiliki gerakan yang lebih sedikit, namun set kali ini lebih susah dari set terakhir kali. Set terakhir kali menurut pandangan Surya adalah proses menempa dalam artian sebenarnya. Tubuhnya akan dibuat menjadi sekokoh mungkin untuk tahan dalam benturan. Namun untuk bab kali ini, Surya dituntut untuk memiliki fleksibilitas yang jauh dari orang-orang normal. Ini sama
Di sebuah area yang ada di dekat bengkel datuk merah, tampak seorang pemuda tengah mencelupkan salah satu kakinya ke dalam sebuah tong yang berisi cairan mendidih. Dengan menutupkan matanya, Surya menenggelamkan salah satu kakinya masuk ke dalam ramuan obat itu. Alangkah terkejutnya Surya Ketika merasakan bahwa kakinya baik-baik saja. Dengan ini Surya mulai membuka matanya untuk melihat ke arah di mana kakinya berada. Pemuda itu melihat dengan tatapan tidak percaya. “Apakah aku sedang bermimpi?” tanya Surya bingung. Bagaimana dia tidak bingung, pemuda itu akan selalu merasakan sakit yang begitu dahsyat saat mandi obat, namun kali ini dia bahkan tidak merasa sedang direbus sedikit pun. Surya sedikit mulai menjadi waspada, dia mulai memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. “Sial aku tidak ingin terjebak kali ini!” teriak Surya mengingat satu hal. Pemuda itu mengingat tentang penanaman benih saat bersama datuk merah sebelumnya. Dia sudah sangat bersyukur bahwa itu nyaman alih-ali
Di sebuah gua yang ada di kota Dataran tinggi, tampak seorang pemuda tengah melamun memikirkan sesuatu. “Sial mengapa ini begitu mengganguku?” tanya pemuda itu dengan kesal. Surya baru saja pulang dari bengkel datuk merah setelah menyelesaikan mandi obatnya hari ini, namun meskipun selesai tanpa sedikitpun rasa sakit, Surya malah tidak senang dengan perkembangan yang telah dia dapatkan. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Surya bingung. Tampilan sosoknya yang kekar namun feminim masih saja tertanam jelas di kepalanya. “Arghhhh sial itu begitu menjijikan!” teriak Surya ketika mengingat penampilan itu. Sebenarnya, Surya bisa merasakan bahwa hasil dari pelatihan bab keduanya itu sangat membantu. Seluruh sendinya seolah telah diberi pelumas agar licin dan bisa bergerak dengan leluasa. Surya juga bisa merasakan bahwa setiap bagian tubuhnya telah diberi nutrisi yang cukup untuk terus berkembang menjadi kuat. Namun efek samping Surya lihat membuat seluruh kegunaan itu hilang di depan
Di salah satu tempat kacau yang ada di sekitaran gunung Agung, sekelompok orang sedang bergerak dengan cepat seolah telah di kejar setan. “Arghhh tidak tubuhku,” teriak seorang menggigil. “Ahhh sakit-sakit,” teriak yang lain. Pemuda-pemuda itu berteriak histeris Ketika semacam bola berwarna coklat yang berair mengenai tubuh mereka. Hal ini semua dilakukan oleh Surya, yang memuaskan rasa kebosanan dan pemikirannya sebelumnya. Jelas dia telah menjadikan kelompok orang ini menjadi pelampiasan untuk emosinya yang tidak karuan. Rizal yang melihat hal ini hanya bisa menatap dengan tatapan tidak percaya. Jelas dia ingin protes namun dia tidak bisa melakukan apa-apa, karena Surya beralasan bahwa ini adalah bagian dari pelatihan mereka. Dengan ini Rizal mau tidak mau mengutuk dalam hati. “Pelatihan apanya? Bukan kah dia menjadikan kami budak mainan yang bertujuan untuk memuaskan kesenangannya?” tanya Rizal berkonflik dalam hati. Pemuda yang menjadi sosok pemimpin dari kelompok pemuda de
“Hey mengapa kalian diam?” tanya Surya ke kedua orang itu. Melihat hal ini, datuk merah kemudian melanjutkan. “Surya, bukankah kau ditugaskan untuk membuat keris untuk walikota, mereka datang kemari untuk mengetahui sampai mana kau telah menyelesaikan pesanannya.” Datuk merah menjelaskan. Seolah telah diwakili oleh datuk merah, kedua orang itu hanya bisa diam sambil melihat ke arah Surya dengan tatapan menunggu. Surya yang mendengar hal ini hanya bisa berpikir sejenak. Selang beberapa waktu akhirnya dia berkata dengan cukup keras. “Ah iya aku hampir saja lupa dengan keris itu,” kata Surya dengan sedikit senyum. Dengan sikap Surya yang seperti ini, kedua orang yang datang untuk melihat perkembangan keris hanya bisa berkonflik dalam hati. “Sial anak ini, bukankah dia semakin menjadi-jadi?” Rono mengutuk di dalam hati. Sementara itu Reno yang melihat hal ini hanya bisa menghela nafas dengan pasarah. Jelas dia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pihak lain. Sementara itu, Surya y
Di depan sebuah tungku pembakaran yang ada di bengkel datuk merah. Seorang pemuda tengah melihat ke arah benda yang baru saja di bakarnya dengan tatapan tidak percaya. “Sial apakah ini mungkin?” tanya pemuda itu kaget. Surya baru saja berniat untuk melebur panduan yang sekiranya cocok dengan apa yang diinginkan oleh walikota. Saat dia sedang membakar, dia iseng apa yang akan terjadi bila dia menggunakan benih apinya yang busuk untuk membakar paduan itu. Alangkah terkejutnya Surya Ketika melihat bahwa paduan yang baru memerah itu tiba-tiba meleleh dengan begitu cepat. Seolah paduan itu merupakan lilin yang sangat rentan dengan hawa panas. Dengan ini Surya mulai melihat ke arah titik yang meleleh itu. dia kemudian memberhentikan energi benih yang telah disalurkan ke paduan itu. Saat itu juga Surya bisa melihat bahwa perlahan paduan itu tidak meleleh lagi seperti sebelumnya. Dengan ini Surya yakin bahwa api kecil yang bahkan tidak tampak di saat dia arahkan pada paduan, merupakan ap
Hawa panas mulai terasa Ketika seorang pemuda tengah melakukan postur aneh di sebuah bengkel yang ada di kota Dataran tinggi. Pemuda itu melakukan posisi kuda-kuda yang kokoh sembari mengarahkan kedua tangannya ke depan yang tampak sedang membungkus sesuatu. Butiran-butiran keringat seukuran beras mulai meleleh dari dahi pemuda itu Ketika urat yang ada di sekitar kepalanya mulai timbul. Pemuda itu tidak lain adalah Surya, dia sekarang tengah menatap tangannya yang berisikan sebuah benda cair yang melayang. “Arghhhh sial ini begitu memakan banyak energi,” kata Surya dengan bergetar mempertahankan bentuk anehnya itu. Setelah Surya tahu bahwa benih apinya bisa melelehkan panduan itu, dia mulai memposisikan dirinya seperti apa yang telah diperlihatkan datuk merah. Memang pada awalnya Surya terlihat mampu dan juga di merasa bangga membayangkan Ketika dia sedang berada di posisi yang mirip dengan gurunya. Namun selang beberapa saat, Surya baru menyadari bahwa panduan itu meleleh deng
Di sebuah sudut yang ada di bengkel milik datuk merah, seorang pemuda tengah duduk dengan wajah sedikit lesu. “Surya, ini minumanmu,” kata seorang kakek ke arah pemuda lesu. Pemuda yang masih dalam keadaan linglung itu langsung mengambil cangkir yang telah di sodorkan pihak lain ke arahnya. Sosok pemuda lesu itu tidak lain adalah Surya, dia baru saja sadarkan diri setelah dipindahkan datuk merah Ketika pingsan di bengkel akibat kelelahan. Sementara Surya masih dalam keadaan linglung, datuk merah mulai pergi lagi meninggalkan pemuda itu sendiri di dalam bengkel yang panas. “Hhhhh itu sungguh mengerikan,” kata Surya dengan takut saat mengingat kejadian sebelumnya. Dia baru saja selesai melebur paduan besi yang telah dipilihnya sebelumnya. Meski dia percaya diri untuk melakukan hal itu, namun tampaknya energinya sama sekali tidak mumpuni untuk menopang kepercayaan diri itu. Memikirkan hal ini lagi, Surya mulai menggelengkan kepalanya dengan tidak puas. “Ahh tampaknya aku masih har
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga