hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Pagi hari di kota Tanah datar begitu dingin di penghujung tahun. Meskipun begitu, masih banyak orang yang berdatangan dan bekerja di luar ruangan. Dengan begitu suasana kota itu menjadi hangat dan lebih hidup dibanding dengan hari sebelumnya. “Surya jangan lupa untuk mampir ke kota ini jika kau punya waktu,” kata sosok wanita tomboy di dekat Surya. “Yaaa tenang saja, jika aku memiliki waktu luang pasti akan mampir ke kota ini.” Surya terlihat menyetujui perkataan pihak lain. Sementar itu, sosok pemuda dengan mata biru berkata kepada Surya dengan nada mengejek. “Huhhh akhirnya pengacau kita pergi juga, aku berharap kau tidak membuat keributan yang begitu besar di kotamu,” “Heyyy aku tidak selalu menjadi seperti itu,” kata Surya mempertahankan dirinya. “Baiklah, baiklah. Aku harap kau berhati hati. Dan jika ada kesempatan mungkin kau harus datang untuk berkeliling desa ku,” kata rohid menyarankan. “Baik, aku tunggu hari itu.” Setelah berpamitan dengan teman barunya itu, Surya mul
Di salah satu area yang tidak jauh dari kota Tanah Datar, tampak seorang pemuda sedang bersantai merawat dirinya dan hewan peliharaannya. Pemuda itu tidak lain adalah Surya yang ingin segera pulang menuju kota halamannya. Setelah sesaat beristirahat, Surya akhirnya bersiap untuk beranjak. Namun sebelum itu, Surya terlihat berbicara dengan anjing-anjingnya. Setelah percakapan itu, selusin anjing mulai berpencar pergi entah kemana. Melihat hal ini dari kejauhan, sosok Cicak hanya bisa bertanya penasaran di dalam hati. “Apa yang dia lakukan dengan anjing-anjing itu?” Meskipun sudah berpikir cukup keras, namun Cicak sama sekali tidak mengerti apa yang dilakukan pemuda biasa itu. Setelah anjing-anjingnya pergi dari tempat itu, Surya mulai menaiki kudanya kembali sebelum akhirnya berjalan ke satu arah. Cicak yang melihat hal ini hanya bisa bersiap untuk mengikuti pihak lain untuk pergi. Namun sebelum itu dia mulai menghubungi kelompok yang ada di belakangnya terlebih dahulu untuk men
Malam hari yang gelap cukup ricuh Ketika sejumlah besar bebatuan mulai jatuh dari tebing bukit. Sementara itu dinginya malam kian menjadi dingin akibat tumpukan mayat yang tertimbun reruntuhan batuan. Cicak yang melihat hal ini hanya bisa menyesal. “Sial! Kenapa aku tidak memikirkan hal ini.” sosok itu hanya bisa merasa malu Ketika begitu ceroboh mengharapkan sesuatu. Kini dia hanya bisa menghela nafas tidak puas. Saat Cicak tengah menempel di sebuah batu, getaran mulai dia rasakan menjalar di udara. Merasakan sesuatu yang tidak beres, Cicak mulai bergerak dengan lentur ke arah sisi batu lainnya. “Ting duar!” Suara nyaring terdengar di ikuti dengan suara besar. Sebuah pedang berwarna hitam menghantam batu yang ditempati Cicak sebelumnya dengan sangat kuat. Cicak yang masih menempel di bagian lain batu hanya bisa meloncat ke belakang untuk menghindar dari dampak benturan. Dengan begitu Cicak mulai melihat ke arah sosok penyerang. “B-bagaiman kau bisa tau aku di sini?” tanya Ci
Di salah satu tempat yang gelap karena waktu menunjukan keadan malam, seorang pemuda berlari mengejar sebuah benda yang melayang di udara. “Sial apa lagi yang ingin pedang bodoh ini lakukan kali ini?” tanya pemuda itu berlari dengan susah payah. Surya baru saja melawan orang mencurigakan, namun setelah mayatnya diserap oleh pedang itu, benda mistis itu masih saja tidak puas dengan melayang cukup cepat di udara. Surya yang melihat hal ini hanya bisa bersumpah untuk mengurung pedang itu setelah dia pulang. Sementara itu anjing-anjing yang melihat Surya pergi ke satu arah sebagian mulai mengikutinya. Mereka tampak penasaran apa yang dilakukan tuan baru mereka. Setelah beberapa saat berlari, Surya akhirnya sampai di satu sudut yang memiliki banyak pohon disekitarnya. “Mau sampai kapan pedang bodoh ini terus pergi?” Saat itu Surya bisa melihat pedang itu bergerak menuju ke salah satu pohon yang tampak biasa di tempat itu. Dia hanya bisa berpikir dalam hati. “Apa bagusnya pohon itu?
Seorang pemuda berlari menuju arah yang tak menentu Ketika dia terus merubah jalur pelariannya. Sosok itu terus berlari mengikuti benda terbang di udara yang terlihat cukup mistis. Adegan itu seperti cerita-cerita horor yang sulit untuk dipercaya. “Ahhh sampai kapan aku harus berlari?” tanya Surya kesal. Pemuda itu telah lama berlari mengejar pedangnya. Meskipun dia sangat berkonflik dengan ini, Surya masih saja mengejarnya bersama setengah dari kelompok anjingnya. Karena tidak ingin ini terus berlanjut, Surya mulai berpikir keras akan satu hal. Setelah beberapa saat Surya berpikir, dia akhirnya menemukan jalan keluar dari masalah ini. Surya pun menoleh ke arah kelompok anjingnya dengan tatapan berarti. Seolah telah diperintahkan dengan suara jelas, kelompok anjing itu mulai mempercepat lari mereka menuju ke satu arah. “Mari kita lihat kemana kau akan pergi.” Surya berkata dengan percaya diri. Saat itu juga Surya dan kelompoknya mengepung area sekitaran pedang Pralaya. Seolah
Di hutan yang cukup rimbun dihiasi dengan berbagai jenis pohon, seorang pemuda bergerak menuju satu arah dengan mantap bersama kelompok anjingnya. Pemuda itu tampak serius Ketika melihat ke tanah Ketika mencari satu hal. Menghirup... “Ya dia ada di sini” kata Surya percaya. Dengan itu Surya mulai menyusuri jalan setapak. Saat Surya berjalan, dia dengan sangat fokus melihat ke segala arah. dia tampak tidak ingin meninggalkan satu detail sedikitpun dari perhatiannya. Setelah merasakan bahwa dia telah berada di tempat yang tepat, Surya tanpa basa basi langsung membelah ke arah kanan. “Swoosh!” Dengan tebasan itu pohon yang ada di dekatnya mulai tumbang dengan potongan yang sangat bersih. Surya kemudian berjalan ke arah pohon lain, kemudian dia menebas kekiri di mana sebuah pohon berdiri. Dengan lambaian pedang Surya, pohon itu terbelah dengan rapi seperti pohon sebelumnya. ... “Apa yang sedang dia lakukan?” sosok cicak bertanya dalam hati. Dia bisa melihat Surya dari kejauhan.
Di salah satu tempat cukup gelap namun rimbun akan pohon-pohon, seorang pemuda tengah melihat ke satu arah dengan tatapan tertarik. Tapi meskipun begitu, dia kelihatannya sungguh lelah ketika dia duduk dengan lemas menatap fenomena itu. “Sihhh kapan ini akan selesai,” kata Surya ke arah sosok yang ada di hadapannya. Seolah mengerti apa yang dikatakan pihak lain, pedang itu mulai bergetar dengan hebat tanda tidak senang. Dengan ini Surya hanya bisa dengan sabar melihat pedang anehnya itu menyerap tubuh pihak lain. Setelah waktu yang tidak terlalu lama, tubuh kurus dan pucat yang tergeletak dengan buruk di tanah akhirnya menghilang. Sosok itu lenyap diserap Pralaya seolah sosok itu tidak pernah ada di tempat itu sebelumnya. Dengan ini Surya mulai bertanya ke arah pihak lain. “Apakah sudah selesai?” tanya Surya dengan antisipasi. Seolah mengerti apa yang dipertanyakan Surya, pedang itu mulai menggerakkan tubuhnya dengan pasti. Melihat respon pihak lain, Surya hanya bisa menjadi le
Di dalam sebuah gua yang lembab dan pengap, tampak seorang pemuda dengan gusar menuju ke satu arah. sosok itu kemudian berjalan beberapa detik hingga sampai di sebuah batu besar yang tampak berat. Tanpa pikir panjang, sosok itu langsung saja mengangkat batu yang ada di hadapannya. Dengan begitu, batu besar itu mulai terangkat perlahan di udara. Debu di sekitaran batu yang sudah sedikit mengeras akhirnya hancur menjadi gumpalan pasir. Saat itu lah Surya bisa melihat hal yang ada di bawah batu itu dengan jelas. Setelah Surya melihat bahwa apa yang dia khawatirkan hilang masih tersimpan rapi di tempat it, pemuda itu hanya bisa bernafas lega. “Ahhh untung saja aku menyembunyikannya di sini.” Dengan begitu Surya meletakan batu yang sedang diangkatnya itu ke arah lain disisi yang tidak terlalu jauh. Setelah meletakan batu itu, Surya mulai berjalan ke arah di mana batu itu berada sebelumnya. Dengan sangat bersemangat, Surya mulai mengambil sebuah peti kayu yang terbenam di dalam tanah.