hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Cahaya menyilaukan mulai tumpah memenuhi ruangan penginapan yang cukup kecil itu. Surya yang melihat hal ini hanya bisa khawatir apakah benda itu akan membuat sesuatu yang besar dan akan membuat kekacauan sekali lagi. Cangkang dari telur yang berwarna ke abu-abuan itu mulai retak, sejumlah cahaya emas menusuk mata mulai keluar dari celah retakan itu. Saat sebagian besar tubuh dari cangkang sudah benar-benar penuh dengan retakan, sebuah suara nyaring mulai terdengar. “Nging!” Mendengar hal ini, Surya mau tidak mau menjadi panik Ketika melihat ke arah pihak lain. Telur abu-abu itu akhirnya mulai pecah beriringan dengan suara nyaring yang terdengar semakin tebal. Hanya selang beberapa detik telur itu akhirnya pecah. “...” Tidak seperti apa yang dibayangkan Surya, telur abu-abu yang memiliki ukuran sebesar anak sapi itu pecah dengan sangat tidak keren. Telur itu pecah dengan cangkangnya yang terkikis seperti abu yang telah ditiup oleh angin. Dan juga suara yang ditimbulkan berh
Di kantor walikota Tanah Datar, sejumlah orang sedang duduk berkumpul membicarakan tentang satu hal dengan wajah yang serius. “Bagaimana, apakah kalian sudah melihat apa yang terjadi?” tanya walikota ke arah orang yang duduk di depannya. “Yaa tuan, tapi kami masih belum jelas tentang apa yang sebenarnya terjadi,” jawab sosok yang tampak tua. “Baiklah coba ceritakan.” Pinta walikota. “Jadi begini, kami menemukan sejumlah jejak pertarungan di salah satu sudut yang ada barat kota. dari jejak itu, kami bisa menyimpulkan bahwa itu adalah serangan para ahli, bahkan dampak dari serangan itu sungguh membuat area menjadi neraka yang nyata.” Sosok tua menjelaskan. “Apakah benar begitu?” “Ya wali kota, di tambah lagi, ada sejumlah mayat yang telah disiram dengan cairan jamu dengan bau menyengat.” “Mayat yang disiram dengan cairan yang memiliki bau menyengat? Apakah kalian tau identitas dari mayat?” “Kami belum jelas, tapi dari penyelidikan kami, orang-orang itu mungkin merupakan anggota d
Ketika sosok bergigi kuning itu menatap ke satu arah, kelompok orang yang menunggu pidatonya mau tidak mau menoleh ke arah yang sama. Kini setiap orang yang ada di ruang tengah itu tanpa sadar memusatkan perhatian mereka ke arah kelompok tiga orang berada. Rohid menjadi bergetar karena ini, mata birunya sedikit berkilau Ketika wajahnya mulai cemas. Mimik buruknya itu bertambah buruk Ketika keringat seukuran beras mulai meluncur dari keningnya. Sementara Surya yang telah lama sadar, hanya bisa menatap ke arah sosok gigi kuning dengan tampilan tenang. Namun meskipun begitu, Surya sudah lama mengumpulkan sejumlah energi rimau di tangannya. Saat keheningan canggung itu terjadi, sosok bergigi kuning mulai berjalan mendekat ke arah tiga orang itu. Dengan begitu wajah Rohid semakin hitam. Surya yang melihat ekspresi temannya itu hanya bisa mengejek dalam hati. “Heyyy yang punya rahasia sebenarnya Aku atau kau?” Jelas Surya sangat bingung mengapa temannya itu begitu gugup. Meskipun beg
“Mereka memberontak melawan Anjing gilo karena keserakahan, kelompok itu rela bertarung dengan bos mereka hanya untuk sebuah benda. Dan yang lebih tragisnya, kelompok itu malah mati akibat keserakahannya. Kini Anjing gilo sedang bersembunyi karena takut musuh musuhnya akan mendatanginya untuk mengambil kesempatan untuk membunuhnya.” “Ahhh sungguh memang keserakahan akan menuntun manusia ke kematian.” Seorang kerumunan berkata memahami garis besar pidato seseorang yang kini menjadi pusat perhatian. Sementar itu, salah satu orang yang ada di tempat itu berteriak dengan keras. “Jika semua orang yang melihat hal itu mati, lalu kau tau dari mana cerita itu?” tanya sosok itu dengan tidak percaya. “Aku mendengarnya dari keluarga-keluarga besar...” sosok gigi kuning berkata dengan sedikit tidak berharap. Dengan begitu diskusi panas akhirnya dimulai. Sementar itu, sosok yang telah berpidato sebelumnya akhirnya bergerak ke salah satu sudut dan kemudian mulai menghilang tanpa jejak. Surya
Di rumah gadang keluarga Sipadeh, seorang pemuda tengah duduk dengan tenang sembari menatap ke arah seorang botak yang ada di depannya. “Bagaimana apa yang telah kau dapatkan?” tanya Masiak ke arah pihak lain. “Aku melihat bahwa benda itu benar-benar ada di tangan bocah itu tuan muda.” “Ohhh tampaknya kita sudah tidak harus menerka-nerka lagi. Baiklah Kau bisa kembali awasi dia.” “Baik tuan muda.” Sosok itu pergi meninggalkan masiak dan juga Taji dengan hormat. Melihat ke arah orang yang pergi itu, Taji mulai bertanya ke arah Masiak Sipadeh. “Tuan mudo siapa orang itu?” tanya Taji penasaran. “Ahhh aku sampai lupa, dia adalah Cicak, salah satu intel kita.” Berkata dengan santai tampak tidak ada yang spesial. Namun Taji yang mendengar hal itu hanya bisa terperangah kaget. “Cicak? Bukankah itu julukan untuk orang itu?” Meskipun Nama itu terdengar cukup aneh dan biasa, namun orang di balik nama itu sama sekali tidak biasa. Cicak yang ada di pikiran Taji adalah sosok orang aneh
Pagi hari di kota Tanah datar begitu dingin di penghujung tahun. Meskipun begitu, masih banyak orang yang berdatangan dan bekerja di luar ruangan. Dengan begitu suasana kota itu menjadi hangat dan lebih hidup dibanding dengan hari sebelumnya. “Surya jangan lupa untuk mampir ke kota ini jika kau punya waktu,” kata sosok wanita tomboy di dekat Surya. “Yaaa tenang saja, jika aku memiliki waktu luang pasti akan mampir ke kota ini.” Surya terlihat menyetujui perkataan pihak lain. Sementar itu, sosok pemuda dengan mata biru berkata kepada Surya dengan nada mengejek. “Huhhh akhirnya pengacau kita pergi juga, aku berharap kau tidak membuat keributan yang begitu besar di kotamu,” “Heyyy aku tidak selalu menjadi seperti itu,” kata Surya mempertahankan dirinya. “Baiklah, baiklah. Aku harap kau berhati hati. Dan jika ada kesempatan mungkin kau harus datang untuk berkeliling desa ku,” kata rohid menyarankan. “Baik, aku tunggu hari itu.” Setelah berpamitan dengan teman barunya itu, Surya mul
Di salah satu area yang tidak jauh dari kota Tanah Datar, tampak seorang pemuda sedang bersantai merawat dirinya dan hewan peliharaannya. Pemuda itu tidak lain adalah Surya yang ingin segera pulang menuju kota halamannya. Setelah sesaat beristirahat, Surya akhirnya bersiap untuk beranjak. Namun sebelum itu, Surya terlihat berbicara dengan anjing-anjingnya. Setelah percakapan itu, selusin anjing mulai berpencar pergi entah kemana. Melihat hal ini dari kejauhan, sosok Cicak hanya bisa bertanya penasaran di dalam hati. “Apa yang dia lakukan dengan anjing-anjing itu?” Meskipun sudah berpikir cukup keras, namun Cicak sama sekali tidak mengerti apa yang dilakukan pemuda biasa itu. Setelah anjing-anjingnya pergi dari tempat itu, Surya mulai menaiki kudanya kembali sebelum akhirnya berjalan ke satu arah. Cicak yang melihat hal ini hanya bisa bersiap untuk mengikuti pihak lain untuk pergi. Namun sebelum itu dia mulai menghubungi kelompok yang ada di belakangnya terlebih dahulu untuk men
Malam hari yang gelap cukup ricuh Ketika sejumlah besar bebatuan mulai jatuh dari tebing bukit. Sementara itu dinginya malam kian menjadi dingin akibat tumpukan mayat yang tertimbun reruntuhan batuan. Cicak yang melihat hal ini hanya bisa menyesal. “Sial! Kenapa aku tidak memikirkan hal ini.” sosok itu hanya bisa merasa malu Ketika begitu ceroboh mengharapkan sesuatu. Kini dia hanya bisa menghela nafas tidak puas. Saat Cicak tengah menempel di sebuah batu, getaran mulai dia rasakan menjalar di udara. Merasakan sesuatu yang tidak beres, Cicak mulai bergerak dengan lentur ke arah sisi batu lainnya. “Ting duar!” Suara nyaring terdengar di ikuti dengan suara besar. Sebuah pedang berwarna hitam menghantam batu yang ditempati Cicak sebelumnya dengan sangat kuat. Cicak yang masih menempel di bagian lain batu hanya bisa meloncat ke belakang untuk menghindar dari dampak benturan. Dengan begitu Cicak mulai melihat ke arah sosok penyerang. “B-bagaiman kau bisa tau aku di sini?” tanya Ci