Share

Bertemu dengannya

Author: Syarlina
last update Last Updated: 2023-01-14 23:22:36

Pov Surya

"Nggak Rel, aku nggak suka, yang lain saja," protesku tidak setuju dengan pilihan Aurel atas pakaian yang baru saja dicobanya di salah satu butik langganannya. Belahan dada gaun tersebut terlalu rendah hingga dua buah gundukan indah di bagian sana menyembul keatas. Aku tidak suka hal tersebut menjadi santapan liar mata para lelaki yang memandang.

Aku terpaksa menemaninya belanja karena hari ini libur kerja dan Aurel memaksaku ikut dengannya. Padahal jujur, aku ingin sekali menemui Malik karena sudah lama dan hampir tiga pekan belum bertemu dengannya. Dua pekan yang lalu, waktunya direbut oleh Aurel karena istri baruku itu sempat masuk rumah sakit akibat asam lambungnya naik lagi dan ia memintaku di akhir pekan setelahnya tetap dengannya. Karena sakit, ia semakin manja padaku. Aku sempat libur kerja dua hari karenanya.

"Kenapa sih? Ini bagus kok. Lagian kita bakal menghadiri pesta mewah di salah satu hotel ternama, Yang. Masa penampilanku biasa saja. Memangnya kamu nggak b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tamu yang Tak Diundang   Aku Harus Menemuinya

    Pov Surya"Me–" Terhenti. Aku urung memanggil mantan istriku itu saat melihat Pak Satria muncul dari arah yang sama dengannya."Surya?" Pak Satria menyapa lebih dulu saat memangkas jarak. Sebenarnya ada niat untuk menghindar, tapi hati maju-mundur untuk melakukannya hingga akhirnya memilih tetap di tempat dan Pak Satria pun melihat keberadaanku di sini, di tempat yang sama dengannya. Aku penasaran apa yang dilakukan di sini? Apa dia pelanggan di sini atau sedang menemani seseorang sepertiku juga? Kata Aurel, disini juga tersedia pakaian laki-laki. Banyak jas dan kemeja yang bagus untuk kami kaum adam. Aku memang sudah melihatnya dan memang bagus-bagus dan mewah. Sekelas Pak Satria wajar kalau dia memilih di sini untuk menunjang penampilannya. "Iya, Pak. Tidak menyangka bisa bertemu Bapak di sini," balasku ramah sembari mengulas senyum tipis ke arahnya. "Beli baju?" tanyanya terdengar ragu. Aku mengangguk lemah mengiakan pertanyaannya meski tidak menjelaskan secara spesifik ba

    Last Updated : 2023-01-15
  • Tamu yang Tak Diundang   Sosok Laki-laki Itu

    Pov Surya Hanya berjarak tiga puluh menit dari tempat kami makan untuk menempuh rumah Medina dan aku sekarang meluncur ke sana. Rumahku dulu yang sekarang diberikan ke Medina karena rumah itu nantinya untuk Malik setelah ia dewasa. Sepertinya Tuhan merestui kepergianku ke sana. Jalanan yang kutempuh terbilang lancar hingga dengan cepat pula aku bisa sampai ke sana. Gugup. Itu yang kurasakan saat ini. Padahal cuma ingin menanyakan kebenaran dugaanku itu. Aku juga mencoba merangkai kata apa saja yang harus kuucapkan dihadapannya. Padahal sangat mudah, entah kenapa rasanya sulit sekali. Aku masuk ke dalam halamannya rumah Medina. Sudah berdiri di depan pintunya dan bersiap untuk mengetuknya. Sampai lupa kalau rumah ini menggunakan bell, jadi harusnya tinggal dipencet saja tanpa harus mengetuk pintunya dulu. "Iya. Cari–" Tika. Orang yang membukakan pintu untukku adalah Tika–salah satu anak panti yang sekarang katanya ikut bantu-bantu Medina di rumah ini. Belum juga bicara mengut

    Last Updated : 2023-01-17
  • Tamu yang Tak Diundang   Mencari Jawaban

    Pov Surya"Pak Satria," sapaku balik. Laki-laki itu tersenyum tipis sembari menepuk pundakku pelan. Kalau Medina diantar pulang olehnya bisa jadi benar dugaanku kalau Medina adalah calon istrinya Pak Satria. Namun apa benar dia akan menikah? Dengan Medina mantan istriku? Kapan mereka memulai semuanya. Tiba-tiba saja terdengar akan menikah. "Malik masuk dulu ke dalam ya, ganti pakaian ditemani Kak Tika, baru nanti temui Ayah di depan." Kudengarkan perintah Medina pada anak kami, Malik dan anak itu sangat penurut. Ia mengangguk cepat tanpa membantah. Lalu masuk ke dalam ditemani Tika. "Becka, titip bawakan ke dalam ya." Sebuah paper bag dengan nama butik yang barusan kudatangi bersama Aurel diberikan Medina ke Becka. Temannya itu mengangguk cepat sembari mengacungkan jari jempol ke Medina. "Oke. Becka masuk ya, Kak.""Sudah lama Mas menunggu di sini? Maaf, kami jalan-jalan dulu sebentar seperti weekend biasanya." Medina menghampiri dengan tersenyum tipis. "Tidak, baru saja. Kalian

    Last Updated : 2023-01-19
  • Tamu yang Tak Diundang   Kami Bertengkar Lagi

    Pov Surya Aku pulang ke rumah dengan lesu. Berita mengejutkan rencana pernikahan Medina benar adanya. Bahkan aku tahu langsung dari dia. Jadi bukan berita hoax dan telah menuntaskan rasa penasaranku akan hal tersebut. Yang lebih mengejutkan untukku itu adalah siapa calon suaminya. Ternyata mantan istriku itu akan menikah dengan atasanku sendiri, yaitu Pak Satria. Aneh, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi? Kapan mereka bertemu dan mulai berkenalan, serta memutuskan lanjut ke pernikahan? Lucu, mirip drama sinetron televisi yang digandrungi ibu-ibu saat senggang. Mantan istriku adalah istri bosku sekarang. Pasti teman kantor akan mengejekku begitu setelah tahu siapa calon istrinya Pak Satria. Kuhela napas berat memikirkan semua itu. Rasanya ingin resign saja dari kantor. Namun sayangnya aku sangat menyukai pekerjaan yang sedang kugeluti saat ini. Aku tidak ingin egois memikirkan diri sendiri. Ada Malik serta Aurel yang harus kunafkahi. Sebenarnya dengan kekayaan yang dimiliki

    Last Updated : 2023-01-21
  • Tamu yang Tak Diundang   Curhat

    Pov Surya"Apa kamu bilang, Rel? Ulangi lagi!" Aku membentak keras Aurel. Bisa-bisanya dia menghinaku sekaligus ibuku. Apa ini wajah aslinya? "Ya, i–itu karena kamu duluan. Aku emosi, aku kesal. Makanya jangan ungkit hal beginian. Receh, Ya. Kenapa sih kamu harus meributkan masalah kecil." Nada bicara Aurel melemah tidak setinggi sebelumnya. Terdengar manja tapi tidak enak di telingaku. Aku tak suka. Dia terlalu meremehkan. Mungkin juga karena moodku lagi hancur ditambah lagi dalam mode marah. Aku sangat marah padanya. Perkataannya tak mudah kulupakan. Jelas sekali terngiang di telingaku bagaimana dia menyebutku payah dan menghina Mama dengan bilang tak bisa mendidikku. Justru harusnya terbalik dia yang payah dan tidak terdidik dengan baik karena bisa-bisanya berkata kasar pada suaminya sendiri. Aku jadi sangsi padanya apa dulu dia bercerai dengan Ardi murni kesalahan Ardi seperti yang diceritakannya atau dia sendiri yang mulai? Bagaimana mungkin seorang Aurel yang kukenal sangat ba

    Last Updated : 2023-01-23
  • Tamu yang Tak Diundang   Suami Menyebalkan

    Pov Aurel"Mana sih Surya, dihubungi tidak bisa. Ih ngeselin. Suami payah! Dia memang payah. Dikit-dikit merajuk, dikit-dikit aku disalahkan. Maunya sempurna kayak mantannya itu si Medina. Heran, apa bagusnya mantannya itu. Selalu disebut. Selalu dibandingkan denganku. "Aaargh! Dimatiin lagi. Awas saja kalau pulang kusuruh tidur di sofa, malas banget tidur bareng dia. Suami ngeselin. Nggak bisa buat senang istrinya. Sudah untung aku belikan dia parfum mahal, eh ditolak. Aku masih ngedumel sendiri. ***" Hoam! Eh, s–sudah p–pagi?" Aku terkejut sendiri melihat ke jam digital di atas nakas menunjukkan pukul 07.03. Segera duduk dengan memperhatikan sekali lagi kalau angka itu benar dan aku tidak salah lihat. Iya benar. Sepertinya aku ketiduran, tapi dimana Surya? Di kasur sampingku tidur kosong tidak terlihat sosoknya. Apa dia tidur di luar? Antara lupa dan ingat apakah pintu kamar jadi dikunci atau tidak. Kalau iya, bisa jadi suamiku itu tidur di luar. Biarin! Rasakan akibatnya biki

    Last Updated : 2023-01-23
  • Tamu yang Tak Diundang   Berita yang Kutakutkan itu Akhirnya tersebar

    Pov Surya Ponselku tak berhenti berdering dan aku tahu itu dari siapa. Aurel. Tanpa melihat pun aku tahu itu dia yang menghubungiku tanpa henti. Pasti dia penasaran kenapa aku pagi ini pergi tanpa pamit padanya. Tidak membangunkannya juga. Sengaja, aku ingin memberinya pelajaran. Siapa suruh selalu telat bangun dan selalu saja aku yang duluan bangun. Lagian aku tidak ingin selalu menuruti inginnya. Sesekali dialah yang menurut padaku. "Ya, tuh ponselmu dari tadi bergetar mulu, dari siapa? Kok nggak diangkat?" Deri bertanya sembari melirik ke ponselku. Penasaran. Kami duduk bersebelahan sudah pasti membuatnya jadi terganggu. Meski nada suaranya kumatikan, tapi getar ponsel tersebut masih aktif hingga menimbulkan bunyi yang cukup mengganggu karena ponselnya kuletakkan di atas meja. Refleks segera kuambil dan kumasukkan ke dalam saku. "Aurel ya, tumben nggak diangkat? Kalian bertengkar ya?" Tebakan Deri tepat. Laki-laki bermata sipit itu menatapku lekat seolah menunggu jawabku.

    Last Updated : 2023-01-25
  • Tamu yang Tak Diundang   Mengalah Lagi

    Pov Surya"Hai Aurel.""Hei Rel, tumben datang?""Aurel, 'pa kabar?" Banyak yang menyapanya di lantai ini karena meskipun beda divisi, Aurel adalah orang yang humble dan mudah bergaul. Dia sering ke tempat kerjaku, makanya banyak teman kerja yang tahu dan mengenalnya baik di tempat ini. "Hei juga!""Baik.""Baik, kamu?"Itulah jawaban Aurel pada beberapa teman yang menyapanya. Meski raut wajahnya tidak berubah sama sekali dari pertama menatapku, syukurnya dia masih membalas sapaan mereka. "Kita harus bicara!" bentaknya tepat di hadapanku dengan menghempaskan tangannya di atas meja. Dapat kulihat sekarang semua yang berada di sekitarku menatap curiga ke arah kami. Semua tahu aku dan Aurel telah menikah, yang sekarang membuat mereka bingung adalah kenapa Aurel datang dalam keadaan marah. Kulihat sebentar ke arah jam digital yang terpasang di pergelangan tangan. Lalu menatap ke Aurel. "Kita bicara di luar. Jangan di sini," ujarku bersiap dengan membereskan berkas kerja dan ingin

    Last Updated : 2023-01-28

Latest chapter

  • Tamu yang Tak Diundang   Akhir Kisahku

    Akhirnya aku turuti apa sarannya Mas Satria. Aku mengenakan pakaian tipis itu tapi dilapisi dengan kimono luar berbahan satin. Masih tampak seksi dengan belahan dada yang rendah ditambah panjang bajunya hanya diatas lutut. Sumpah, itu bukan saran yang bagus tapi lebih baik daripada hanya mengenakan pakaian tipis tersebut. Saat aku keluar kamar mandi, Mas Satria menatapku sebentar. Namun kuabaikan. Aku tidak tahu seperti apa raut wajahnya lagi karena aku enggan untuk membalas tatapannya. Rasa gugup sudah mendominasi. Segera aku berjalan menuju kasur dimana ada Mas Satria juga yang lebih dulu berbaring di sana dengan bersandarkan kepala di bahu ranjang ukuran king tersebut. Hening. Bahkan ketikan keyboard ponsel layar sentuh Mas Satria terdengar olehku saking sunyinya suasana di dalam kamar ini. Entah apa yang diketiknya dan siapa yang dikirimi pesan tersebut, aku tak peduli. Yang sedang kuperhatikan adalah denyut jantungku yang semakin cepat berdetak. Debaran di dada membuatku be

  • Tamu yang Tak Diundang   Usai Pesta Pernikahan

    "Harus ya Bun, kami langsung tinggal di rumahnya Mas Satria?" tanyaku pada Bunda saat pesta resepsi telah berakhir. Bunda menghampiri. Para tamu sudah banyak yang pulang. Jam juga sudah menunjukkan pukul 11 malam dan memang aku meminta kalau bisa hanya sampai di jam itu saja batas akhir waktu acara pesta ini berlangsung. Aku tidak mau kemalaman apalagi ada Malik. Kasihan dia. Anakku itu sudah terbiasa tidur cepat, takutnya dia rewel dan merusak acara pesta karena pasti akan bermanja denganku. "Ya harus. Masa tinggal di rumahmu? Rumah bekas kamu berumah tangga dengan Surya. Mana mau dia, Na. Bunda tahu sifat lelaki. Gengsinya gede. Lagipula nggak enak juga kalau dia harus tinggal di sana. Kamu sudah jadi istrinya ya harus ikut suami, bukannya suami yang ikut istri," balas Bunda menasihati. "Tapi malam ini kamu nginap di sini dulu, Bunda juga. Sudah dipesankan. Nggak enak kalau menolak. Harusnya sih kalian saja, kami tidak perlu ikut, tapi karena ini keinginan Bu Resa, nggak enak kala

  • Tamu yang Tak Diundang   Ini Nyata Atau Mimpi?

    Pov AurelDengan kekesalan yang masih memuncak, aku berhasil pulang juga ke rumah. Aku terpaksa memanggil taksi karena Surya telah mengusirku dari mobilnya. Di pinggir jalan. Sendirian. Itu adalah pengalaman buruk bagiku. Dasar keterlaluan! Tega sekali laki-laki itu menurunkanku di pinggir jalan hanya karena marah. Setelah kurenungkan selama di perjalanan, Surya marah pasti lantaran aku menyebutnya laki-laki payah, suami tak guna. Harusnya saat di rumah baru lampiaskan kemarahannya itu, bukan dengan cara menurunkanku di jalan. Tak punya hati, pantas Medina meminta talak darinya. Memang kenyataan dia suami payah, wajar kalau aku meluapkannya secara blak-blakan. Maksudku agar dia bisa intropeksi diri dan menjadi suami yang lebih baik lagi. Ternyata Surya tidak paham dan menganggap kritikan itu sebagai hinaan. Mana mobilnya? Dia belum datang? Bukankah sudah lebih dulu pulang? Kalau tidak pulang, lalu pergi kemana? Dengan bergumam sendiri, aku masuk ke dalam rumah yang sepi dan gela

  • Tamu yang Tak Diundang   Mencari Solusi

    Pov Surya"Keluar!" teriakku pada wanita yang sedari tadi tak berhenti bicara. Dia bahkan dengan entengnya menghinaku terus-menerus. Aku manusia, kesabaranku ada batasnya. "Hah?! A–apa? Kamu ngusir aku Ya?" tanyanya polos tak merasa bersalah. Aku mengangguk cepat tanpa ragu. Emosiku lagi naik. Hinaannya barusan melukai perasaanku sebagai seorang laki-laki apalagi suami. Dia tidak menghormatiku sama sekali dan ini sudah ke sekian kalinya. Kubukakan pintu mobil mempermudahnya untuk keluar dan sebagai tanda kalau ucapanku bukan gertakan semata. Aku bahkan mendorongnya hingga akhirnya Aurel terpaksa keluar dari mobil. Setelah memastikan wanita yang masih sah menjadi istriku itu keluar, maka mobil kujalankan kembali meninggalkannya di pinggir jalan. Aku tak peduli bagaimana caranya pulang karena yakin dia mampu pulang sendiri. Aku tidak setega itu meninggalkannya tanpa berpikir lebih dahulu. Waktu belum menunjukkan tinggi malam, masih ada taksi atau kendaraan lainnya yang bisa dipa

  • Tamu yang Tak Diundang   Akhirnya Sah

    Wanita paruh baya yang berada di depanku ini terdiam dengan mengamati lekat kartu undangan pernikahan yang baru saja kuberikan. Kuletakkan kartu tersebut di atas meja di hadapannya. Ia menatapku bergantian dengan kartu undangan tersebut, dan tampak ragu saat mengambilnya. Sebelum membaca isinya, ia menatapku lagi sebentar. Lalu akhirnya terpaku pada kartu undangan itu untuk beberapa saat. Tampak ekspresi wajahnya berubah-ubah saat membacanya. Di awali terkejut, sempat terlihat mengernyitkan keningnya dan lalu berwajah muram. Sepertinya dia tak suka dengan isi bacaan yang ada di dalamnya dan aku sudah yakin akan hal itu. "Apa ini, Medina? Apa maksudnya namamu ada di sana?" Dilempar kasar kartu undangan tersebut di depan meja di hadapanku. Tampak kemarahan di wajahnya. "Maaf, Ma. Medina yakin Mama paham dengan hal tersebut. Medina akan … menikah. Kalau Mama ada waktu, Mama bisa–""Kamu mengejekku?" selanya memotong ucapanku. "Iya, begitu? Tega kamu Na!" Lalu melengos dengan wajah k

  • Tamu yang Tak Diundang   Harusnya Tak Datang

    Pov Aurel"Sudah cantik, kok. Ayo pergi!" ajak Surya melihatku lama mematut diri di depan cermin. Aku belum beranjak dari sana. "Iya, sebentar lagi. Tunggu di depan, habis nih, aku ke depan kok," jawabku tanpa menoleh, masih memperhatikan penampilan diri sendiri apa sudah cantik atau belum. Aku tidak mau kalah apalagi kebanting penampilanku sama Medina, mantannya Surya. Bagaimanapun juga aku ingin membuktikan kalau aku jauh lebih cantik dari wanita itu terutama di hadapan Surya, apalagi teman-temannya. Aku ingin dia bangga beristrikan aku. Tampak Surya menggelengkan kepala seolah merutuki sikapku. Masa bodoh, aku tak peduli. "Aku tunggu di depan, jangan lama nanti kutinggal!" Mendengar ancamannya, aku hanya mencebik. Selalu saja begitu. Suka sekali mengancam. Akan ini, akan itu, menyebalkan. Syukur belum pernah dia mengancam akan menceraikanku, huh! Mana berani. Dia terlalu bucin. Bakalan patah hati terdalam kalau sampai aku meninggalkannya. Dirasa cukup, aku bergegas menghampi

  • Tamu yang Tak Diundang   Terpaksa Datang

    "Der!" Aku memanggil Deri yang tampaknya juga baru datang. Segera aku beranjak menjauh dari Irwan. Aku malas sampai disinggungnya lagi masalah Medina. Malas menjawabnya juga. Pasti pembicaraannya tidak jauh membahas dari mantanku itu. Entah ada apa dengannya. Selalu saja mengungkit soal mantanku itu seolah sedang menyindirku yang salah telah melepasnya. "Hey, baru datang atau sudah lama?" tanyanya sembari menepuk bahuku. "Baru saja datang.""Sama Aurel?" Deri celingukan tampak mencari sosok itu. Aku mengangguk. "Sama siapa lagi." Dengan tersenyum kecut aku menjawabnya. Tatapan mataku ke arah belakang di mana Aurel berada. "Sabar, ini ujian." Aku hanya terkekeh diejeknya seperti itu. Tidak tersinggung karena memang faktanya begitu. Ini ujian untukku. Semoga kedepannya aku bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan biar tidak salah langkah lagi.Selain itu dia teman terdekat yang paling kupercaya. "Katanya mempelai lagi bersiap-siap jadi belum muncul."Deri membuka obrolan. Ne

  • Tamu yang Tak Diundang   Terpaksa Datang

    "Der!" Aku memanggil Deri yang tampaknya juga baru datang. Segera aku beranjak menjauh dari Irwan. Aku malas sampai disinggungnya lagi masalah Medina. Malas menjawabnya juga. Pasti pembicaraannya tidak jauh membahas dari mantanku itu. Entah ada apa dengannya. Selalu saja mengungkit soal mantanku itu seolah sedang menyindirku yang salah telah melepasnya. "Hey, baru datang atau sudah lama?" tanyanya sembari menepuk bahuku. "Baru saja datang.""Sama Aurel?" Deri celingukan tampak mencari sosok itu. Aku mengangguk. "Sama siapa lagi." Dengan tersenyum kecut aku menjawabnya. Tatapan mataku ke arah belakang di mana Aurel berada. "Sabar, ini ujian." Aku hanya terkekeh diejeknya seperti itu. Tidak tersinggung karena memang faktanya begitu. Ini ujian untukku. Semoga kedepannya aku bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan biar tidak salah langkah lagi.Selain itu dia teman terdekat yang paling kupercaya. "Katanya mempelai lagi bersiap-siap jadi belum muncul."Deri membuka obrolan. Ne

  • Tamu yang Tak Diundang   Permata yang Tak Tampak

    Pov Surya Hari yang tidak kuinginkan akhirnya datang juga. Aku menyesal, aku merutuki kebodohanku saat ini. Kenapa baru sadar setelah kehilangannya? "Yang, kamu sedih ya tahu mantanmu itu nikah lagi?" Aku hanya mampu menarik napas berat saat pertanyaan itu ditanyakan Aurel lagi. Sepertinya dia tidak percaya kalau aku bisa menerima kenyataan tersebut. "Kenapa diulang terus, Rel. Aku capek jawabnya. Jawabannya masih sama jadi kumohon hentikan mengulang pertanyaan ini," jawabku dengan kesal. Aurel mencebik. "Bagaimana aku tidak nanya lagi, Ya. Nih, coba lihat wajahmu saat ini, nih lihatlah!" Badanku didorong Aurel hingga berdiri di depan cermin. "Lihat wajah ini, apa ini wajah orang bahagia atau sedih?" tudingnya penuh kekesalan. Aku yang sedang mengancing baju hanya menatap sekilas ke cermin lalu menjauh dengan wajah datar. Sekarang sebisa mungkin mengendalikan diri dan mengubah raut wajahku agar tak dicurigai Aurel atau siapapun yang melihatnya. Biar apa yang mereka pikirkan t

DMCA.com Protection Status