“Apa yang membuatmu keberatan? Kita sama-sama single. Minggu depan, suka atau tidak suka, kau harus ikut ke rumah mamaku. Kalau sampai kau mengacau, aku akan mengunjungi ibumu lagi. Terakhir kali aku bertemu dengannya, ibumu tersenyum bahagia saat aku memperkenalkan diriku sebagai calon suamimu,” jelas Marco lalu tersenyum smirk.“Apa kau sudah gila?!” Gwen hampir frustasi mengatasi Marco yang pemaksa.“Well, kau tidak bisa menolakku. Lagipula apa yang akan kau lakukan minggu depan? Jangan alasan menjaga ibumu. Aku sudah mengatur suster jaga untuk menjaga ibumu.”Wanita itu hampir bicara lagi, tapi Marco sudah mendekatkan wajahnya. Sebuah ancaman kalau Gwen bicara lagi, Marco akan menciummnya membuat Gwen bungkam. Gwen pun mendorong tubuh Marco agar bisa membuka pintu di belakangnya. Wanita itu memilih kembali ke meja kerjanya saja daripada terus berdebat dengan Marco. Hanya undangan makan malam saja, pikir Gwen.“Anggap saja kau sedang membalas budinya, Gwen,” batin Gwen sendu.Ketik
"Iih, kenapa kau ikut masuk sih?" Gwen melancarkan protesnya sambil melepas sepatu kerjanya."Aku kan su--.""Jangan bicara lagi. Aku sudah cukup lelah dan perutku sakit. Terserah kamu mau ngapain,” ucap Gwen cepat memotong ucapan Marco sebelum pria itu mulai mengatakan kalau Gwen tidak bisa menolaknya. Percuma juga bicara dengan pria itu sekarang. Sejak pagi, perutnya Gwen memang sudah bermasalah karena diare.Gwen langsung masuk ke kamar mandi setelah meninggalkan barang-barangnya di atas meja. Dia ingin mandi dulu dan tidur saja setelah melewati hari yang panjang dan melelahkan. Wanita itu sama sekali tidak memikirkan keberadaan Marco di dalam apartemennya. Terakhir kali pria itu datang ke apartemennya, dia hanya numpang tidur saja.Beberapa menit kemudian, Marco menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka. Gwen keluar dari dalam sana hanya memakai bathrobe dengan rambut basah. Saat Gwen melihat Marco, wanita itu sedikit tercekat. Pasalnya pria itu bukan menunggu di sofa ruang tengah,
“Kau mesumm!” pekik Gwen kaget lalu menyilangkan tangannya di depan dada. Manik mata Gwen langsung melotot horor menatap Marco.Pria itu pun tertawa ngakak melihat tingkah Gwen yang berlebihan. “Belum dipegang saja, sudah teriak-teriak. Gimana kalau aku ….”“Apa?!” bentak Gwen galak.Marco terus saja terkekeh geli sambil menghabiskan makan malamnya sendiri. Setelah meletakkan tusuk sate terakhirnya di atas kotak sate, Marco menatap Gwen sekali lagi.“Aku single, kau juga. Apa salahnya kita bersama? Jangan tanyakan tentang cinta karena aku tidak mau mengenal cinta setelah orang tuaku berpisah. Satu hal yang pasti, aku akan bertanggung jawab atas hidupmu dan juga ibumu. Kalian akan hidup dengan nyaman dan bahagia. Sedangkan aku akan mendapatkan seorang istri yang diinginkan oleh mamaku. Cukup adil ‘kan?” ucap Marco cuek.Gwen terdiam memikirkan ucapan Marco lalu kembali bertanya pada pria itu. “Bagaimana kalau mamamu menginginkan seorang cucu? Apa kau sudah memikirkannya?”“Itu gampang.
“Bos, mau diapain nona ini?” tanya salah satu anak buahnya dengan berani sambil menaik turunkan alisnya.“Jangan mikir aneh-aneh. Aku cuma mau mengantarnya pulang. Kalian kenapa cengar-cengir?!” bentak Adam dingin.“Dibawa pulang juga boleh, tuan. Tapi mainnya jangan kasar-kasar ya,” ucap anak buahnya yang lain dengan berani menggoda Adam.“Kalian mau aku hukum ya?!”Keduanya langsung berdiri tegak meskipun dengan ekspresi jahil karena melihat Adam menangkap seorang wanita. Mereka sudah curiga ketika melihat Adam mengikuti Delia keluar dari Mansion Wibisana. Bahkan bodyguard yang bertugas di ruangan CCTV juga melihat Adam menciumm paksa Delia.Tidak ingin membuang waktunya, Adam pun segera berjalan memutari mobilnya dan masuk ke dalamnya. Sedikit ngebut, pria itu mengendarai mobilnya menuju apartemen di dekat restoran cepat saji. Sesekali Adam melirik Delia yang duduk bersandar sambil memegangi kepalanya sendiri.“Sebentar saja. Aku ingin bicara denganmu,” ucap Adam ketika Delia melir
Tiba-tiba Adam mendekatkan wajahnya dan menatap dalam mata Delia. Pria itu tergoda lagi ingin mengecup bibir cherry Delia. Entah wanita itu akan marah dan memukulinya lagi, tapi Adam tidak bisa menahan hasrat yang mendorongnya bertindak lebih jauh. Sekali lagi Adam ingin merasakan lembutnya bibir Delia.“Pukul aku,” ucap Adam membuat Delia berpikir keras untuk apa. Pria itu langsung memanfaatkan situasi di tengah kebingungan Delia dengan menciumm bibir wanita itu. Meskipun sempat memberontak, Delia tidak menghindar tetapi malahan memejamkan matanya.“Kok merem?” tanya Adam yang sudah melepaskan penyatuan bibir mereka.“Hah?!” Delia sangat terkejut ketika membuka matanya dan melihat Adam sudah menjauh darinya.“Mau lagi?” Wajah Adam yang tanpa ekspresi itu terlihat sangat menyebalkan ketika menawarkan ciummannya sekali lagi.“Kamu yang ketagihan, kenapa jadi aku!” Delia cemberut sambil bersedekap.Adam hanya menatap Delia yang terlihat menggemaskan dengan bibir mirip paruh bebek. Pria
“Baik, tuan. Saya sudah mengatur Moji dan Boni yang akan mengantar Nyonya Megan masuk ke tempat pesta,” ucap Adam.“Bagus. Sebelum kita keluar, bagaimana menurutmu dengan penampilanku?” tanya Ethan sambil memutar tubuhnya sekali lagi. Kurang pohon aja biar puas muter-muternya.“Sempurna, tuan,” ucap Adam tanpa ekspresi.“Tersenyum kek, nyengir kek, masih lempeng aja wajahmu itu. Memangnya ada wanita yang mau sama kamu kalau masang wajah kayak habis disetrika gitu?” tanya Ethan lalu berdiri di hadapan Adam.“Tuan belum tahu kalau saya sudah punya Delia,” ucap Adam hanya di dalam hati saja.Adam ingat dengan ancaman Ethan yang akan mengganggunya kalau suatu saat nanti Adam sedang berkencan. Nanti malam dia akan berkencan dengan Delia dan tidak ingin Ethan mengetahuinya.“Kita keluar, tuan? Sudah waktunya,” ucap Adam berhasil mengalihkan perhatian Ethan.“Adam, ingatkan aku apa kado untuk mamamu sudah siap?” tanya Ethan yang diangguki oleh Adam. Ethan dan Megan menitipkan hadiah tas maha
Merasa dirinya yang diharapkan Ethan, Celia pun melangkah perlahan ke depan panggung. Senyum smirk Ethan langsung lenyap seketika berganti tatapan tajam dan dingin pada wanita itu.“Ya, benar. Ajak Celia berdansa, Ethan,” ucap Ilham tersenyum senang.Tanpa mengatakan apa-apa, Ethan mulai menuruni tangga dan berjalan lurus mendekati Celia. Wanita itu berdiri dengan anggun sambil tersenyum malu-malu ke arah Ethan. Yakin memang dirinya yang akan diajak berdansa, Celia pun mengulurkan tangannya ke depan. Apalagi samar-samar semua orang di sekitar Celia mulai berbisik-bisik tentang dirinya yang adalah calon tunangan Ethan.“Sayang!” panggil Ethan mesra membuat Celia semakin kegirangan.“Akhirnya dia mengakuiku juga! Yes!” batin Celia sangat senang.Tetapi situasi langsung berbalik ketika Ethan berjalan melewati Celia begitu saja. Raut wajah Celia langsung berubah seketika. Tubuhnya berbalik cepat ingin tahu siapa yang sebenarnya dipanggil ‘sayang’ oleh Ethan. Pandangan semua orang langsung
Bahkan Celia juga tetap berdiri di tempatnya semula. Raut wajahnya terlihat sangat syok karena dipermalukan Ethan. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Ethan akan mengumumkan Alexandra Stephenson sebagai calon istrinya. Kedua tangan Celia mengepal erat dengan tubuh gemetar menahan amarahnya.“Tapi yang kami tahu, Nona Alexandra sudah meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan,” tanya seorang awak media yang tiba-tiba muncul di antara para tamu undangan. Marco melakukan tugasnya dengan baik ketika menyusupkan beberapa awak media lewat jalur belakang.“Siapa yang bilang adikku meninggal?!”Semua orang menoleh ke arah seorang pria yang berjalan dengan gagah memasuki ruangan pesta itu. Gregory Stephenson terlihat sangat tampan dengan setelan jas berwarna navy dan dasi berwarna biru cerah. Tampak Marco berjalan di belakangnya bersama beberapa bodyguard lainnya.Adam langsung bergerak ke samping Ethan bersama beberapa bodyguard yang membentuk barisan untuk melindungi Ethan dan keluargan