Gregory tersenyum smirk lalu mengambil ponselnya dari dalam saku celananya. Dia mencoba menghubungi Marco yang sudah pergi sejak Gregory masuk ke dalam kamar apartemennya. Asisten pribadinya itu segera mengangkat telepon darinya.[“Ya, Tuan?”] tanya Marco yang masih berada di dalam lift.[“Marco, coba cek wanita yang bersama Ethan di salon langganan Celia. Pastikan mereka orang yang sama atau tidak. Lakukan dengan cepat,”] titah Gregory.[“Baik, Tuan. Saya tunggu Tuan di bawah. Kalau Tuan sudah selesai, tolong hubungi saya,”] ucap Marco masih dengan senyumannya yang khas.[“Aku akan turun sebentar lagi. Pastikan Celia nyaman disini.”] Gregory pun menutup telponnya lalu menatap Celia lagi.“Marco akan mengurus semuanya. Aku harus ke kantor. Telpon aku kalau kau butuh sesuatu ya,” ucap Gregory.Celia mengangguk lalu mengecup bibir Gregory, “Mau bermain sekali?”“Tergantung keahlianmu, sayang. Aku tak punya banyak waktu,” sahut Gregory lalu melumat bibir Celia.Dengan lihai, Celia menemp
“Apa kau sudah gila!” bentak Ethan setelah Adam berhasil mendorong kepalanya terlepas dari jepitan kursi mobil. Ethan menggerakkan leher dan kepalanya, untung saja lehernya tidak patah karena insiden itu.“Maaf, Tuan. Ada mobil yang melanggar lampu merah,” ucap Adam menenangkan Ethan yang misuh-misuh sendiri.“Tuh! Apa kubilang? Aku harus bertemu dengan Megan dulu, baru ke kantor! Kita tidak akan celaka kalau aku sudah berhasil menanamkan pasukan kecebongku ke dalam kolam istriku!” bentak Ethan kesal.Adam dan sopir saling pandang mendengar ucapan Ethan yang mulai gila, lalu sama-sama mengabaikan bos mereka itu. Apa hubungannya antara mereka hampir kecelakaan dengan aktifitas berkembang biak Ethan. Sopir mulai menjalankan mobil itu lagi sebelum suara klakson mobil di belakang mereka membuat Ethan semakin murka.Masih belum terima dengan kejadian yang menimpanya, Ethan menendang kursi yang diduduki Adam.“Adam! Jemput Megan pakai helikopter. Bawa ke ruang pribadiku!” titah Ethan seolah
Disaat Adam menyadari kemiripan antara Megan dengan Alexandra, Gregory juga menyadari hal yang sama. Pria itu hampir menjatuhkan gelas air minum yang dipegangnya saat melihat foto Megan. Wanita itu tampak sedang bicara dengan Ibu Susan di depan rumah mungil mereka. Wajah Megan terlihat sangat mirip dengan Alexandra, adik Gregory yang sudah meninggal.Gregory menggeleng tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bahkan sejelas itu pun foto Megan masih belum cukup untuk dirinya. Sampai pria itu harus mengusap matanya berkali-kali untuk memastikan penglihatannya tidak salah.“Tidak mungkin,” ucapnya bingung.Marco yang berdiri di sampingnya juga menatap tidak percaya kepada ponselnya sendiri. Sudah beberapa kali dia mengecek kepada anak buahnya yang bertugas mencari tahu tentang Megan, tetapi jawabannya tetap sama. Wanita yang ada di dalam foto itu adalah wanita yang sedang dicari Gregory.“Namanya Megan Larasati. Beberapa hari yang lalu, Ethan menikahi wanita itu. Tidak salah lagi, karen
“Siapa sih?!” Ketika Ethan masuk kembali ke dalam ruang kerjanya, dia dikejutkan oleh kehadiran Megan disana. Wanita itu menoleh ketika mendengar suara bariton Ethan lalu tersenyum manis. Melihat Megan duduk di sofa ruang kerjanya, Ethan mengucek matanya sendiri. Dia tidak yakin kalau Megan memang benar ada di ruangan itu.“Mas,” panggil Megan lembut.“Sayangku!” pekik Ethan girang lalu berlari cepat menyeruduk Megan.“Kyaa!” pekik wanita itu kaget karena Ethan membuatnya jatuh terlentang diatas sofa.Ethan sangat senang bisa bertemu dengan Megan setelah mereka berpisah di pagi hari usai pernikahan mereka. Tanpa melihat SItuasi, KONdisi, TOLeransi, PANdangan, dan JANGkauan, Ethan langsung melumat lembut bibir Megan yang tergencet di sofa. Ruang kerja Ethan yang biasanya tenang, tentram, dan dingin, seketika penuh dengan filter cinta yang bertebaran dimana-mana.Adam dan sekretaris Tania yang melongok ke dalam ruangan, saling pandang, lalu sama-sama berdehem. Tiba-tiba tangan Ethan ter
“Saya belum selesai bicara, Tuan. Maksud saya, daripada menunggu jadwal kosong, lebih baik Tuan mengajak Nyonya ikut ke Dubai. Meeting dengan Tuan Herlan tidak akan lama dan Tuan bisa menghabiskan waktu dengan Nyonya,” ucap Adam cepat.Ethan langsung memasang wajah sumringah dan mengangguk cepat. dia memerintahkan Adam untuk segera mengatur keberangkatannya bersama Megan. Tentu saja dengan pesan sponsor kalau Megan wajib memakai piyama tidur tipis saat mereka sedang berdua di dalam kamar.“Saya sudah memesan beberapa pakaian yang cocok untuk Nyonya Megan. Tapi apa Tuan yakin kalau Nyonya akan memakai piyama tidur itu?”“Aku tidak akan memaksanya. Lebih bagus lagi kalau tidak pakai apa-apa. Membayangkan Megan berbaring di atas tempat tidur tanpa memakai apapun akan sangat luar biasa,” ucap Ethan membuat Adam menarik napas panjang.CEKLEK!Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kepala Megan melongok keluar. Ethan melihat pundak Megan terpampang jelas tanpa penutup.. Dia pun menoleh dan
Sampai diluar, Adam dan sekretaris Tania sudah menunggu Ethan. Sebelum pergi, pria itu harus menandatangani beberapa dokumen yang penting. Adam sudah memilah dokumen mana saja yang urgent dan harus mendapatkan tanda tangan Ethan saat ini juga. Ketika Ethan sedang menandatangani berkas itu, pintu lift pun terbuka.Semua orang menoleh melihat ke arah lift ketika mendengar suara ketukan sepatu boots di lantai marmer. Mata Ethan terbelalak kaget melihat mamanya muncul di kantornya. Michela yang selalu tampil sempurna, siang itu memakai mantel berwarna hitam diatas dress berwarna hijau jamrud yang dipakainya. Sebuah tas tangan mahal dari merk dunia, menggantung indah di tangan kirinya.Sepasang kakinya berbalut sepatu boots berwarna coklat. Bukan hanya itu, rambut indah Michela yang selalu disemir hitam, terurai lembut menutupi punggungnya. Raut wajah cantiknya tampak lembut meskipun tidak tersenyum sama sekali.“Mama, ngapain kesini?” tanya Ethan panik.“Kenapa? Mama nggak boleh kesini? K
Megan menatap Ethan bingung lalu mengerjapkan mata almondnya jenaka. “Habisnya duduknya miring gini. Kalau mobil mas yang satunya itu ‘kan menghadap ke depan. Iya ‘kan?”Ethan terpaksa mengangguk meskipun sedikit kesal karena mobil limosinnya dikatai mirip angkot, tetapi rasa cintanya pada Megan membuat pria itu menerima apa yang dikatakan istrinya. Melihat tingkah Megan selanjutnya membuat Ethan menggelengkan kepalanya.Megan tidak bisa diam di dalam mobil limosin itu karena melihat banyak barang dan tombol di dalam mobil. Dia membaca semua tulisan bahasa asing di botol minuman yang terpajang di rak belakang sopir. Pandangan matanya pun berpindah ke deretan tombol dengan banyak simbol dan huruf.“Jangan dipencet sembarangan, sayang. Nanti kamu hamil,” ucap Ethan menakut-nakuti Megan yang hampir menekan salah satu tombol untuk membuka sekat antara sopir dan penumpang.Megan langsung menarik tangannya dari deretan tombol itu dan menatap suaminya. “Masa bisa hamil cuma gara-gara mencet
“Setan! Bikin kaget aja!” umpat Ethan sambil mengelus dadanya. Michela turun lebih dulu, tanpa mempedulikan reksi Ethan yang terkejut. Dia buru-buru berjalan mendekati lebih dulu. Michela mau tidak mau berbalik dan berhadapan dengan pria itu. “Nyonya, Tuan mau bicara,” ucap sekretaris pribadi Ilham yang bernama Nina. “Nina, aku nggak punya waktu ngomong dengan dia. Aku sibuk,” sahut Michela cepat. Tetapi bukan ilham namanya kalau tidak bisa membuat Michela mendengarkannya. Pria itu mengancam akan menangkap Michela dan membawanya pulang kalau Michela tidak mau bicara dengannya. [Sayang, kamu pergi nggak bawa apa-apa. Nanti di sana gimana?] tanya Ilham sok perhatian. [Aku tinggal bilang kalau kau membiarkan aku pergi tanpa kartu kredit dan uang, Sayang. Menurutmu, apa yang akan kolegamu katakan nanti?] sahut Michela dingin. [Kau mau kemana?] tabya Ilham mulai bersikap biasa lagi. [Menemui temanku. Jangan tanya siapa dia. Kau sudah tahu!] sahut Michela ketus. Adam yang terus memp