“Setan! Bikin kaget aja!” umpat Ethan sambil mengelus dadanya. Michela turun lebih dulu, tanpa mempedulikan reksi Ethan yang terkejut. Dia buru-buru berjalan mendekati lebih dulu. Michela mau tidak mau berbalik dan berhadapan dengan pria itu. “Nyonya, Tuan mau bicara,” ucap sekretaris pribadi Ilham yang bernama Nina. “Nina, aku nggak punya waktu ngomong dengan dia. Aku sibuk,” sahut Michela cepat. Tetapi bukan ilham namanya kalau tidak bisa membuat Michela mendengarkannya. Pria itu mengancam akan menangkap Michela dan membawanya pulang kalau Michela tidak mau bicara dengannya. [Sayang, kamu pergi nggak bawa apa-apa. Nanti di sana gimana?] tanya Ilham sok perhatian. [Aku tinggal bilang kalau kau membiarkan aku pergi tanpa kartu kredit dan uang, Sayang. Menurutmu, apa yang akan kolegamu katakan nanti?] sahut Michela dingin. [Kau mau kemana?] tabya Ilham mulai bersikap biasa lagi. [Menemui temanku. Jangan tanya siapa dia. Kau sudah tahu!] sahut Michela ketus. Adam yang terus memp
Wanita itu menunduk ke samping lalu tersenyum tipis malu-malu. Belum sempat berbalik, Ethan sudah mendekat lalu mengecup pundaknya lembut. Kecupan Ethan berpindah ke leher Megan dan membuat wanita itu kegelian. Rambut tipis di bawah bibir Ethan membuat Megan merasakan sensasi geli yang menyenangkan. “Hihi … geli mas,” ucap Megan lirih. “Kamu harum banget, sayang. Kita lanjutin yang di mobil tadi ya. Nanggung anacondaku mau masuk bentar,” bujuk Ethan manis kalau ada maunya. “Mas, nanti di kamar aja. Aku malu kalau disini. Nanti ada yang ngeliatin, gimana?” Ethan langsung bangkit dari sisi Megan lalu memanggil pramugari yang bertugas. Entah apa yang dibisikkan Ethan pada pramugari itu, Megan tidak bisa mendengarnya. Setengah menit kemudian, pramugari itu menarik gorden yang tiba-tiba sudah muncul dari atas Megan. Wanita itu kebingungan karena dirinya dikurung di sudut pesawat itu. “Mas?” panggil Megan mulai gugup. Biar bagaimanapun dia baru pertama kali naik pesawat dan takut diting
“Memangnya aku bilang apa?” Megan balik bertanya dengan bingung.“Tadi kamu manggil aku sayang. Coba bilang lagi. Panggil aku,” titah Ethan.“Mas,” panggil Megan polos. Ethan menarik tangan Megan lalu dengan sengaja menyusupkan tangan masuk ke bawah dress wanita itu.“Mas! Mau ngapain lagi?!” jerit Megan kaget.“Cepat panggil aku lagi dengan panggilan yang tadi atau kita lakukan sekali lagi,” ancam Ethan.Megan yang mulai panik, cepat-cepat mengingat panggilan yang tadi disebutkannya untuk Ethan. Untung saja dia ingat lalu cepat-cepat mengucapkannya dengan lantang.“Sayang!”Ethan tersenyum senang, cengengesan sendiri sebelum menarik perhatian dari tubuh Megan. Wanita itu kesal lalu memasang wajah cemberut dengan bibir manyun seperti moncong.“Kalau manyun gitu, aku ciumm lagi nih. Biar sekalian kita honeymoonnya di pesawat, nggak turun-turun,” ancam Ethan lagi.“Mas, jahat!” Megan bersedekap lalu memalingkan wajahnya.“Ya, udah. Nggak jadi nelpon Ibu sama Ayah nih.”“Jangan!” pekik M
Ethan dan Megan akhirnya menjejakkan kakinya di At.mosphere Restaurant yang berlokasi di Burj Khalifa, Dubai. Adam mengikuti mereka dari belakang bersama beberapa bodyguard Ethan. Sejak masuk ke gedung tertinggi itu, Megan tidak berhenti mengagumi keindahannya.Gedung Burj Khalifa yang menjadi ikon kota Dubai itu telah membuat Megan sadar kalau dunia ini tidak sebesar daun kelor yang tumbuh di ujung jalan rumahnya. Sepanjang perjalanan dari bandara tadi juga, Megan terus mengomentari apapun yang dilihatnya.“Mas, disini nggak ada angkot ya? Dari tadi aku lihat mobilnya pendek-pendek dan kecil lagi,” ucap Megan ketika melihat mobil sport berkeliaran di jalanan kota Dubai.“Kamu ngapain nyari angkot disini? Adanya taksi. Itu disana ada satu,” tunjuk Ethan ke luar jendela mobil yang membawa mereka.Megan melihat mobil taksi yang tidak jauh berbeda dengan mobil lainnya. Dia mengeluh karena tidak tahu cara membedakan antara taksi dengan mobil biasa.“Trus tulisannya kenapa banyakan bahasa
Ketika Ethan sedang mengobrol ringan dengan Tuan Derlan, mereka melihat kedatangan Tuan Herlan bersama rombongannya. "Selamat pagi, Tuan Ethan dan Tuan Derlan! Maafkan kami sedikit terlambat," sapa Herlan.Keduanya refleks berdiri bersama pasangan masing-masing untuk menyambut Tuan Herlan. Ethan tidak lupa membantu Megan berdiri dari duduknya. Sikapnya membuat Megan merasa sangat tersanjung dan bahagia. Dia berusaha tersenyum agar terlihat ramah dan tidak terlihat gugup."Halo, Tuan Herlan. Akhirnya kita bisa bertemu secara langsung, biasanya hanya Tuan Dimas yang hadir," sapa Ethan sambil mengulurkan tangannya.Tuan Herlan pun menyambut uluran tangan Ethan dan menjabatnya. Pria itu lalu bergantian menyapa Tuan Derlan yang namanya mirip dengan Tuan Herlan. Mereka terlibat pembicaraan basa-basi sebelum beralih pada istri masing-masing. Ethan mengangguk kepada Megan ketika Tuan Herlan memperkenalkan istrinya, Nyonya Alina."Halo, saya Megan, istri mas Ethan. Salam kenal Nyonya Alina," s
Mereka disambut penjaga toko yang mengucapkan salam dalam bahasa asing. Megan yang tidak paham, hanya tersenyum lalu menunjuk layar monitor. Penjaga toko itu mengangguk mengerti lalu menunjukkan tempat panci presto dipajang. Megan melihat-lihat harganya panci yang disana dan mengernyitkan keningnya.“Harganya murah sekali ya disini. Kalau kita belanja pakai uang Rp1.000,00, kembaliannya masih Rp850,00,” ucap Megan girang. Padahal harga yang tertera di panci presto itu adalah $150.Moji menahan tawanya melihat Megan yang belum mengerti mata uang asing. Dia juga menggelengkan kepalanya karena Megan sangat naif sampai tidak tahu mata uang asing. Padahal kalau dirupiahkan, $150 sama dengan Rp2.100.000,00. Moji pun harus menjelaskan pelan-pelan kepada Megan kalau harga asli panci presto itu adalah sebesar Rp2.100.000,00.“Mahal sekali sih!” pekik Megan syok.“Apanya yang mahal? Ada kualitas, ada harga,” ucap seorang wanita cantik yang memakai pakaian slim fit berwarna biru dongker. Megan d
Ethan terus mengejar Adam yang sangat sibuk dengan ponselnya. Pria itu sibuk menghubungi Moji seraya mencari keberadaan Megan. Dia terus mengingat kebiasaan Annie sejak dulu. Tidak sulit menemukan Annie di kota Dubai. Wanita itu sering terlihat di mall, restoran, dan … tempat penjual snack favoritnya.Masalahnya Adam sedang mengejar waktu karena melihat Marco tadi. Adam bisa menebak kalau kedatangan Marco kali ini bukan untuk mengancam Ethan. Dia takut Marco akan melukai Megan. Kembarannya itu tahu bagian mana saja pada tubuh manusia yang jika dilukai akan berakibat fatal.“Adam! Jawab pertanyaanku!” bentak Ethan yang sudah berhasil mensejajari langkah Adam.Mereka sudah tiba di lobby mall dan Adam menunjuk dua wanita di seberang mereka. Ethan langsung menoleh ke arah Megan yang sedang bicara dengan wanita di sebelahnya, Annie Eldrick. Tanpa sadar, Ethan berjalan ke depan dan menyeberang lobby untuk mendekati Megan. Saat itu Adam juga melihat Marco berdiri di dekat Megan.Pria psiko i
Annie tidak mendapatkan reaksi seperti yang dia mau. Ethan justru semakin asyik menjelajahi tubuh Megan seolah tidak ada orang lain di sekitar mereka. Annie pun mendengus kesal lalu melangkah ke depan. Dengan sepatu hak tingginya yang setinggi 12 cm, Annie menendang tulang kering Ethan.“Addoow!” pekik Ethan kesakitan.Megan langsung memeluk pinggang Ethan agar pria itu tidak terjatuh. Keduanya menatap Annie yang berdiri dengan congkaknya sambil menatap keduanya dengan kesal.“Apa-apaan kau?!” bentak Ethan masih meringis menahan sakit di kakinya. Memang beda tendangan wanita yang sedang cemburu dengan wanita yang tidak sedang cemburu.“Kalian mau aku bunuh ya. Berani banget bermesraan di depan jones. Kurang ajar!” cerocos Annie ngomel sambil bersiap menendang Ethan lagi.“Annie, jangan menendangnya lagi. Dia sudah cukup kesakitan,” pinta Megan tidak tega kepada Ethan.Melihat Megan melindungi Ethan, Annie pun mengendurkan amarahnya. Dia masih kesal kepada Ethan tetapi memilih menahan
“Iya, sayang. Aku sudah pulang. Dimana yang sakit, sayang?” tanya Ethan sambil menggenggam tangan Megan.Megan tidak menjawab, tapi meringis merasakan sakit lagi. Suster-suster yang bertugas membantu persiapan Megan untuk melahirkan, meminta Ethan untuk mundur sebentar. Mereka mengganti pakaian Megan dengan baju rumah sakit, lalu memasang alat penyangga kakinya. Megan terus merintih kesakitan di antara kesibukan dokter dan suster yang sedang bersiap untuk membantunya melahirkan.Tiba-tiba dokter Helena masuk ke dalam ruang bersalin itu. Dia sudah berganti pakaian dengan pakaian dinas dokter dan tampak sudah siap dengan sarung tangan karetnya. Dokter Helena tidak mengatakan apa-apa pada Ethan dan Megan, tetapi langsung bertanya pada rekan dokternya. Setelah mendapatkan laporan lengkap tentang kondisi Megan dan posisi bayinya, dokter Helena kembali fokus pada pasiennya itu.“Megan, dengarkan aku. Kamu ingat ‘kan dengan latihan nafas saat senam hamil? Sekarang ikuti petunjukku ya,” pinta
Baru saja Ethan ingin memejamkan matanya, ia merasakan Megan bergerak di sampingnya. Pria itu membuka matanya lalu menoleh ke samping. Tubuh Megan tampak bergerak gelisah dalam tidurnya. Ethan buru-buru bangkit bersamaan dengan Alex lalu mendekati Megan.“Sayang? Megan …,” panggil Ethan cemas.Ethan mengguncang perlahan tubuh Megan sambil menepuk-nepuk pipinya. Tetapi Megan tetap memejamkan matanya dan terlihat semakin pucat. Megan juga gemetar dan meringis menahan sakit. Saat Ethan menepuk pipi Megan lagi, Alex menghentikan pria itu. Alex menunjuk bagian bawah tubuh Megan yang sudah basah.“Tuan, sepertinya Nona akan melahirkan,” ucap Alex dengan nada gemetar. Sorot mata pria itu jelas menunjukkan kekhawatiran melihat keadaan Megan. Istrinya, suster Hanna sudah menjelaskan gejala akan melahirkan diantaranya keluar cairan yang sangat banyak dari bagian inti Megan.“Kenapa diam saja? Cepat kita ke rumah sakit!” bentak Ethan menyadarkan Alex.Pria itu segera melesat meninggalkan Ethan d
Enam bulan kemudian,Di Mansion Stephenson, Megan sedang berjalan-jalan di halaman samping mansion itu. Dia menghirup udara pagi yang segar lalu menatap jauh ke kebun buah dan sayur di seberang mansion. Tanah bekas mansion Billy Aomori yang sudah diratakan dengan tanah, disulap menjadi kebun buah dan sayuran oleh Gregory atas permintaan Megan.Semua bahan makanan untuk catering Ibu Susan, dipetik langsung dari kebun itu. Untuk memperkenalkan kebun itu, Megan mendirikan sebuah rumah kecil dan showroom agar orang-orang yang mengelola kebun itu bisa beristirahat disana. Dan hasil kebun itu juga bisa dijual kepada warga di sekitar mansion.Gudang yang ada di sekat Mansion Stephenson juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan rumah tinggal untuk bodyguard. Halaman samping dan belakang Mansion Stephenson sudah di rombak ulang untuk memperkecil kemungkinan adanya penyusup ke dalam mansion itu.“Alex, apa suamiku sudah menelpon?” tanya Megan ketika teringat pada EthanSudah bebe
[“Katakan saja,”] ucap dokter Helena.[“Bisakah kakak ipar bersabar menemani kakakku seumur hidupnya? Maksudku, aku minta maaf karena sudah memaksa kalian untuk menikah. Aku akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu padamu, kakak ipar,”] ucap Megan terdengar kasihan.Dokter Helena menarik nafas panjang lalu tersenyum lagi mendengar ucapan Megan. Sejujurnya menikah dengan Gregory tidak buruk juga. Toh, dia bukan lagi anak remaja yang harus merasakan cinta berbunga-bunga. Apalagi perlakuan Gregory padanya bisa dibilang cukup lembut.[“Aku bisa bertanggung jawab terhadap hidupku sendiri, Megan. Takdir yang membawa kami bertemu lalu menikah. Kamu hanya perantaranya saja. Well, jangan memikirkan yang seharusnya tidak perlu kau pikirkan. Aku dan kakakmu baik-baik saja. Ada atau tidak ada anak, kakakmu sudah bilang tidak apa-apa. Kalau sudah seperti itu, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk bersamanya selamanya,”] ucap dokter Helena.“Wifey, makanannya sudah datang. Kamu mau sampai kap
Dokter Helena meremat keras sprei yang menjadi alas tidurnya. Gregory sudah berhasil mendobrak masuk pertahanan Dokter Helena. Membuat wanita itu menjerit kesakitan sekaligus mendesis penuh gairah. Tidak lagi pembuktian yang perlu diungkapkan dengan kata-kata ketika noda merah tercetak jelas di atas sprei.Gregory terus menggerakkan tubuhnya dengan konstan. Setiap kali bergerak masuk, dokter Helena merasakan antara tubuhnya terasa terbelah sekaligus nikmat yang amat sangat. Gregory tahu betul bagaimana membuat dokter Helena tidak berhenti memanggil namanya dengan suara yang terdengar sangat menggoda.“Terus! Percepat!” Dokter Helena tidak bisa menahan dirinya dan ikut bergerak mencari kepuasannya.Gregory semakin bersemangat menghujam tubuh dokter Helena sampai mereka mencapai klimaks bersamaan. Dokter Helena menjambak rambut Gregory, membenamkan kelelakiannya ke dalam tubuh istrinya dan memuntahkan benih calon anak mereka. Masih belum puas, Gregory kembali menggerakkan tubuhnya sampa
Gregory tidak sabaran membawa dokter Helena ke dalam kamar pengantin mereka. Dia bahkan sudah menyiapkan helikopter untuk membawa mereka ke sebuah hotel termahal di sana. Mereka akan menghabiskan tiga hari bermalam dan bersantai di president suite room hotel itu.“Tidak apa-apa kita meninggalkan pesta begitu saja?” tanya dokter Helena sambil melihat keluar jendela helikopter yang sudah terbang ke langit.“Kau juga tidak senang dengan pesta semacam itu ‘kan? Mulai sekarang biasakan. Ada waktunya kau harus menghadiri pesta bersamaku. Sebagai Nyonya Stephenson, hanya itu yang perlu kau perhatikan,” ucap Gregory juga menatap keluar jendela.“Benarkah? Gampang sekali menjadi istrimu, Tuan Stephenson. Bagaimana dengan anak? Kau mau atau tidak?” tanya dokter Helena masih penasaran.“Aku sudah pernah bilang ‘kan. Megan yang akan melakukannya. Tapi kalau kau bersikeras, aku juga tidak keberatan membantumu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berolahraga,” sahut Gregory sambil tersenyum s
“Jadi kapan pernikahan kalian akan diadakan? Aku boleh usul?” tanya Ethan sambil mengelus lembut punggung Megan.Sejak beberapa hari ini Megan tidak mau melepaskannya sama sekali. Ethan harus selalu berada dalam jarak pandangnya atau Megan akan menjerit-jerit memanggil pria itu. Megan bahkan ikut ke kantor Wibisana Corp. hanya untuk menatap Ethan yang sedang sibuk bekerja. Untung saja kondisi kesehatan Megan dan kehamilannya sudah baik-baik saja.“Usul apa?” tanya Gregory memicingkan matanya curiga.“Boleh, usul aja yang banyak. Aku lagi malas mengurus pernikahanku,” sahut dokter Helena menyindir Gregory.Sejak dokter Helena menyetujui pernikahan itu, Gregory tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Gregory memilih semua keperluan untuk pesta pernikahan dan juga mengundang banyak orang untuk merencanakan pernikahannya. Pendapat dokter Helena bahkan tidak didengar Gregory sama sekali.“Kamu ngambek, ya? Aku kan ingin yang terbaik untuk pernikahan kita. Sekali seumur hidup, kita berdua
“Eh, itu Alex sama siapa?” tanya dokter Helena sambil menunjuk ke arah Alex dan wanita itu.Keduanya secara bersamaan menoleh menatap dokter Helena dan berjalan mendekati mereka. Saat itu dokter Helena baru menyadari siapa wanita yang bersama dengan Alex.“Loh, suster Hanna? Kok bisa kesini? Ada apa?” tanya dokter Helena yang mengenali salah satu suster di rumah sakit Wibisana.“Dokter Helena, saya diminta mengantarkan obat untuk Nyonya Megan. Kebetulan ketemu Alex tadi di depan,” ucap suster Hanna lugas.Ucapan suster Hanna membuat Ethan, Gregory, dan dokter Helena saling pandang lalu tersenyum curiga. Ketiganya kompak memicingkan matanya menatap Alex yang terlihat salah tingkah. Wajah pria itu sudah memerah dan terlihat tidak berani menatap balik pada Tuannya.“Kalian kok sepertinya sangat akrab ya. Apa ada sesuatu?” tanya Gregory curiga.“Itu .. Tuan. Anu ….” Alex menelan salivanya sebelum memberanikan dirinya untuk menjawab.“Kami bersahabat waktu SMA, Tuan. Sudah lama kami tidak
Beberapa hari kemudian di Mansion Stephenson, semua orang sedang berkumpul untuk merayakan ulang tahun Megan. Gregory sudah menyiapkan sebuah pesta kebun di samping kolam renang hanya untuk keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Bahkan bodyguard dan pelayan juga berkumpul untuk ikut merasakan hari bahagia bertambahnya usia Megan.Adam dan Marco sudah membaik dari luka-luka mereka dan datang ke mansion itu bersama istri masing-masing. Gwen dan Delia sekarang sibuk membantu suami mereka yang sedang memanggang daging dan ayam. Moji dan Boni juga tidak kalah datang membawa para istri mereka. Dan tampaknya kedua istri mereka saat ini sedang hamil muda.Ilham dan Michela tampak duduk berduaan di gazebo kayu di dekat kolam renang. Orang tua Ethan itu sedang bicara tentang rencana mereka untuk kembali rujuk. Michela berencana untuk tinggal di Mansion Wibisana untuk menjaga Megan yang sedang hamil. Sedangkan Ilham akan menyerahkan semua sahamnya pada Megan. Keputusan itu sudah Ilham sampaik