Wanita itu menunduk ke samping lalu tersenyum tipis malu-malu. Belum sempat berbalik, Ethan sudah mendekat lalu mengecup pundaknya lembut. Kecupan Ethan berpindah ke leher Megan dan membuat wanita itu kegelian. Rambut tipis di bawah bibir Ethan membuat Megan merasakan sensasi geli yang menyenangkan. “Hihi … geli mas,” ucap Megan lirih. “Kamu harum banget, sayang. Kita lanjutin yang di mobil tadi ya. Nanggung anacondaku mau masuk bentar,” bujuk Ethan manis kalau ada maunya. “Mas, nanti di kamar aja. Aku malu kalau disini. Nanti ada yang ngeliatin, gimana?” Ethan langsung bangkit dari sisi Megan lalu memanggil pramugari yang bertugas. Entah apa yang dibisikkan Ethan pada pramugari itu, Megan tidak bisa mendengarnya. Setengah menit kemudian, pramugari itu menarik gorden yang tiba-tiba sudah muncul dari atas Megan. Wanita itu kebingungan karena dirinya dikurung di sudut pesawat itu. “Mas?” panggil Megan mulai gugup. Biar bagaimanapun dia baru pertama kali naik pesawat dan takut diting
“Memangnya aku bilang apa?” Megan balik bertanya dengan bingung.“Tadi kamu manggil aku sayang. Coba bilang lagi. Panggil aku,” titah Ethan.“Mas,” panggil Megan polos. Ethan menarik tangan Megan lalu dengan sengaja menyusupkan tangan masuk ke bawah dress wanita itu.“Mas! Mau ngapain lagi?!” jerit Megan kaget.“Cepat panggil aku lagi dengan panggilan yang tadi atau kita lakukan sekali lagi,” ancam Ethan.Megan yang mulai panik, cepat-cepat mengingat panggilan yang tadi disebutkannya untuk Ethan. Untung saja dia ingat lalu cepat-cepat mengucapkannya dengan lantang.“Sayang!”Ethan tersenyum senang, cengengesan sendiri sebelum menarik perhatian dari tubuh Megan. Wanita itu kesal lalu memasang wajah cemberut dengan bibir manyun seperti moncong.“Kalau manyun gitu, aku ciumm lagi nih. Biar sekalian kita honeymoonnya di pesawat, nggak turun-turun,” ancam Ethan lagi.“Mas, jahat!” Megan bersedekap lalu memalingkan wajahnya.“Ya, udah. Nggak jadi nelpon Ibu sama Ayah nih.”“Jangan!” pekik M
Ethan dan Megan akhirnya menjejakkan kakinya di At.mosphere Restaurant yang berlokasi di Burj Khalifa, Dubai. Adam mengikuti mereka dari belakang bersama beberapa bodyguard Ethan. Sejak masuk ke gedung tertinggi itu, Megan tidak berhenti mengagumi keindahannya.Gedung Burj Khalifa yang menjadi ikon kota Dubai itu telah membuat Megan sadar kalau dunia ini tidak sebesar daun kelor yang tumbuh di ujung jalan rumahnya. Sepanjang perjalanan dari bandara tadi juga, Megan terus mengomentari apapun yang dilihatnya.“Mas, disini nggak ada angkot ya? Dari tadi aku lihat mobilnya pendek-pendek dan kecil lagi,” ucap Megan ketika melihat mobil sport berkeliaran di jalanan kota Dubai.“Kamu ngapain nyari angkot disini? Adanya taksi. Itu disana ada satu,” tunjuk Ethan ke luar jendela mobil yang membawa mereka.Megan melihat mobil taksi yang tidak jauh berbeda dengan mobil lainnya. Dia mengeluh karena tidak tahu cara membedakan antara taksi dengan mobil biasa.“Trus tulisannya kenapa banyakan bahasa
Ketika Ethan sedang mengobrol ringan dengan Tuan Derlan, mereka melihat kedatangan Tuan Herlan bersama rombongannya. "Selamat pagi, Tuan Ethan dan Tuan Derlan! Maafkan kami sedikit terlambat," sapa Herlan.Keduanya refleks berdiri bersama pasangan masing-masing untuk menyambut Tuan Herlan. Ethan tidak lupa membantu Megan berdiri dari duduknya. Sikapnya membuat Megan merasa sangat tersanjung dan bahagia. Dia berusaha tersenyum agar terlihat ramah dan tidak terlihat gugup."Halo, Tuan Herlan. Akhirnya kita bisa bertemu secara langsung, biasanya hanya Tuan Dimas yang hadir," sapa Ethan sambil mengulurkan tangannya.Tuan Herlan pun menyambut uluran tangan Ethan dan menjabatnya. Pria itu lalu bergantian menyapa Tuan Derlan yang namanya mirip dengan Tuan Herlan. Mereka terlibat pembicaraan basa-basi sebelum beralih pada istri masing-masing. Ethan mengangguk kepada Megan ketika Tuan Herlan memperkenalkan istrinya, Nyonya Alina."Halo, saya Megan, istri mas Ethan. Salam kenal Nyonya Alina," s
Mereka disambut penjaga toko yang mengucapkan salam dalam bahasa asing. Megan yang tidak paham, hanya tersenyum lalu menunjuk layar monitor. Penjaga toko itu mengangguk mengerti lalu menunjukkan tempat panci presto dipajang. Megan melihat-lihat harganya panci yang disana dan mengernyitkan keningnya.“Harganya murah sekali ya disini. Kalau kita belanja pakai uang Rp1.000,00, kembaliannya masih Rp850,00,” ucap Megan girang. Padahal harga yang tertera di panci presto itu adalah $150.Moji menahan tawanya melihat Megan yang belum mengerti mata uang asing. Dia juga menggelengkan kepalanya karena Megan sangat naif sampai tidak tahu mata uang asing. Padahal kalau dirupiahkan, $150 sama dengan Rp2.100.000,00. Moji pun harus menjelaskan pelan-pelan kepada Megan kalau harga asli panci presto itu adalah sebesar Rp2.100.000,00.“Mahal sekali sih!” pekik Megan syok.“Apanya yang mahal? Ada kualitas, ada harga,” ucap seorang wanita cantik yang memakai pakaian slim fit berwarna biru dongker. Megan d
Ethan terus mengejar Adam yang sangat sibuk dengan ponselnya. Pria itu sibuk menghubungi Moji seraya mencari keberadaan Megan. Dia terus mengingat kebiasaan Annie sejak dulu. Tidak sulit menemukan Annie di kota Dubai. Wanita itu sering terlihat di mall, restoran, dan … tempat penjual snack favoritnya.Masalahnya Adam sedang mengejar waktu karena melihat Marco tadi. Adam bisa menebak kalau kedatangan Marco kali ini bukan untuk mengancam Ethan. Dia takut Marco akan melukai Megan. Kembarannya itu tahu bagian mana saja pada tubuh manusia yang jika dilukai akan berakibat fatal.“Adam! Jawab pertanyaanku!” bentak Ethan yang sudah berhasil mensejajari langkah Adam.Mereka sudah tiba di lobby mall dan Adam menunjuk dua wanita di seberang mereka. Ethan langsung menoleh ke arah Megan yang sedang bicara dengan wanita di sebelahnya, Annie Eldrick. Tanpa sadar, Ethan berjalan ke depan dan menyeberang lobby untuk mendekati Megan. Saat itu Adam juga melihat Marco berdiri di dekat Megan.Pria psiko i
Annie tidak mendapatkan reaksi seperti yang dia mau. Ethan justru semakin asyik menjelajahi tubuh Megan seolah tidak ada orang lain di sekitar mereka. Annie pun mendengus kesal lalu melangkah ke depan. Dengan sepatu hak tingginya yang setinggi 12 cm, Annie menendang tulang kering Ethan.“Addoow!” pekik Ethan kesakitan.Megan langsung memeluk pinggang Ethan agar pria itu tidak terjatuh. Keduanya menatap Annie yang berdiri dengan congkaknya sambil menatap keduanya dengan kesal.“Apa-apaan kau?!” bentak Ethan masih meringis menahan sakit di kakinya. Memang beda tendangan wanita yang sedang cemburu dengan wanita yang tidak sedang cemburu.“Kalian mau aku bunuh ya. Berani banget bermesraan di depan jones. Kurang ajar!” cerocos Annie ngomel sambil bersiap menendang Ethan lagi.“Annie, jangan menendangnya lagi. Dia sudah cukup kesakitan,” pinta Megan tidak tega kepada Ethan.Melihat Megan melindungi Ethan, Annie pun mengendurkan amarahnya. Dia masih kesal kepada Ethan tetapi memilih menahan
“Mau mandi, yank. Gerah nih. Mandi yuk,” ajak Ethan lalu mengangkat tubuh Megan dengan cepat.Pria itu membawa Megan ke lantai atas dan langsung menuju kamar pribadinya. Megan melihat lorong panjang setelah mereka tiba di lantai atas dan berhenti di sebuah pintu kamar berwarna putih. Sekilas pintu itu tersamarkan oleh warna dinding di sekitarnya.CEKLEK!PIntu kamar pun terbuka dengan cepat. Megan bisa melihat seluruh isi kamar dari tempatnya saat ini. Pemandangan di jendela besar sangat luar biasa. Langsung mengarah ke pemandangan luar biasa Burj Khalifa. Seluruh perabotan dinominasi warna coklat kayu dikombinasikan warna silver di beberapa bagian perabotan.“Mas, ini kamarmu?” tanya Megan ketika pria itu menendang pintu menutup kembali.“Iya, sayang. Ini penthouse milikku sendiri. Sudah lama aku tidak kesini, sejak ….” Ethan menghentikan ucapannya sendiri. Dia lupa kapan terakhir kali dia berkunjung ke penthouse itu.“Mas, aku mau lihat pemandangan. Turunin dong. Dulu kamu kesini sa