“Apa kau sudah gila!” bentak Ethan setelah Adam berhasil mendorong kepalanya terlepas dari jepitan kursi mobil. Ethan menggerakkan leher dan kepalanya, untung saja lehernya tidak patah karena insiden itu.“Maaf, Tuan. Ada mobil yang melanggar lampu merah,” ucap Adam menenangkan Ethan yang misuh-misuh sendiri.“Tuh! Apa kubilang? Aku harus bertemu dengan Megan dulu, baru ke kantor! Kita tidak akan celaka kalau aku sudah berhasil menanamkan pasukan kecebongku ke dalam kolam istriku!” bentak Ethan kesal.Adam dan sopir saling pandang mendengar ucapan Ethan yang mulai gila, lalu sama-sama mengabaikan bos mereka itu. Apa hubungannya antara mereka hampir kecelakaan dengan aktifitas berkembang biak Ethan. Sopir mulai menjalankan mobil itu lagi sebelum suara klakson mobil di belakang mereka membuat Ethan semakin murka.Masih belum terima dengan kejadian yang menimpanya, Ethan menendang kursi yang diduduki Adam.“Adam! Jemput Megan pakai helikopter. Bawa ke ruang pribadiku!” titah Ethan seolah
Disaat Adam menyadari kemiripan antara Megan dengan Alexandra, Gregory juga menyadari hal yang sama. Pria itu hampir menjatuhkan gelas air minum yang dipegangnya saat melihat foto Megan. Wanita itu tampak sedang bicara dengan Ibu Susan di depan rumah mungil mereka. Wajah Megan terlihat sangat mirip dengan Alexandra, adik Gregory yang sudah meninggal.Gregory menggeleng tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bahkan sejelas itu pun foto Megan masih belum cukup untuk dirinya. Sampai pria itu harus mengusap matanya berkali-kali untuk memastikan penglihatannya tidak salah.“Tidak mungkin,” ucapnya bingung.Marco yang berdiri di sampingnya juga menatap tidak percaya kepada ponselnya sendiri. Sudah beberapa kali dia mengecek kepada anak buahnya yang bertugas mencari tahu tentang Megan, tetapi jawabannya tetap sama. Wanita yang ada di dalam foto itu adalah wanita yang sedang dicari Gregory.“Namanya Megan Larasati. Beberapa hari yang lalu, Ethan menikahi wanita itu. Tidak salah lagi, karen
“Siapa sih?!” Ketika Ethan masuk kembali ke dalam ruang kerjanya, dia dikejutkan oleh kehadiran Megan disana. Wanita itu menoleh ketika mendengar suara bariton Ethan lalu tersenyum manis. Melihat Megan duduk di sofa ruang kerjanya, Ethan mengucek matanya sendiri. Dia tidak yakin kalau Megan memang benar ada di ruangan itu.“Mas,” panggil Megan lembut.“Sayangku!” pekik Ethan girang lalu berlari cepat menyeruduk Megan.“Kyaa!” pekik wanita itu kaget karena Ethan membuatnya jatuh terlentang diatas sofa.Ethan sangat senang bisa bertemu dengan Megan setelah mereka berpisah di pagi hari usai pernikahan mereka. Tanpa melihat SItuasi, KONdisi, TOLeransi, PANdangan, dan JANGkauan, Ethan langsung melumat lembut bibir Megan yang tergencet di sofa. Ruang kerja Ethan yang biasanya tenang, tentram, dan dingin, seketika penuh dengan filter cinta yang bertebaran dimana-mana.Adam dan sekretaris Tania yang melongok ke dalam ruangan, saling pandang, lalu sama-sama berdehem. Tiba-tiba tangan Ethan ter
“Saya belum selesai bicara, Tuan. Maksud saya, daripada menunggu jadwal kosong, lebih baik Tuan mengajak Nyonya ikut ke Dubai. Meeting dengan Tuan Herlan tidak akan lama dan Tuan bisa menghabiskan waktu dengan Nyonya,” ucap Adam cepat.Ethan langsung memasang wajah sumringah dan mengangguk cepat. dia memerintahkan Adam untuk segera mengatur keberangkatannya bersama Megan. Tentu saja dengan pesan sponsor kalau Megan wajib memakai piyama tidur tipis saat mereka sedang berdua di dalam kamar.“Saya sudah memesan beberapa pakaian yang cocok untuk Nyonya Megan. Tapi apa Tuan yakin kalau Nyonya akan memakai piyama tidur itu?”“Aku tidak akan memaksanya. Lebih bagus lagi kalau tidak pakai apa-apa. Membayangkan Megan berbaring di atas tempat tidur tanpa memakai apapun akan sangat luar biasa,” ucap Ethan membuat Adam menarik napas panjang.CEKLEK!Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kepala Megan melongok keluar. Ethan melihat pundak Megan terpampang jelas tanpa penutup.. Dia pun menoleh dan
Sampai diluar, Adam dan sekretaris Tania sudah menunggu Ethan. Sebelum pergi, pria itu harus menandatangani beberapa dokumen yang penting. Adam sudah memilah dokumen mana saja yang urgent dan harus mendapatkan tanda tangan Ethan saat ini juga. Ketika Ethan sedang menandatangani berkas itu, pintu lift pun terbuka.Semua orang menoleh melihat ke arah lift ketika mendengar suara ketukan sepatu boots di lantai marmer. Mata Ethan terbelalak kaget melihat mamanya muncul di kantornya. Michela yang selalu tampil sempurna, siang itu memakai mantel berwarna hitam diatas dress berwarna hijau jamrud yang dipakainya. Sebuah tas tangan mahal dari merk dunia, menggantung indah di tangan kirinya.Sepasang kakinya berbalut sepatu boots berwarna coklat. Bukan hanya itu, rambut indah Michela yang selalu disemir hitam, terurai lembut menutupi punggungnya. Raut wajah cantiknya tampak lembut meskipun tidak tersenyum sama sekali.“Mama, ngapain kesini?” tanya Ethan panik.“Kenapa? Mama nggak boleh kesini? K
Megan menatap Ethan bingung lalu mengerjapkan mata almondnya jenaka. “Habisnya duduknya miring gini. Kalau mobil mas yang satunya itu ‘kan menghadap ke depan. Iya ‘kan?”Ethan terpaksa mengangguk meskipun sedikit kesal karena mobil limosinnya dikatai mirip angkot, tetapi rasa cintanya pada Megan membuat pria itu menerima apa yang dikatakan istrinya. Melihat tingkah Megan selanjutnya membuat Ethan menggelengkan kepalanya.Megan tidak bisa diam di dalam mobil limosin itu karena melihat banyak barang dan tombol di dalam mobil. Dia membaca semua tulisan bahasa asing di botol minuman yang terpajang di rak belakang sopir. Pandangan matanya pun berpindah ke deretan tombol dengan banyak simbol dan huruf.“Jangan dipencet sembarangan, sayang. Nanti kamu hamil,” ucap Ethan menakut-nakuti Megan yang hampir menekan salah satu tombol untuk membuka sekat antara sopir dan penumpang.Megan langsung menarik tangannya dari deretan tombol itu dan menatap suaminya. “Masa bisa hamil cuma gara-gara mencet
“Setan! Bikin kaget aja!” umpat Ethan sambil mengelus dadanya. Michela turun lebih dulu, tanpa mempedulikan reksi Ethan yang terkejut. Dia buru-buru berjalan mendekati lebih dulu. Michela mau tidak mau berbalik dan berhadapan dengan pria itu. “Nyonya, Tuan mau bicara,” ucap sekretaris pribadi Ilham yang bernama Nina. “Nina, aku nggak punya waktu ngomong dengan dia. Aku sibuk,” sahut Michela cepat. Tetapi bukan ilham namanya kalau tidak bisa membuat Michela mendengarkannya. Pria itu mengancam akan menangkap Michela dan membawanya pulang kalau Michela tidak mau bicara dengannya. [Sayang, kamu pergi nggak bawa apa-apa. Nanti di sana gimana?] tanya Ilham sok perhatian. [Aku tinggal bilang kalau kau membiarkan aku pergi tanpa kartu kredit dan uang, Sayang. Menurutmu, apa yang akan kolegamu katakan nanti?] sahut Michela dingin. [Kau mau kemana?] tabya Ilham mulai bersikap biasa lagi. [Menemui temanku. Jangan tanya siapa dia. Kau sudah tahu!] sahut Michela ketus. Adam yang terus memp
Wanita itu menunduk ke samping lalu tersenyum tipis malu-malu. Belum sempat berbalik, Ethan sudah mendekat lalu mengecup pundaknya lembut. Kecupan Ethan berpindah ke leher Megan dan membuat wanita itu kegelian. Rambut tipis di bawah bibir Ethan membuat Megan merasakan sensasi geli yang menyenangkan. “Hihi … geli mas,” ucap Megan lirih. “Kamu harum banget, sayang. Kita lanjutin yang di mobil tadi ya. Nanggung anacondaku mau masuk bentar,” bujuk Ethan manis kalau ada maunya. “Mas, nanti di kamar aja. Aku malu kalau disini. Nanti ada yang ngeliatin, gimana?” Ethan langsung bangkit dari sisi Megan lalu memanggil pramugari yang bertugas. Entah apa yang dibisikkan Ethan pada pramugari itu, Megan tidak bisa mendengarnya. Setengah menit kemudian, pramugari itu menarik gorden yang tiba-tiba sudah muncul dari atas Megan. Wanita itu kebingungan karena dirinya dikurung di sudut pesawat itu. “Mas?” panggil Megan mulai gugup. Biar bagaimanapun dia baru pertama kali naik pesawat dan takut diting
“Iya, sayang. Aku sudah pulang. Dimana yang sakit, sayang?” tanya Ethan sambil menggenggam tangan Megan.Megan tidak menjawab, tapi meringis merasakan sakit lagi. Suster-suster yang bertugas membantu persiapan Megan untuk melahirkan, meminta Ethan untuk mundur sebentar. Mereka mengganti pakaian Megan dengan baju rumah sakit, lalu memasang alat penyangga kakinya. Megan terus merintih kesakitan di antara kesibukan dokter dan suster yang sedang bersiap untuk membantunya melahirkan.Tiba-tiba dokter Helena masuk ke dalam ruang bersalin itu. Dia sudah berganti pakaian dengan pakaian dinas dokter dan tampak sudah siap dengan sarung tangan karetnya. Dokter Helena tidak mengatakan apa-apa pada Ethan dan Megan, tetapi langsung bertanya pada rekan dokternya. Setelah mendapatkan laporan lengkap tentang kondisi Megan dan posisi bayinya, dokter Helena kembali fokus pada pasiennya itu.“Megan, dengarkan aku. Kamu ingat ‘kan dengan latihan nafas saat senam hamil? Sekarang ikuti petunjukku ya,” pinta
Baru saja Ethan ingin memejamkan matanya, ia merasakan Megan bergerak di sampingnya. Pria itu membuka matanya lalu menoleh ke samping. Tubuh Megan tampak bergerak gelisah dalam tidurnya. Ethan buru-buru bangkit bersamaan dengan Alex lalu mendekati Megan.“Sayang? Megan …,” panggil Ethan cemas.Ethan mengguncang perlahan tubuh Megan sambil menepuk-nepuk pipinya. Tetapi Megan tetap memejamkan matanya dan terlihat semakin pucat. Megan juga gemetar dan meringis menahan sakit. Saat Ethan menepuk pipi Megan lagi, Alex menghentikan pria itu. Alex menunjuk bagian bawah tubuh Megan yang sudah basah.“Tuan, sepertinya Nona akan melahirkan,” ucap Alex dengan nada gemetar. Sorot mata pria itu jelas menunjukkan kekhawatiran melihat keadaan Megan. Istrinya, suster Hanna sudah menjelaskan gejala akan melahirkan diantaranya keluar cairan yang sangat banyak dari bagian inti Megan.“Kenapa diam saja? Cepat kita ke rumah sakit!” bentak Ethan menyadarkan Alex.Pria itu segera melesat meninggalkan Ethan d
Enam bulan kemudian,Di Mansion Stephenson, Megan sedang berjalan-jalan di halaman samping mansion itu. Dia menghirup udara pagi yang segar lalu menatap jauh ke kebun buah dan sayur di seberang mansion. Tanah bekas mansion Billy Aomori yang sudah diratakan dengan tanah, disulap menjadi kebun buah dan sayuran oleh Gregory atas permintaan Megan.Semua bahan makanan untuk catering Ibu Susan, dipetik langsung dari kebun itu. Untuk memperkenalkan kebun itu, Megan mendirikan sebuah rumah kecil dan showroom agar orang-orang yang mengelola kebun itu bisa beristirahat disana. Dan hasil kebun itu juga bisa dijual kepada warga di sekitar mansion.Gudang yang ada di sekat Mansion Stephenson juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan rumah tinggal untuk bodyguard. Halaman samping dan belakang Mansion Stephenson sudah di rombak ulang untuk memperkecil kemungkinan adanya penyusup ke dalam mansion itu.“Alex, apa suamiku sudah menelpon?” tanya Megan ketika teringat pada EthanSudah bebe
[“Katakan saja,”] ucap dokter Helena.[“Bisakah kakak ipar bersabar menemani kakakku seumur hidupnya? Maksudku, aku minta maaf karena sudah memaksa kalian untuk menikah. Aku akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu padamu, kakak ipar,”] ucap Megan terdengar kasihan.Dokter Helena menarik nafas panjang lalu tersenyum lagi mendengar ucapan Megan. Sejujurnya menikah dengan Gregory tidak buruk juga. Toh, dia bukan lagi anak remaja yang harus merasakan cinta berbunga-bunga. Apalagi perlakuan Gregory padanya bisa dibilang cukup lembut.[“Aku bisa bertanggung jawab terhadap hidupku sendiri, Megan. Takdir yang membawa kami bertemu lalu menikah. Kamu hanya perantaranya saja. Well, jangan memikirkan yang seharusnya tidak perlu kau pikirkan. Aku dan kakakmu baik-baik saja. Ada atau tidak ada anak, kakakmu sudah bilang tidak apa-apa. Kalau sudah seperti itu, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk bersamanya selamanya,”] ucap dokter Helena.“Wifey, makanannya sudah datang. Kamu mau sampai kap
Dokter Helena meremat keras sprei yang menjadi alas tidurnya. Gregory sudah berhasil mendobrak masuk pertahanan Dokter Helena. Membuat wanita itu menjerit kesakitan sekaligus mendesis penuh gairah. Tidak lagi pembuktian yang perlu diungkapkan dengan kata-kata ketika noda merah tercetak jelas di atas sprei.Gregory terus menggerakkan tubuhnya dengan konstan. Setiap kali bergerak masuk, dokter Helena merasakan antara tubuhnya terasa terbelah sekaligus nikmat yang amat sangat. Gregory tahu betul bagaimana membuat dokter Helena tidak berhenti memanggil namanya dengan suara yang terdengar sangat menggoda.“Terus! Percepat!” Dokter Helena tidak bisa menahan dirinya dan ikut bergerak mencari kepuasannya.Gregory semakin bersemangat menghujam tubuh dokter Helena sampai mereka mencapai klimaks bersamaan. Dokter Helena menjambak rambut Gregory, membenamkan kelelakiannya ke dalam tubuh istrinya dan memuntahkan benih calon anak mereka. Masih belum puas, Gregory kembali menggerakkan tubuhnya sampa
Gregory tidak sabaran membawa dokter Helena ke dalam kamar pengantin mereka. Dia bahkan sudah menyiapkan helikopter untuk membawa mereka ke sebuah hotel termahal di sana. Mereka akan menghabiskan tiga hari bermalam dan bersantai di president suite room hotel itu.“Tidak apa-apa kita meninggalkan pesta begitu saja?” tanya dokter Helena sambil melihat keluar jendela helikopter yang sudah terbang ke langit.“Kau juga tidak senang dengan pesta semacam itu ‘kan? Mulai sekarang biasakan. Ada waktunya kau harus menghadiri pesta bersamaku. Sebagai Nyonya Stephenson, hanya itu yang perlu kau perhatikan,” ucap Gregory juga menatap keluar jendela.“Benarkah? Gampang sekali menjadi istrimu, Tuan Stephenson. Bagaimana dengan anak? Kau mau atau tidak?” tanya dokter Helena masih penasaran.“Aku sudah pernah bilang ‘kan. Megan yang akan melakukannya. Tapi kalau kau bersikeras, aku juga tidak keberatan membantumu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berolahraga,” sahut Gregory sambil tersenyum s
“Jadi kapan pernikahan kalian akan diadakan? Aku boleh usul?” tanya Ethan sambil mengelus lembut punggung Megan.Sejak beberapa hari ini Megan tidak mau melepaskannya sama sekali. Ethan harus selalu berada dalam jarak pandangnya atau Megan akan menjerit-jerit memanggil pria itu. Megan bahkan ikut ke kantor Wibisana Corp. hanya untuk menatap Ethan yang sedang sibuk bekerja. Untung saja kondisi kesehatan Megan dan kehamilannya sudah baik-baik saja.“Usul apa?” tanya Gregory memicingkan matanya curiga.“Boleh, usul aja yang banyak. Aku lagi malas mengurus pernikahanku,” sahut dokter Helena menyindir Gregory.Sejak dokter Helena menyetujui pernikahan itu, Gregory tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Gregory memilih semua keperluan untuk pesta pernikahan dan juga mengundang banyak orang untuk merencanakan pernikahannya. Pendapat dokter Helena bahkan tidak didengar Gregory sama sekali.“Kamu ngambek, ya? Aku kan ingin yang terbaik untuk pernikahan kita. Sekali seumur hidup, kita berdua
“Eh, itu Alex sama siapa?” tanya dokter Helena sambil menunjuk ke arah Alex dan wanita itu.Keduanya secara bersamaan menoleh menatap dokter Helena dan berjalan mendekati mereka. Saat itu dokter Helena baru menyadari siapa wanita yang bersama dengan Alex.“Loh, suster Hanna? Kok bisa kesini? Ada apa?” tanya dokter Helena yang mengenali salah satu suster di rumah sakit Wibisana.“Dokter Helena, saya diminta mengantarkan obat untuk Nyonya Megan. Kebetulan ketemu Alex tadi di depan,” ucap suster Hanna lugas.Ucapan suster Hanna membuat Ethan, Gregory, dan dokter Helena saling pandang lalu tersenyum curiga. Ketiganya kompak memicingkan matanya menatap Alex yang terlihat salah tingkah. Wajah pria itu sudah memerah dan terlihat tidak berani menatap balik pada Tuannya.“Kalian kok sepertinya sangat akrab ya. Apa ada sesuatu?” tanya Gregory curiga.“Itu .. Tuan. Anu ….” Alex menelan salivanya sebelum memberanikan dirinya untuk menjawab.“Kami bersahabat waktu SMA, Tuan. Sudah lama kami tidak
Beberapa hari kemudian di Mansion Stephenson, semua orang sedang berkumpul untuk merayakan ulang tahun Megan. Gregory sudah menyiapkan sebuah pesta kebun di samping kolam renang hanya untuk keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Bahkan bodyguard dan pelayan juga berkumpul untuk ikut merasakan hari bahagia bertambahnya usia Megan.Adam dan Marco sudah membaik dari luka-luka mereka dan datang ke mansion itu bersama istri masing-masing. Gwen dan Delia sekarang sibuk membantu suami mereka yang sedang memanggang daging dan ayam. Moji dan Boni juga tidak kalah datang membawa para istri mereka. Dan tampaknya kedua istri mereka saat ini sedang hamil muda.Ilham dan Michela tampak duduk berduaan di gazebo kayu di dekat kolam renang. Orang tua Ethan itu sedang bicara tentang rencana mereka untuk kembali rujuk. Michela berencana untuk tinggal di Mansion Wibisana untuk menjaga Megan yang sedang hamil. Sedangkan Ilham akan menyerahkan semua sahamnya pada Megan. Keputusan itu sudah Ilham sampaik