“Saya belum selesai bicara, Tuan. Maksud saya, daripada menunggu jadwal kosong, lebih baik Tuan mengajak Nyonya ikut ke Dubai. Meeting dengan Tuan Herlan tidak akan lama dan Tuan bisa menghabiskan waktu dengan Nyonya,” ucap Adam cepat.Ethan langsung memasang wajah sumringah dan mengangguk cepat. dia memerintahkan Adam untuk segera mengatur keberangkatannya bersama Megan. Tentu saja dengan pesan sponsor kalau Megan wajib memakai piyama tidur tipis saat mereka sedang berdua di dalam kamar.“Saya sudah memesan beberapa pakaian yang cocok untuk Nyonya Megan. Tapi apa Tuan yakin kalau Nyonya akan memakai piyama tidur itu?”“Aku tidak akan memaksanya. Lebih bagus lagi kalau tidak pakai apa-apa. Membayangkan Megan berbaring di atas tempat tidur tanpa memakai apapun akan sangat luar biasa,” ucap Ethan membuat Adam menarik napas panjang.CEKLEK!Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kepala Megan melongok keluar. Ethan melihat pundak Megan terpampang jelas tanpa penutup.. Dia pun menoleh dan
Sampai diluar, Adam dan sekretaris Tania sudah menunggu Ethan. Sebelum pergi, pria itu harus menandatangani beberapa dokumen yang penting. Adam sudah memilah dokumen mana saja yang urgent dan harus mendapatkan tanda tangan Ethan saat ini juga. Ketika Ethan sedang menandatangani berkas itu, pintu lift pun terbuka.Semua orang menoleh melihat ke arah lift ketika mendengar suara ketukan sepatu boots di lantai marmer. Mata Ethan terbelalak kaget melihat mamanya muncul di kantornya. Michela yang selalu tampil sempurna, siang itu memakai mantel berwarna hitam diatas dress berwarna hijau jamrud yang dipakainya. Sebuah tas tangan mahal dari merk dunia, menggantung indah di tangan kirinya.Sepasang kakinya berbalut sepatu boots berwarna coklat. Bukan hanya itu, rambut indah Michela yang selalu disemir hitam, terurai lembut menutupi punggungnya. Raut wajah cantiknya tampak lembut meskipun tidak tersenyum sama sekali.“Mama, ngapain kesini?” tanya Ethan panik.“Kenapa? Mama nggak boleh kesini? K
Megan menatap Ethan bingung lalu mengerjapkan mata almondnya jenaka. “Habisnya duduknya miring gini. Kalau mobil mas yang satunya itu ‘kan menghadap ke depan. Iya ‘kan?”Ethan terpaksa mengangguk meskipun sedikit kesal karena mobil limosinnya dikatai mirip angkot, tetapi rasa cintanya pada Megan membuat pria itu menerima apa yang dikatakan istrinya. Melihat tingkah Megan selanjutnya membuat Ethan menggelengkan kepalanya.Megan tidak bisa diam di dalam mobil limosin itu karena melihat banyak barang dan tombol di dalam mobil. Dia membaca semua tulisan bahasa asing di botol minuman yang terpajang di rak belakang sopir. Pandangan matanya pun berpindah ke deretan tombol dengan banyak simbol dan huruf.“Jangan dipencet sembarangan, sayang. Nanti kamu hamil,” ucap Ethan menakut-nakuti Megan yang hampir menekan salah satu tombol untuk membuka sekat antara sopir dan penumpang.Megan langsung menarik tangannya dari deretan tombol itu dan menatap suaminya. “Masa bisa hamil cuma gara-gara mencet
“Setan! Bikin kaget aja!” umpat Ethan sambil mengelus dadanya. Michela turun lebih dulu, tanpa mempedulikan reksi Ethan yang terkejut. Dia buru-buru berjalan mendekati lebih dulu. Michela mau tidak mau berbalik dan berhadapan dengan pria itu. “Nyonya, Tuan mau bicara,” ucap sekretaris pribadi Ilham yang bernama Nina. “Nina, aku nggak punya waktu ngomong dengan dia. Aku sibuk,” sahut Michela cepat. Tetapi bukan ilham namanya kalau tidak bisa membuat Michela mendengarkannya. Pria itu mengancam akan menangkap Michela dan membawanya pulang kalau Michela tidak mau bicara dengannya. [Sayang, kamu pergi nggak bawa apa-apa. Nanti di sana gimana?] tanya Ilham sok perhatian. [Aku tinggal bilang kalau kau membiarkan aku pergi tanpa kartu kredit dan uang, Sayang. Menurutmu, apa yang akan kolegamu katakan nanti?] sahut Michela dingin. [Kau mau kemana?] tabya Ilham mulai bersikap biasa lagi. [Menemui temanku. Jangan tanya siapa dia. Kau sudah tahu!] sahut Michela ketus. Adam yang terus memp
Wanita itu menunduk ke samping lalu tersenyum tipis malu-malu. Belum sempat berbalik, Ethan sudah mendekat lalu mengecup pundaknya lembut. Kecupan Ethan berpindah ke leher Megan dan membuat wanita itu kegelian. Rambut tipis di bawah bibir Ethan membuat Megan merasakan sensasi geli yang menyenangkan. “Hihi … geli mas,” ucap Megan lirih. “Kamu harum banget, sayang. Kita lanjutin yang di mobil tadi ya. Nanggung anacondaku mau masuk bentar,” bujuk Ethan manis kalau ada maunya. “Mas, nanti di kamar aja. Aku malu kalau disini. Nanti ada yang ngeliatin, gimana?” Ethan langsung bangkit dari sisi Megan lalu memanggil pramugari yang bertugas. Entah apa yang dibisikkan Ethan pada pramugari itu, Megan tidak bisa mendengarnya. Setengah menit kemudian, pramugari itu menarik gorden yang tiba-tiba sudah muncul dari atas Megan. Wanita itu kebingungan karena dirinya dikurung di sudut pesawat itu. “Mas?” panggil Megan mulai gugup. Biar bagaimanapun dia baru pertama kali naik pesawat dan takut diting
“Memangnya aku bilang apa?” Megan balik bertanya dengan bingung.“Tadi kamu manggil aku sayang. Coba bilang lagi. Panggil aku,” titah Ethan.“Mas,” panggil Megan polos. Ethan menarik tangan Megan lalu dengan sengaja menyusupkan tangan masuk ke bawah dress wanita itu.“Mas! Mau ngapain lagi?!” jerit Megan kaget.“Cepat panggil aku lagi dengan panggilan yang tadi atau kita lakukan sekali lagi,” ancam Ethan.Megan yang mulai panik, cepat-cepat mengingat panggilan yang tadi disebutkannya untuk Ethan. Untung saja dia ingat lalu cepat-cepat mengucapkannya dengan lantang.“Sayang!”Ethan tersenyum senang, cengengesan sendiri sebelum menarik perhatian dari tubuh Megan. Wanita itu kesal lalu memasang wajah cemberut dengan bibir manyun seperti moncong.“Kalau manyun gitu, aku ciumm lagi nih. Biar sekalian kita honeymoonnya di pesawat, nggak turun-turun,” ancam Ethan lagi.“Mas, jahat!” Megan bersedekap lalu memalingkan wajahnya.“Ya, udah. Nggak jadi nelpon Ibu sama Ayah nih.”“Jangan!” pekik M
Ethan dan Megan akhirnya menjejakkan kakinya di At.mosphere Restaurant yang berlokasi di Burj Khalifa, Dubai. Adam mengikuti mereka dari belakang bersama beberapa bodyguard Ethan. Sejak masuk ke gedung tertinggi itu, Megan tidak berhenti mengagumi keindahannya.Gedung Burj Khalifa yang menjadi ikon kota Dubai itu telah membuat Megan sadar kalau dunia ini tidak sebesar daun kelor yang tumbuh di ujung jalan rumahnya. Sepanjang perjalanan dari bandara tadi juga, Megan terus mengomentari apapun yang dilihatnya.“Mas, disini nggak ada angkot ya? Dari tadi aku lihat mobilnya pendek-pendek dan kecil lagi,” ucap Megan ketika melihat mobil sport berkeliaran di jalanan kota Dubai.“Kamu ngapain nyari angkot disini? Adanya taksi. Itu disana ada satu,” tunjuk Ethan ke luar jendela mobil yang membawa mereka.Megan melihat mobil taksi yang tidak jauh berbeda dengan mobil lainnya. Dia mengeluh karena tidak tahu cara membedakan antara taksi dengan mobil biasa.“Trus tulisannya kenapa banyakan bahasa
Ketika Ethan sedang mengobrol ringan dengan Tuan Derlan, mereka melihat kedatangan Tuan Herlan bersama rombongannya. "Selamat pagi, Tuan Ethan dan Tuan Derlan! Maafkan kami sedikit terlambat," sapa Herlan.Keduanya refleks berdiri bersama pasangan masing-masing untuk menyambut Tuan Herlan. Ethan tidak lupa membantu Megan berdiri dari duduknya. Sikapnya membuat Megan merasa sangat tersanjung dan bahagia. Dia berusaha tersenyum agar terlihat ramah dan tidak terlihat gugup."Halo, Tuan Herlan. Akhirnya kita bisa bertemu secara langsung, biasanya hanya Tuan Dimas yang hadir," sapa Ethan sambil mengulurkan tangannya.Tuan Herlan pun menyambut uluran tangan Ethan dan menjabatnya. Pria itu lalu bergantian menyapa Tuan Derlan yang namanya mirip dengan Tuan Herlan. Mereka terlibat pembicaraan basa-basi sebelum beralih pada istri masing-masing. Ethan mengangguk kepada Megan ketika Tuan Herlan memperkenalkan istrinya, Nyonya Alina."Halo, saya Megan, istri mas Ethan. Salam kenal Nyonya Alina," s