Megan terus menjerit meminta siapapun untuk memanggil dokter. Sampai Joshua mendekat dan bicara padanya pun, wanita itu masih sibuk menekan luka di kaki Ethan. Ethan yang tersadar melihat Megan berlutut di sampingnya, segera menarik tangan istrinya itu dan menggendongnya.“Sayang, tenanglah!” pinta Ethan mencoba menenangkan Megan yang masih panik.“Kak, cepat masuk ke kamar. Aku obati luka kalian,” pinta Joshua sambil mendorong pintu kamar Ilham lebih lebar.Ethan pun bergegas masuk ke dalam kamar dan mendudukkan Megan di sofa besar yang ada di depan tempat tidur Ilham. Megan masih saja belum sadar kalau kakinya sedang terluka. Wanita itu terus mengkhawatirkan luka di kaki Ethan.“Sayang! Tenanglah. Megan!” panggil Ethan sambil mengguncang tubuh Megan untuk menyadarkan wanita itu.“Huh?!” Megan pun meringis merasakan sakit di lututnya setelah dia kembali fokus menatap Ethan. Air bening tampak meluncur turun membasahi kedua pipinya.“Tidak apa-apa. Dokternya sudah disini,” ucap Ethan l
Sontak wajah dokter Helena memerah dan berusaha melepaskan diri dari Gregory. Tapi pria itu menjatuhkan tubuh dokter Helena dengan cepat ke atas tempat tidur. Dokter Helena menatap wajah Gregory dengan mata terbelalak sebelum mengalihkan pandangannya dengan wajah merona.Gregory mendekatkan wajahnya setelah mengukung tubuh dokter Helena dengan kedua lengan kekarnya. Tangan pria itu terulur mengurai rambut dokter Helena yang menutupi sebagian wajahnya. Ketika Gregory hampir mengecup pipi dokter Helena, wanita itu buru-buru menutup mulut Gregory dengan tangannya.“Jam berapa sekarang?” tanya dokter Helena cepat.Seharusnya dokter Helena berteriak, menjerit, memukuli Gregory setelah pria itu mengambil kesempatan dalam kesempitan atas dirinya ketika sedang mabuk. Tapi saat ini, wanita itu tidak bisa berpikir dengan jernih dan memilih menghindari Gregory dulu.“Disaat seperti ini, kau masih memikirkan jam?” Meskipun heran, Gregory menoleh menatap jam diatas nakasnya dan menyebutkan beberap
Hening. Semua bodyguard itu saling pandang tanpa berani menjawab Gregory. Tentu saja hal itu membuat Gregory heran. Sekali lagi pria itu mempertanyakan kesanggupan para bodyguardnya. Mereka tidak langsung menjawab dengan kompak tapi hanya satu dua saja yang menyahut.“Kalian kenapa? Ada masalah?” tanya Gregory sedikit kesal.Setelah para bodyguard itu saling sikut, seorang bodyguard akhirnya mau bicara. “Tuan, beneran akan segera menikah? Menjadi suami istri?”Dokter Helena mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan bodyguard itu dan membuat otaknya traveling kemana-mana. Apa mungkin pria itu memiliki kelainan yang membuatnya diragukan? Gregory yang menyadari cara dokter Helena menatapnya, kembali fokus pada bodyguard di depannya.“Memangnya kenapa kalau aku mau menikah? Tidak boleh?” tanya Gregory kesal.“Akhirnya! Tuan kita akan menikah!” Para bodyguard itu kompak berseru dan saling memeluk satu sama lain sambil memberikan selamat.Selama ini Gregory tidak pernah memperkenalkan wani
“Sebaiknya kau cari wanita lain yang bisa kau nikahi. Aku yakin Megan akan mengerti setelah tahu tentang statusku sebagai janda. Tidak ada yang akan menerima status seperti itu di keluarga manapun. Pak sopir, sebentar lagi kita sampai. Di depan belok kanan ya. Gedungnya sudah terlihat dari sini,” ucap dokter Helena tenang.Gregory tetap tidak mengatakan apa-apa ketika mobil berbelok sesuai permintaan dokter Helena. Akhirnya mereka tiba juga di lobby apartemen wanita itu. Dokter Helena menoleh sebentar ke arah Gregory, lalu mengucapkan terima kasih padanya dengan formal. Wanita itu keluar dari mobil setelah bodyguard Gregory membuka pintu untuknya.Tanpa menoleh ke belakang, dokter Helena terus berjalan mendekati pintu lobby yang selalu terkunci. Entah karena rasa kantuknya atau pikirannya yang kacau karena ulah Gregory, dokter Helena tidak sengaja menjatuhkan tas tangannya saat mencari kartu apartemennya. Wanita itu membungkuk mengambil tas tangannya lalu bersandar pada pintu lobby.“
“Bukan itu alasannya. Aku takut tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan ini ….” Gregory menurunkan tali kecil di pundak dokter Helena lalu mengecup leher wanita itu.“Hiii!” pekik Dokter Helena kaget tapi Gregory sudah lebih dulu menahan kedua lengan wanita itu agar tidak menjauh darinya.“Aku tidak akan membiarkan pria lain melihat tubuh calon istriku. Jadi berhentilah memancingku untuk melakukannya di tempat umum. Sekarang kau mengerti?” tanya Gregory sambil terus mengecup punggung dokter Helena.Dokter Helena hanya bisa mengangguk dengan tubuh gemetar. Dia belum siap melakukan apa yang dia kira sedang dipikirkan Gregory saat ini. Merasakan tubuh wanita di depannya gemetar ketakutan, Gregory menghentikan perbuatannya dan kembali berbaring menghadap ke atas. Pria itu mengeluh kurang tidur dan mulai memejamkan matanya.Dokter Helena menoleh menatap Gregory yang sudah memejamkan matanya lebih dulu. Ragu-ragu wanita itu ikut berbaring dan menyadari bantalnya telah berganti menjadi
“Sudah kubilang, kalian tidak boleh menatap calon istriku,” ancam Gregory posesif. Pria itu sudah selesai berpakaian dan keluar dari kamar dokter Helena. Dia menyerahkan ponsel wanita itu yang terus berdengung sejak tadi.“Siapa yang menelpon?” tanya Gregory.“Ini chat dari kepala pelayan Tan. Aku diminta datang ke mansion. Ah, mobilku masih di bengkel,” keluh dokter Helena sambil membalas chat dari kepala pelayan Tan.“Ada mobil yang bisa mengantarmu di bawah. Cepat ganti baju, wife. Aku tidak bisa menemanimu ke mansion. Kabari aku tentang keadaan Megan nanti,” ucap Gregory sambil berdiri di hadapan dokter Helena.“Ada apa? Kau tidak berangkat?” tanya dokter Helena heran.Gregory menunduk lalu menunjuk keningnya minta diciumm dokter Helena. Pria itu menitahkan kalau dokter Helena harus melakukannya setiap kali mereka akan berpisah dan sibuk dengan aktifitas masing-masing.“Kau konyol sekali, hubby. Ada mereka disini, kamu nggak malu?” tanya dokter Helena.Tapi Gregory tetap kekeh ing
Di Mansion Wibisana, Ethan baru saja keluar dari ruang kerjanya setelah bicara dengan Ilham, Michela dan perawat jaga. Tujuan utama Ethan adalah kamar tidurnya tempat dia membawa Megan untuk beristirahat tadi. Kepala pelayan Tan yang melihat sosok Ethan, menghentikan pria itu tepat waktu.“Tuan, Nona dibawa ke Mansion Stephenson oleh dokter Helena,” lapor kepala pelayan Tan.“Siapa yang mengizinkannya?! Kenapa kepala pelayan Tan tidak memanggilku?!” kejar Ethan sambil berjalan mendekati pintu keluar.Tapi kepala pelayan Tan menghalangi langkah Ethan dan memberanikan dirinya untuk bicara. Pria tua itu mengatakan kepada Ethan kalau setelah Megan masuk ke dalam kamar, wanita itu tidak mau bicara apa-apa selain kepada dokter Helena. Karena khawatir dengan kondisi Megan yang sedang hamil muda, kepala pelayan Tan mengambil inisiatif untuk memanggil dokter Helena.“Tuan, sepertinya Nona mengalami trauma. Nona tampak ketakutan melihat siapapun mendekatinya, termasuk saya. Nona hanya mau bicar
“Aku tahu. Ayo kita kesana sekarang. Kepala pelayan Tan, jaga Ethan. Cepat kabari kami tentang keadaannya nanti,” titah Ilham lalu bersiap-siap menuju Mansion Stephenson bersama Michela.Sepanjang perjalanan, Michela terus melamun sambil menatap keluar jendela. Mereka naik mobil yang biasa dipakai mengantar Megan kemana-mana. Michela merasa dirinya tidak pantas berada di mobil Ilham lagi. Keengganan Michela membuat Ilham mengalah, yang paling penting baginya saat ini adalah berusaha memperbaiki segalanya.“Michela, sampai kapan kau akan mendiamkan aku seperti ini? Kau hanya bicara seperlunya,” ucap Ilham sendu.“Memangnya aku harus bicara apa lagi, Tuan Ilham. Jangan lupa, apa yang sudah kau ucapkan. Seharusnya kita sudah mengurus perceraian dengan pengacara. Tapi untuk saat ini, aku hanya ingin menantu dan anakku baik-baik saja,” ucap Michela dingin.Ilham hampir bicara lagi, tapi mereka sudah hampir sampai di Mansion Stephenson. Kehadiran mereka berdua rupanya mengejutkan Gregory da