Beranda / Romansa / Tambatan Hati Perawan Tua / 04. Pertemuan Keluarga

Share

04. Pertemuan Keluarga

Penulis: Die-din
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-06 10:28:02

Sekitar jam tujuh malam, tamu yang ditunggu akhirnya tiba di kediaman keluarga Iza. Para tamu itu sudah dipersilahkan untuk singgah di ruang tamu. Lek Soni bersama dengan istri dan seorang pria muda, yang pasti adalah Rio, anak laki-laki mereka.

Yono, ayah Iza yang pertama menyambut mereka di ruang tamu. Untuk beramah tamah sebentar sebelum memanggil istri dan anaknya untuk bergabung bersama mereka.

"Bagaimana kabar semuanya? Sudah lama ya tidak pernah ketemu seperti ini? Wes pirang tahun Bu-ne? Sampai lupa kalau punya saudara jauh." Yono memulai ramah tamah.

"Iya ya, sudah lama sekali." Sri ikut menambahi ucapan sang suami. "Ini Mas Rio yang masih kecil dulu itu yah? Wah sudah gede dan ganteng sekarang."

"Nggeh, Bu De." Rio menjawab canggung pujian dari Sri.

"Waktu ketemu dulu kan kalian masih kecil-kecil. Kalau begitu, sebaiknya kenalan lagi. Mas Rio, perkenalkan ini Iza anaknya Pak De." Yono memfokuskan perkenalan kepada kedua anak muda yang akan dijodohkan, Rio dan Iza. Karena kedua orang tua mereka sudah saling kenal satu sama lainnya.

"Salam kenal," Iza pun menyalami kedua orang tua RIo. Kemudian memberikan anggukan sopan kepada pria muda yang sedang duduk di dekat keduanya.

"Nak Iza makin cantik saja ya?" Nanik, Istri Soni memberikan pujian kepada Iza. 

"Ah Bu Lek Nanik bisa saja." Iza menjawab sambil tersenyum simpul, sudah terbiasa dengan pujian basa-basi seperti ini.

"Rio, ayo disapa Mbak Iza. Gak usah jaim dan malu-malu begitu." Soni sedikit menggoda putranya yang terlihat kikuk saat berhadapan dengan Iza.

"Salam kenal, Mbak Iza. Nama saya Rio." Rio memberikan sapaan dengan senyuman selebar senyuman model iklan pasta gigi.

Iza mengamati pria yang mengenalkan dirinya sebagai Rio dengan lebih seksama. Penampilan wajah dan postur tubuh pria itu cukup enak dipandang mata. Wajahnya bersih dan terawat dengan potongan rambut pendek yang rapi. Gaya berpakaian nya juga bisa dibilang trendi dan kekinian, dipadukan dengan beberapa lekukan otot maskulin yang menyembul di lengan atasnya.

'Kok kayak cowok metroseksual ya?' Iza merasa tidak nyaman dengan penampilan RIo yang tidak sesuai dengan selera pribadinya tentang sosok seorang pria.

'Masa iya cowok modelan begini mau dijodohkan, apalagi sama aku?' 

"Salam kenal." Iza balas memberikan sapaan. Namun terlalu bingung untuk memanggil RIo dengan sapaan 'Mas' atau 'Dek'. Sudah jelas usia Rio lebih muda darinya, bahkan dalam silsilah keluarga pun seharusnya Rio adalah adik sepupu jauhnya.

Baik kedua orang tua Iza maupun kedua orang tua Rio saling melemparkan senyuman sumringah melihat kedua anak muda itu berkenalan. Sepertinya mereka berharap agar keduanya bisa menjadi lebih akrab, bahkan bisa melanjutkan ke hubungan yang lebih jauh.

"Nak Iza ini kerjanya sebagai seorang perawat di rumah sakit lho, Rio." Nanik yang kali ini berkata kepada putranya untuk mempromosikan Iza.

"Eeeeh? Perawat?" Rio terlihat sedikit kaget mendengar ucapan sang ibu. Mungkin sama seperti Iza, sebelumnya dia tidak diberikan informasi lengkap tentang siapa yang akan dijodohkan dengannya.

"Iya keren toh? Pasti Iza juga kelak juga bisa merawat suami dan anak-anaknya dengan baik." Soni ikut menambahi ucapan prpmosi sang istri.

"Iya keren sekali." Rio membenarkan ucapan ayahnya. "Mbak Iza kerjanya di rumah sakit mana ya?" lanjutnya menanyai Iza.

"Di Rumah Sakit Hartanto Medika." Iza menjawab singkat, padat dan jelas.

"Rumah sakit besar di jalan provnsi itu lho, Nak Rio." Yono menambahkan keterangan Iza yang langsung dibalas dengan anggukan tanda mengerti oleh RIo. "Kalau mas Rio sekarang kerjanya apa?" Yono balik menanyai keponakan jauhnya.

"Saya bekerja di Bank, Pak De. Masih karyawan rendahan yang baru masuk." Rio menjawab dengan merendah, mungkin tidak ingin dianggap sombong oleh Iza dan keluarganya.

"Rio ini jadi manager di bank BINA cabang. Rejekinya dia Mas, padahal baru melamar 3 bulan kemarin." Berbanding terbalik dengan ucapan RIo, Nanik malah menimpali dengan membanggakan serta mempromosikan sang putra.

"Yah cukup lah untuk mengamankan status keuangan rumah tangga." Soni Iki menimpali dengan sebuah kalimat yang cukup netral.

Seluruh yang hadir di sana pun menanggapi dengan senyuman ringan ramah tamah dari kedua orang tua Rio. Kecuali Iza menjadi semakin kikuk sendiri.

'Suami? Anak? Rumah tangga? Ini gak terlalu cepat buat diomongin pada pertemuan pertama ya?' Iza membatin ngeri, tetap berusaha memasang senyuman manis di bibirnya.  

"Oiya tadi kebetulan kami masak kecil-kecilan. Jadi kita lanjutin ngobrolnya sambil makan malam aja yuk." Sri berkata untuk mempersilahkan ketiga tamunya.

"Wah ide bagus. Memang tidak baik untuk terus mengobrol dengan perut kosong." Yono ikut mendukung usulan sang istri.

"Waduh, jadi merepotkan Mbak Sri dan Mas Yono ini." Nanik menjawab dengan senyuman malu tapi mau.

"Nggak kok. Ayo! Mari silahkan!" Lanjut ayah Iza sambil mengajak para tamu berpindah posisi ke ruangan yang lebih dalam. Untuk menduduki kursi-kursi yang telah ditata mengelilingi meja makan. 

Tak lama kemudian Iza bersama kedua orang tuanya, sudah mengambil duduk di sana. Berhadapan dengan Rio dengan kedua orang tuanya juga. Mereka pun mulai menikmati sajian makan malam sederhana, hasil masakan Sri dan Iza tadi sore. Acara makan malam diselingi dengan obrolan untuk membahas topik ringan. Topik yang umum dibicarakan sehari-hari. 

Sementara itu, selama berlangsungnya percakapan, Rio terlihat sesekali melemparkan pandangan ke arah Iza. Di lain pihak, Iza yang tidak begitu minat dengan wacana perjodohan ini, sama sekali tidak perduli dengan tatapan Rio.

"Ayo silahkan hidangannya disambi, jangan dilihatin saja." Sri mempersilahkan kepada tamunya. Untuk menikmati sajian di atas meja yang sudah ditata berbagai macam jenis. 

"Begini, Mas Yono, Mbak Sri ..." Ayah Rio memulai pembicaraan resmi bahkan sebelum mereka mencicipi sajian. "Maksud kedatangan kami kali ini hanya murni sebagai upaya silaturahmi dan menyambung persaudaraan. Tapi kok jadi merepotkan seperti ini."

"Tidak ada yang merepotkan, malah kami sangat senang sekali dengan maksud kedatangan kalian." Yono menyambut gembira perkataan Soni.

"Kapan hari ibunya Rio sempat ketemu sama ibunya Iza waktu pengajian. Lhakok mereka kepikiran untuk semakin mempererat hubungan keluarga kita, biar nggak 'kepaten obor' kalau istilah orang Jawa." Soni menjelaskan maksud kedatangan mereka.

"Oleh karena itu kami ingin main ke sini untuk mengenalkan anak kami Rio, dengan Nak Iza." Nanik ikut menambahkan dengan bersemangat. 

"Yang semoga saja nantinya Rio dan Iza dapat berteman. Lalu semakin akrab ya." Sri menyambut dengan antusias. 

Iza hanya bisa menghela napas panjang mendengar ucapan Nanik dan Sri. Sepertinya kedua emak-emak rempong itu adalah pemrakarsa acara perjodohan ini.

"Walaupun ini adalah kunjungan pertama, tapi kami sangat berharap kalau kami akan berkesempatan bersilaturahmi kesini lagi. Mungkin dengan personil keluarga kami yang lebih lengkap jumlahnya." Soni melanjutkan pembicaraan serius mereka.

Sepertinya dia sengaja menggunakan bahasa yang sedikit berteka-teki dan mengandung kode tersembunyi di balik ucapannya. Padahal sudah jelas sekali maksudnya. Bersilaturahmi dengan keluarga lengkap? Pasti untuk melamar Iza sebagai menantu mereka bukan?

Iza dan Yono, ayahnya hanya terdiam mendengar ucapan Soni itu. Mereka mengerti dan tahu benar akan maksud dari ucapan itu. Namun bingung harus menjawab dan bereaksi bagaimana. Ayah dan anak itu memang ingin Iza segera menemukan jodohnya, namun tidak dengan cara tergesa-gesa seperti ini. 

Akan tetapi untuk langsung menolak mentah-mentah juga tidak memungkinkan bagi mereka. Terlalu kasar dan tidak sopan, serta tidak pantas mengingat mereka masih kerabat dekat. Juga karena status Iza sebagai perawan tua.

'Bukankah kalau menolak akan dianggap terlalu pilih-pilih lagi?'

Iza memandang penuh harap kepada sang ayah. Berharap beliau bisa memberikan jawaban yang cukup bijaksana dalam masalah ini.

'Paling tidak kan seharusnya kami masih harus berkenalan satu sama lainnya?'

Bab terkait

  • Tambatan Hati Perawan Tua   05. Berondong

    "Saya tidak keberatan dengan wacana untuk mempererat hubungan silaturahmi antara kedua keluarga ini. Akan tetapi Iza dan Rio kan baru saja berkenalan.""Jadi saya rasa akan lebih baik jika mereka bisa lebih saling mengenal, satu sama lainnya lebih baik lagi." Yono memberikan jawaban yang netral.Iza menghela napas lega mendengar ucapan sang ayah. Tidak seperti Sri, Yono memang lebih adem dan tidak pernah terang-terangan memaksa Iza untuk cepat-cepat menikah. Beliau lebih memahami bahwa urusan jodoh dan rejeki murni terletak di tangan Tuhan."Sebagai orang tua, kita tidak bisa memaksakan segala sesuatu semau kita. Biarkan anak-anak sendiri yang nanti membuat keputusan untuk kehidupan mereka. Karena semua akan berpengaruh pada masa depan mereka sendiri.""Saya percaya bahwa Iza dan Rio sudah sama-sama dewasa. Jadi mereka dapat mempertanggung jawabkan keputusan masing-masing." Yono menekankan ucapannya. Untuk memberi kebebasan sepenuhnya kepada Iza dan Rio."Benar sekali Mas Yono. Saya j

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Tambatan Hati Perawan Tua   06. Pesona Sang Dokter

    "Dokter Yudi itu idaman banyak wanita waktu jaman mahasiswa dulu, Mbak. Orangnya kan cool banget, selalu bikin penasaran siapa saja yang dekat dengannya." Ucapan dokter Eka terngiang di kepala Iza. Eka juga sedikit bercerita kepada Iza tentang Yudi yang sudah dikenalnya sejak beberapa tahun yang lalu. Kedua dokter itu memang belajar di kampus yang sama waktu masa pendidikan dokter. Selanjutnya tak perlu waktu bagi Iza untuk membuktikan kebenaran dari perkataan dokter Eka. Selama seminggu menggantikan shift jaga dokter Ceicillia, dokter Yudi tidak banyak bergaul dengan para perawat atau pegawai rumah sakit lain. Dia hanya berbicara seperlunya saja, saat pelayanan pasien atau memberikan advice tindakan kepada para tenaga medis lainnya.'Dia benar-benar orang yang diam-diam menghanyutkan.' Iza membatin sambil menatap dari jauh sang dokter. Yudi yang sedang duduk di kursi dokter jaga. Dia berkutat dengan buku tebal tentang kedokteran yang selalu dibawanya dan dibaca saat ada waktu luang

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Tambatan Hati Perawan Tua   07. Balada Brio Merah

    Mobil brio merah yang dikemudikan dokter Yudi melaju kencang membelah aspal jalanan. Dari rumah makan Padang tempat Iza dan sang dokter makan malam tadi, menuju ke rumah Iza. Tidak ada alunan musik yang diputar dari MP3 player mobil. Hanya ada siaran radio tentang keadaan lalu lintas jalanan, dan berita aktual seputar Jawa Timur lainnya. "Dokter Yudi banget ya, gak suka musik tapi malah dengerin berita." Iza membatin dalam hati. Sambil duduk canggung di kursi penumpang sebelah Yudi yang sedang menyetir mobillnya. Sejak duduk dan memasuki mobil brio merah itu, baik Iza maupun Yudi hanya terdiam. Keduanya sibuk dengan permainan pikiran masing-masing, terlalu sungkan untuk memulai pembicaraan. Bingung memilih topik apa yang sekiranya bisa dibahas atau dibicarakan. "Dokter Ceicillia mulai Senin depan sudah kembali bekerja." Dokter Yudi yang pertama memecahkan keheningan di antara mereka. "Ehm, beliau sudah pulang ya dari umroh?" Iza balik bertanya memastikan. Baru sadar jika sudah ham

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Tambatan Hati Perawan Tua   08. Agresi Militer

    The power of emak-emak memang sesuatu yang tidak bisa dianggap remeh. Iza pun merasakan dampak power dari ibunya sendiri terhadap hubungannya dengan RIo. Entah apa yang dikatakan sang ibu kepada ibunya Rio, kini pria itu lebih gencar untuk mencoba berhubungan agar lebih dekat lagi dengan Iza. Hampir mirip seperti serangan Agresi Militer. Setiap pagi Rio selalu mengirimkan pesan selamat lagi yang manis. Sepanjang hari pun Rio juga kerap mengirimkan pesan kepada Iza, mulai dari sekedar mengingatkan makan atau ngobrol ringan. Obrolan ringan yang sesekali dibumbui dengan modus-modus romantisme. 'Rio ini kerjanya bagian apa sih di bank? Kok kayaknya santai banget?' Iza membatin sewaktu mendapatkan sebuah pesan berupa kata-kata romatis dari RIo di siang bolong. Iza yang sudah terlalu lama hidup single tidak terbiasa dengan perlakuan seperti itu. Iza sedikit risih dengan sifat Rio, apalagi jika harus seharian menjawab chatting dari pria itu. Alhasil Iza hanya menjawab seperlunya atau malah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Tambatan Hati Perawan Tua   09. Are You Okey?

    Detik bergulir berganti menit, menit bergulir menjadi jam, jam pun berakumulasi menjadi hari. Hubungan Iza dan Rio pun telah berjalan selama beberapa minggu. Sesuai permintaan Iza, mereka berdua mencoba menjalani proses pendekatan seperti kebanyakan pasangan lainnya. Dengan kencan singkat atau sekedar bertemu untuk makan bersama dan bertukar pikiran. Seiring berjalannya waktu, Iza pun mulai terbiasa dan tidak risih lagi dengan kehadiran Rio. Rio yang selalu rajin mengirimkan pesan singkat untuknya setiap hari. Menanyakan kabar, kegiatab bahkan membicarakan hal-hal yang tidak penting. Di satu sisi Iza tahu benar bahwa Rio masih terlalu muda baginya. Sehingga kadang ada gesekan tentang cara pandang dan pola pikir mereka yang terasa berbeda. Namun di sisi lain, sifat Rio yang humble membuat Iza merasa nyaman untuk berasa bersamanya. ‘Apa gara-gara saking lamanya jomblo sampai aku jadi baperan begini?’ ‘Seharusnya aku bisa menjaga hati. Mana mungkin Rio mau sama aku kan?’ Iza kerap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Tambatan Hati Perawan Tua   10. Tergesah-gesah

    "Za kamu dijemput tuh!" ujar Lia yang hari itu sedang berjaga shift pagi bersama dengan Iza. Iza mengarahkan pandangan ke arah yang ditunjukkan oleh Lia. Seorang pria sedang berada di parkiran sepeda motor. Pria yang sudah beberapa kali menjemput Iza pulang dari rumah sakit, Rio. 'Ngapain Rio datang hari ini? Bukannya gak ada janjian ketemu?' Iza membatin. "Buruan disamperin sana kakangmasmu!" "Tapi kan jadwal jaga belum selesai,Mbak." Iza tidak beranjak dari posisinya. "Halah tinggal sepuluh menit lagi, pulang aja duluan. Dokter Eka juga gak akan keberatan." Lia memberi sedikit kelonggaran kepada Iza. Iza pun kembali mengamati Rio yang sedang berbicara dengan satpam rumah sakit. Dan pria itu kontan melambaikan tangan sebagai sapaan begitu menyadari Iza memandang kepada dirinya. Rio masih mengenakan setelan resmi kantoran. Tanda bahwa pria itu juga baru pulang dari bekerja. Iza pun merasa tidak enak membuatnya menunggu, padahal sudah repot-repot menjemput dirinya. "Yau

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Tambatan Hati Perawan Tua   11. Lamaran

    Setelah mendapatkan kata iya dari Iza, Rio pun benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Sebagai pembuktian bahwa dia benar-benar serius akan hubungan mereka berdua., Rio membawa kedua orang tua dan keluarga dekat untuk mendatangi rumah Iza pasa sore keesokan harinya.Keluarga Rio datang dengan tiga buah mobil, membawa personil keluarga yang cukup banyak. Mereka bahkan juga membawa berbagai seserahan dan hadiah untuk Iza. Mulai dari pakaian, perhiasan bahkan sampai alat make up dan daily care. Serta tidak lupa membawa sebuah cincin pengikat hubungan Rio dan Iza.'Kok kayaknya heboh banget ya?' Iza merasa takjub dengan acara dadakan itu. Seolah Rio dan keluarganya sudah melakukan persiapan untuk lamaran itu sejak jauh-jauh hari.Di lain pihak, keluarga Iza bisa dibilang tidak siap dan kalang kabut dalam mempersiapkan segalanya untuk acara lamaran ini. Namun mereka tetap menerima kedatangan para tamu dengan lapang dada. Serta berusaha memberikan sambutan terbaik mereka."Selamat datan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Tambatan Hati Perawan Tua   12. Pertemuan Tak Terduga

    Setelah acara lamaran itu, hubungan Iza dan Rio jadi semakin dekat. Keduanya kerap bertemu di sela-sela kesibukan harian serta persiapan untuk acara selanjutnya, penikahan.“Udah sampai di sini saja.” Iza beranjak turun dari boncengan motor vario milik Rio. Gadis itu juga melepaskan helm yang dipakainya dan menyerahkan kepada Rio.Pagi ini Iza sedang diantarkan oleh Rio ke sebuah hotel di ibukota kabupaten. Untuk menghadiri seminar tentang penyakit menular yang diadakan oleh dinas kesehatan kabupaten, di hall sebuah hotel berbintang lima. Iza sebagai pemegang program, mewakili rumah sakitnya untuk hadir dan memberikan laporan rutin setiap semester.“Nanti pulangnya gimana?” Rio menanyai Iza sambil meletakkan helm di cantolan motor.“Aku bisa pulang sendiri atau bareng temen.” Iza tak ingin merepotkan Rio untuk menjemputnya, karena pria itu harus bekerja.Kali ini Iza terpaksa berangkat dengan diantark

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05

Bab terbaru

  • Tambatan Hati Perawan Tua   27. Getar Rasa

    Berbekal restu dari sang ibu, Iza kini tidak ragu lagi untuk memulai hubungan baru dengan dokter Yudi. Dia berniat mengutarakan perasaanya dan menanyakan jika penawaran Yudi kepadanya beberapa waktu yang lalu masih berlaku.'Tapi gimana cara bilangnya? Masa aku harua nembak duluan?' 'Eh tapi dokter Yudi kan yang sudah nembak duluan, jadi anggap saja aku cuma menjawab.' Iza pun mengajak Yudi untuk keluar sore itu, ajakan yang disambut dengan senang hati oleh yang diajak. Mungkin bagi Yudi, dengan Iza mau mengajaknya keluar terlebih dahulu saja sudah menjadi pertanda baik bagi hubungan mereka. Dan sesuai dengan perjanjian, Yudi datang menjemput Iza di rumahnya, tidak lupa berpamitan kepada kedua orang tua gadis itu.Keduanya berjalan beriringan dari parkiran mobil ke arah mall dengan sedikit canggung. Yudi berjalan mendahului sedangkan Iza mengikuti di belakangnya dengan jarak beberapa langkah. "Kita mau ke mana?" Yudi menanyai Iza setelah mereka berdiri di loby lantai satu mall."He

  • Tambatan Hati Perawan Tua   26. Kesambet

    Iza dan Yudi menikmati sajian makan siang bersama di ruang keluarga. Saking kakunya sampai tak ada yang berkata-kata di antara mereka. Entah mengapa mereka menjadi canggung dan bingung untuk memulai pembicaraan. Keadaan rumah yang sepi, kenyataan bahwa mereka hanya berduaan semakin memperparah suasana. Keduanya hanya bisa sesekali saling melemparkan pandangan, melirik, lalu kembali berkutat dengan makanan yang ada di hadapan masing-masing. 'Aduh kenapa tadi aku menawari makan siang ya? Gimana kalau para tetangga bergunjing?' 'Baru saja gagal bertunangan malah sudah memasukkan pria lain ke dalam rumah.' Iza menyesali keputusannya yang tidak pikir panjang. Dan kalau sudah begini tidak mungkin juga untuk mengusir Yudi begitu saja. "Maaf ya Mbak Iza, saya jadi merepotkan." Yudi sepertinya dapat merasakan

  • Tambatan Hati Perawan Tua   25. Pendekatan

    Yudi mengamati layar monitor yang menampilkan laporan kasus salah satu pasien dengan penyakit paru yang sedang dia tangani. Laporan-laporan yang akan dipakainya untuk ujian penentuan gelar spesialis paru yang sedang dia perjuangkan. Yudi beralih kepada lembaran foto ronsen thorax dengan kontras hitam putih milik pasien tersebut. Mengamati dan mencocokkan apa yang dilihatnya dengan apa yang tertulis di laporan. Tentang perkembangan penyakit pasien TBC setelah dilakukan pengobatan. Cukup lama Yudi tenggelam dalam kesibukannya itu, sampai tak terasa jam kerja pun berakhir. "Aku pulang duluan ya." Yudi berpamitan kepada perawat jaga di poli paru. Kemudian dia beranjak mengambil barang pribadinya dan keluar dari gedung rumah sakit. Melajukan mobil Brio merahn membelah aspal jalanan yang terik di siang hari. Rasanya sungguh sangat melelahkan kehidupan sebagai seorang PPDS. Seharian sibuk dengan banyak pasien rawat inap yang harus dia visite hari ini. Setelah vis

  • Tambatan Hati Perawan Tua   24. Pernyataan

    Iza tertegun mendengarkan ucapan Yudi yang sama sekali tidak terduga olehnya. Seluruh logika dan akal sehat gadis itu sama sekali tidak dapat mempercayai apa yang dia dengar. Oleh karena itu, Iza pun memberanikan diri untuk berkata.“Dokter Yudi jangan becanda donk. Nanti saya bisa baper.” Iza menambahi dengan tawa ringan, seperti sedang menanggapi sebuah candaan dari temannya.Yudi mengerutkan keningnya dalam-dalam mendengar jawaban dari Iza. Bukannya penerimaan atau penolakan yang diberikan, malah terkesan gadis itu meragukan keseriusan dari ucapannya.Padahal Yudi adalah orang yang tidak mungkin untuk bercanda, terutama dalam hal yang menyangkut perasaan seperti ini.“Saya serius," Yudi menegaskan.Iza tetap terdiam, masih tidak akan berani berharap bahwa dokter Yudi, sang idaman wanita ini akan berkata seperti itu kepadanya.‘Dia bilang mau sama aku itu maksudnya gimana ya? Mau apa?’“Saya menyukai kamu, Mbak Iza.”

  • Tambatan Hati Perawan Tua   23. Digunjingkan

    Iza mengira bahwa masalah akan selesai setelah dia memutuskan hubungn pertunangan dan membatalakan pernikahan dengan Rio. Masalahnya dengan Rio pribadi sudah selesai, dengan keluarga inti Rio juga sudah selesai. Namun dengan keluarga besar dan para tetangga satu kompleks malah timbul berbagai rumor tidak sedap. Rumor yang mengatakan dan menyalahkan Iza, yang membatalkan pernikahan dengan sepihak.“Mau cari yang gimana lagi sih Mbak Iza itu?”“Gak inget apa udah tua umurnya? Paling sebentar lagi juga sudah keriput dan tidak cantik lagi.”“Mau cari yang bagaimana lagi sih? Dilamar duda gak mau katanya ketuaan, ini dilamar perjaka masih muda juga tetap saja ditolak.”“Seleranya yang kaya raya kali, biar bisa diantar jemput pakai mobil.”“Mungkin memang gak niat buat nikah kali ya?”“Nanti kalau sudah terlambat pasti akan menyesal sendiri.”Berbagai gunjingan miring s

  • Tambatan Hati Perawan Tua   22. Menggembalikan

    Setelah kesepakatan yang dibuat Iza dan Rio untuk membatalkan pernikahan mereka, Iza pun meminta kepada kedua orang tuanya untuk mengantarkan berkunjung ke rumah Rio. Untuk membahas tentang wacana pembatalan pernikahan serta mengembalikan seserahan yang telah diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Terutama untuk barang-barang berharga seperti perhiasan.Maka di sore yang cerah itu, Iza bersama kedua orang tuanya sudah duduk ruang tamu rumah Rio. Berhadapan tiga lawan tiga dengan Rio dan kedua orang tuanya. Suasana terasa begitu canggung setelah sapaan dan ramah tamah. Tidak ada yang berani untuk bersuara, meskipun mereka sudah tahu tujuan kedatangan Iza dan keluarganya."Hemmm begini, saya mohon maaf sekali sebelumnya kepada Nak Rio, Dek Soni dan Dek Nanik. Maksud kedatangan kami kali ini adalah untuk membatalkan rencana pernikahan kedua anak kita.""Lho kenapa? Gak bisa begitu lah." Nanik kontan melayangkan protesnya."Saya dengan dari Iz

  • Tambatan Hati Perawan Tua   21. Pengakuan

    “Jika mau dilanjutkan, jadwal pernikahan kita sudah cukup dekat. Oleh karena itu sudah seharusnya kita mengurus dokumen-dokumen pernikahan di KUA. Dan aku sudah ke sana untuk meminta formulir itu.” Iza menjelaskan alasannya memberikan dokumen itu kepada Rio.“Tapi kenapa harus ada persyaratan sedetail ini?" Rio bertanya kepada Iza setelah memeriksa semua formulir yang disodorkan oleh gadis itu kepadanya.“Itu semua formulir yang aku dapatkan dari pak Mudin Desaku.” Iza menjawab dengan tenang. Dia berusaha menyembunyikan segala gejok di dalam jiwanya, bertekad untuk membuat Rio mau mengakui tentang keadaan penyakitnya."Bukankah biasanya hanya dibutuhkan beberapa dokumen untuk pembuatan buku nikah?” Rio tetap memprotes.“Jangan salah. Selain dokumen, untuk calon mempelai wanita diharuskan vaksin tetanus. Kedua calon mempelai juga disarankan untuk mengikuti kelas pra nikah yang diadakan oleh KUA atau puskesmas setem

  • Tambatan Hati Perawan Tua   20. Kebulatan tekad

    Iza memang sudah mantap memutuskan untuk membatalkan pernikahannya. Kedua orang tuanya juga sudah setuju dan memberikan restu baginya untuk melakukan hal itu. Namun ternyata sampai beberapa hari setelah kedatangan dokter Yudi ke rumahnya, Iza masih belum juga berani menemui Rio.Memang terkesan klise dan kekanakan, namun Iza merasa tidak tega dan sedih untuk memutuskan hubungannya dengan Rio dengan jalan seperti ini. Bukan karena adanya masalah dalam hubungan mereka berdua, melainkan karena suatu sebab eksternal yang sangat tidak terduga.‘Apa aku sudah jatuh cinta kepadanya?’ Iza bermonolog dalam hatinya sendiri.'Tidak, ini bukanlah cinta. Karena kami juga hanya kenal sebentar saja … Ini hanyalah rasa iba dan empati semata."Iza mencoba mengenali perasaanya sendiri kepada Rio saat ini. Hubungan selama beberapa minggu setelah mengenal pria itu memang cukup manis dan berkesan baginya.Rio memperlakukan dirinya d

  • Tambatan Hati Perawan Tua   19. Keputusan

    “Jangan mengada-ada kamu, Iza! Rio itu kelihatan sangat sehat dan bugar, mana mungkin dia sakit?” Sri memilih mode denial. Untuk menolak mempercayai apa yang dikatakan oleh putrinya.“Pasti kamu mencari-cari alasan biar bisa batalin pernikahan kan?”“Astghfirullah, Ibu … Mana mungkin Iza berbohong soal penyakit mengerikan seperti ini?”Iza dapat mengerti kekecewaan ibunya, namun juga tidak terima jika dituduh mengarang cerita untuk membatalkan pernikahannya dengan Rio.“Aku tahu kalau Ibu dan Bapak tidak akan percaya begitu saja dengan ucapan Iza. Oleh karena ini, aku membawa dokter Yudi. Dokter yang merawat Rio di RSUD.”Iza pun mejelaskan alasan kehadiran Yudi di rumah mereka saat ini.Semua pandangan mata kini kontan beralih kepada dokter Yudi, yang sejak tadi hanya terdiam tanpa suara. Memperhatikan pembicaraan memilukan antara seorang anak perempuan dan kedua orang tuanya.

DMCA.com Protection Status