Share

2. Pria Misterius

Author: Cadburry♥
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Maaf telah melibatkanmu."

•••

Brak!!

Satu tangan kokoh berhasil menangkap bola basket yang melambung ke arah Oca dan Laura.

"AH!" Satu lapangan teriak dan terkejut, karena dengan hitungan 1 detik bola itu bisa Langsung mengarah ke kepala mungil Laura.

Kedua sahabatnya Eren dan Rika ikut terkejut, Eren menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan Rika membiarkan mulutnya menganga lebar melihat kejadian tadi.

Mereka tidak menyangka, yang menyelamatkan Laura dan Oca adalah seorang Laki-laki yang diceritakan Laura tadi.

Bisikan-bisikan mulai berdatangan dari siswa atau siswi yang berada di lapangan tersebut.

"Eh, lu kenal dia?"

"Engga, tuh keknya baru liat. Anak kelas berapa si dia?"

"Ternyata, disekolah kita. Kita punya murid ganteng."

"Awto, Stalking nih."

"Eh, namanya siapa si? Ganteng banget masyaallah."

"Gila, cool abiezzz."

"Lo gapapa?" laki-laki itu berucap sembari memandang ke arah Laura, wajahnya menyiratkan kekhawatiran dia tak mempedulikan bisikan orang-orang yang ada disekitar.

Laura yang fokus mendengar bisikan murid disekeliling teralihkan oleh pertanyaan yang dilontarkan oleh lelaki di hadapannya.

Dia cukup terkejut langsung di tanya begitu.

Dengan kagok dia menjawab "E-eh iya gue gapapa kok."

Terlihat Oca kebingungan tapi merasa berterima kasih juga telah diselamatkan oleh sahabatnya dan seorang lelaki yang tak ia kenal.

Oca yang baru sadar jatuh di pangkuan Laura segera cepat-cepat bangkit. Laura terlihat susah untuk berdiri, tangannya terulur meminta bantuan Oca untuk menariknya berdiri.

Lelaki itu, yang melihat luka gores di kaki Laura segera menarik uluran tangan Laura dengan kasar.

"Aw! Pelan-pelan dong." Protes Laura berusaha berdiri dengan benar agar tak oleng kembali.

"Ikut gue." Ucapnya Serius.

Tangan Laura di tarik menuju bangku+Meja yang ada di pinggir lapangan.

"Aduh, jangan tarik-tarik. Kaki gue sakit." Keluh Laura yang larinya tertatih-tatih.

Setelah sampai sana, dengan satu gerakan Lelaki itu berhasil menggendong badan Laura menempatkannya di atas meja.

Yang digendong memunculkan wajah semburat merah menahan malu, seluruh badannya kaku saat dirinya diangkat dan di dudukan di atas meja.

Laura melihat sekeliling, terlihat pandangan terkejut dan death glare memenuhi satu lapangan ini.

Lelaki itu tak mempedulikan keadaan sekitar, yang dia pedulikan sekarang adalah Luka nya Laura.

Dia berjongkok untuk melihat luka yang berada di samping lutut Laura.

"Aw!" Laura merintih kesakitan ketika Lelaki itu mencoba menyentuh lukanya.

Laura menunduk melihat segala gerak-gerik yang dilakukan cowo itu, entah kenapa dia bisa menyimpan betadine dan plester yang berada di dalam saku nya.

Dengan sangat amat perlahan lelaki itu membalurkan betadine ke arah luka milik Laura.

"Hati hati, jaga diri sendiri aja belom bisa, ini udah sok-sok an ngelindungin orang lain." celetuk laki-laki ini dengan Nada Sarkasnya.

Laura tak mendengar Ucapan nya, dia malah salah fokus. Tatapan-nya terpana melihat bagaimana Lelaki itu dengan sangat hati-hati menempelkan plester ke arah luka nya.

Tanpa sadar, Laura menggumamkan satu pertanyaan.

"Kamu ini siapa?" Gumamnya kecil masih sambil terpana dengan gerak-gerik yang dilakukan lelaki itu.

Lelaki itu, yang mendengar gumaman Laura hanya tersenyum kecil diam-diam.

"Udah ni, luka lu. Lain kali hati-hati." Ucap lelaki itu tak menggubris pertanyaan dari Laura.

Lelaki itu kemudian bangkit memandang sekilas ke arah Laura, lalu pandangannya berbalik menuju ke arah Oca.

"Lu gapapa kan?!" Teriaknya memastikan karena jaraknya yang cukup jauh dari tengah lapangan tempat Oca berdiri.

"I-iya gapapa." Jawab Oca gugup.

Lelaki itu mengangguk "Okey" Dia bergumam sembari menghela nafas lega, kemudian berjalan menjauh dari hadapan Laura.

Laura yang sedari tadi melihat gerak-gerik Lelaki itu yang berangsur-angsur menjauh membuatnya melekukan bibirnya kebawah, karena tak melihat punggung laki-laki itu lagi.

"Yah, hilang lagi deh." Gumamnya sedih.

Kemudian seisi lapangan kembali Normal, Eren dan Rika menghampiri Laura begitupun dengan Oca.

"Lu gapapa ra?! Ya ampun! Sumpah cowo yang tadi sih ganteng banget!" Rika mulai heboh.

"Iya, gue liat kayaknya dia cowo yang ada di kantin tadi bukan si? Yang nolongin lo juga?!" Eren ikutan histeris.

"Nah itu!!" Gantian Laura berteriak histeris sambil menujuk Eren, membuat ketiga temannya terkejut.

"Lo ngerasa aneh ga si? Yang dateng dia mulu?" lanjutnya.

Oca mendadak bingung. "Hah dia mulu?"

"Alah, itu palingan cuman sugesti lo aja ra." celetuk Rika langsung tak percaya.

"Iya, bisa aja dia lagi kebetulan deket sama tempat lo. Makannya dia bisa langsung nolongin lo!" Eren setuju dengan pernyataan Rika.

"Ih, ga gitu guys! Dahlah..." Laura malas, pandangannya dia alihkan ke tempat lain.

Mau bagaimanapun juga, teman-temannya tak akan mengerti sebelum merasakannya sendiri.

"Yaudah, dari pada pusing ke kelas aja yuk." Ajak Oca, ketiga sejoli itu mengangguk.

Eren dan Oca membantu Laura berjalan untuk sampai ke kelasnya.

•••

"Aku pulang..." Laura membuka pintu besar rumahnya yang kosong.

Suaranya menggema tapi tak ada satupun jawaban dari dalam.

"Eh! Anak mama, udah pulang." Ibunya dari atas tangga, tersenyum menyambut kehadiran putrinya.

"Eh, itu kenapa kaki kamu?!" Nadanya berubah jadi kesal setelah melihat jalan Laura yang tertatih sedikit dengan luka plester di kakinya.

"Gapapa ma." Laura berucap pelan hendak melewati ibunya, tapi ibunya menghalangi jalan Laura.

Ibunya menatap tajam ke arah Laura, meminta penjelasan.

"Uhm... Ada sedikit Incident disekolah tadi." Jelas Laura.

"Kamu di bully lagi?! Atau ada yang sengaja lakuin sesuatu ke kamu?!" Ibunya mulai kesal dan menuduh hal yang tidak-tidak.

"Engga ma." Laura pasrah berucap dengan nada lemah dan lanjut berjalan menuju kamarnya yang berada di atas.

•••

2 Minggu kemudian...

Laura asik duduk di depan teras rumahnya, sambil membuka buku novel bertema Fantasy.

Akhir-Akhir ini Laura tidak pernah bertemu lelaki itu lagi, bak di telan bumi seluruh sekolah dia cari tapi tetap tidak ketemu.

"Yah, mungkin belom jodoh..."

Begitulah, kata orang.

Mungkin, karena jarang ada hal buruk yang menimpanya jadi dia juga jarang bertemu lelaki itu.

"Laura!! Lauraa!!" Teriak Ibunya dari dalam rumah.

Laura berdecak sebal, Ibunya mengganggu ketentraman nya membaca buku.

"Ada apa ma?" Jawabnya menengok kearah ibunya dengan malas.

"Ini apa?!" Ibunya memberikan kertas ujian Fisika miliknya.

Laura langsung terdiam, dia menggigit bibirnya takut-takut dan matanya bergerak tak menentu berusaha mencari alasan.

"Umm... I-itu--"

"Nilai Kamu merah lagi!!" ibunya langsung memotong ucapannya dan melempar kertas ujian itu tepat didepan wajahnya.

"Kenapa sih? Kamu ga bisa nurut sekali aja sama mama!!"

"Belajar Laura belajar! Pahami apa yang ga kamu pahami! Lihat! Nilai Mtk, fisika, kimia kamu merah semua! Anjlok semua!!"

"Mama bakalan bilang apa nanti ke Papa?!! Kamu mau dipukul Papa lagi?!"

"Kenapa sih Laura? Kamu lebih seneng nyiksa diri kamu ketimbang nurut sama omongan mama!"

"Coba kamu bisa kayak Kak Dion sedikit aja! Kamu ikutin jejak dia yang bisa bawa nama Papa kamu jadi besar dengan prestasinya!"

Laura bangkit mengepalkan tangannya kesal.

"Yang mama Banggain Kak Dion, Kak Dionn terus! Mama ga pernah ngeliat aku!! Emang Anak Mama cuman Kak Dion!" Laura berteriak menahan air matanya untuk keluar.

"Berani kamu ngomong kayak gitu ke Mama?! Mama ini sayang sama kamu! Mama bela-belain ngelindungin kamu dari Papa! Tapi apa?! Kamu sama sekali ga pernah mau dengerin kata Mama sedikit aja!"

"Dengerin?! Bahkan mama ga pernah sama sekali ngeliat potensi yang aku milikin! Penghargaan yang aku punya! Apa mama ngeliat aku?! Enggak!" Laura berteriak sedih.

Air mata mulai membasahi kedua pipinya, dengan cepat dia mengambil kertas ujiannya yang tergeletak dibawah dan berjalan masuk kedalam rumah.

"Pokoknya mama ga mau tau!! Kamu harus benerin Nilai kamu! Biar kamu ga kena pukul Papa lagi!" Teriak ibunya marah yang tak digubris sama sekali oleh Laura.

"Persetanan Nilai, aku lebih baik dipukul daripada dipaksa melakukan hal yang tidak kusukai." Laura berucap kesal dalam hati,sambil berjalan cepat menaiki anak tangga menuju kamarnya.

•••

Laura menghela nafas sedih melihat nilai mapel yang tidak disukainya.

75,70,65.

"Bahkan kalau nilainya 80 atau 90 semua pun mama ga bakalan mandang nilai itu sempurna." Laura berucap sambil tersenyum pahit.

Dia menaruh kepalanya di atas meja, matanya tak sengaja melihat penghargaan Sastra yang dia miliki di dalam lemari miliknya, lalu dia menghela nafas sedih.

Berjibun-jibun Piala ada disana, tapi yang paling banyak Piala yang dia hasilkan dari menulis Puisi, Sastra, membaca puisi, musikalisasi Puisi.

Sebetulnya mimpinya mudah dan hanya satu.

Bisa menjadi penulis yang bebas, itu yang dia impikan.

Bebas dengan artian dia bisa pergi kemana saja, menulis kejadian apa saja yang telah dia jumpai.

Tapi kedua orang tuanya, membuat mimpinya menjadi rumit.

Harus masuk fakultas kedokteran, harus bisa angkat Piala Sains internasional, Olimpiade lomba matematika.

"Arghhh..." Kesalnya sambil mengacak-acak rambutnya.

"Otak gue tuh ga nyampe gitu, ga nyampe itung-itungan kesana. Kenapa mesti dipaksa gitu." Ocehnya kesal sambil mengusap wajahnya kasar.

Lalu Matanya memandang langit malam yang gelap, bertabur bintang-bintang.

"Lo kemana lagi, gue cariin ngilang ga dicariin muncul terus." Tiba-Tiba dia berucap dalam hati, penasaran akan keberadaan lelaki itu.

"Apa gue mesti bunuh diri dulu, baru lu dateng nyelametin gue?" Pikirnya makin tidak jelas.

Lalu pikiran bodohnya pun datang.

"Iya! Gue bunuh diri aja! Cape gue hidup begini, berasa bukan anak, punya orang tua berasa punya orang tua tiri." Pikiran idiot Laura muncul saking Stress nya.

Lalu dia tersenyum tak jelas, membayangkan esok hari dirinya bunuh diri dan bereinkarnasi menjadi gadis yang hidupnya sederhana dan disayang kedua orang tuanya apa adanya.

•••

Keesokan harinya...

Laura masih dengan pemikiran bodohnya itu pergi menaiki tangga menuju lantai paling atas sekolahnya.

Tekadnya untuk bunuh diri sudah kuat, entah apa yang ada dipikiran gadis itu sehingga dia benar-benar bertekad ingin bunuh diri dan tidak bisa berfikir jernih.

Setelah sampai lantai paling atas, dia membuka pintu keluar gedung.

Diluar gedung dia merasakan angin kencang berhembus kearahnya, dia merentangkan kedua tangannya dan menarik nafas sekuat-kuatnya.

"tenang banget disini." Pikirnya senang.

Lalu matanya terbuka, kemudian pupil matanya melebar menandakan dirinya kaget.

Laura kaget Karena dia melihat sosok laki-laki yang dia kenal, postur tubuhnya terlihat familiar berdiri di ujung gedung dengan kedua tangan berada di saku celana nya.

Laki-laki itu dengan perlahan berputar 90° badannya ke arah Laura, lalu kepalanya menengok ke belakang. Matanya menatap tajam ke arah Laura.

"Mau ngapain?"

Dua kata yang keluar dari mulutnya cukup membuat Laura terdiam membeku disana.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
belum juga mau koncat udah ketauan duluan wkwkkw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tale of Princess and The Savior Witch   3. Setruman

    "Beberapa orang ingin tau takdir yang mereka miliki, setelah tau. Beberapa takdir mereka ada yang tidak berjalan mulus dan mereka berusaha menghindarinya, mengubahnya, walaupun mereka tau. Mereka tidak bisa merubah apapun." ••• "Lo kemana lagi, gue cariin ngilang ga dicariin muncul terus." Reyyan tersenyum miring dalam tidurnya saat mendengar suara halus itu membicarakan dirinya. "Apa gue mesti bunuh diri dulu, baru lu dateng nyelametin gue?" Tapi kata-kata itu berubah menjadi kata-kata paling idiot yang pernah dia dengar. "Iya! Gue bunuh diri aja! Cape gue hidup begin

  • Tale of Princess and The Savior Witch   4. Keputusan.

    "ini lebih sulit dari yang ku kira. Aku tidak akan menyesalinya." 🍁🍁🍁 "Uhm..." Laura membuka kedua kelopak matanya, mengedip pelan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk pada matanya. Hal pertama yang dia sadari sekarang adalah, dia berada di kamarnya. "Eh?!" Gumamnya kaget pada dirinya sendiri. Melihat tangannya yang di infus dan baju piyama yang sekarang sedang dia pakai. Dia tiba-tiba lupa dengan kejadian yang membuatnya menangis. "Eh, anak mama udh siuman." Catherine ibunda Laura mengecup kening Laura membawa rasa nyaman disitu.

  • Tale of Princess and The Savior Witch   5. Mengganggu.

    Laura membuka kedua matanya, badannya masih terasa sangat sakit. Dia melirik ke kanan dan melihat infusan yang terpasang di pergelangan tangannya. Tiba-tiba ibunya masuk membawa secangkir teh dan juga bubur. "Sayang, udah siuman. Mama yang bawa kamu ke kamar susah payah, Mama juga bawa kamu diem-diem biar ga ketahuan Papa. Sekarang dimakan dulu ya, buburnya masih anget ini." Laura hanya diam, matanya melihat kedepan tapi pandangannya kosong. Ya, Trauma itu datang lagi. Ibunya menggigit bibir bawahnya khawatir melihat Laura sekarang. Tubuhnya kurus dan pucat, hampir seperti mayat hidup sekarang. "Laura ini dimakan dulu yuk, abis itu kita ke dokter, atau besok kita ke dokter." Ibunya terus menyodorkan sendok ke mulut Laura, tapi Laura tak kunjung membuka mulut. Ibunya mendesah merasa makin khawatir. "Ibu kan udah bi

  • Tale of Princess and The Savior Witch   6. Manis

    Laura membuka mata perlahan, setelah kedua matanya terbuka lebar dia menengok ke arah kanan. Kedua pupil matanya melebar, kaget melihat ada seseorang didekatnya. "Elo! Kenapa lo disini?!" Teriak Laura sambil menunjuk orang disebelahnya. Seseorang itu hanya nyengir seperti tak ada beban disana. Siapa lagi jika bukan Reyyan. "Gangguin lo." Jawabnya enteng. Laura memutar kedua bola matanya malas. "Gue ga nerima orang yang dateng cuman buat gangguin gue." Laura menyibakkan selimut hendak berdiri. "Awas!" Teriaknya kesal yang tidak bisa pergi karena kaki panjang Reyyan yang menghalangi.

  • Tale of Princess and The Savior Witch   7. Dekat

    Laura duduk dimejanya sambil menggigit bolpoint, mimik wajahnya terlihat berpikir keras. "Reyyan penyihir, Ayah penyihir tapi dari mana rasa sakit dari dada Reyyan?" "Apa penyihir itu seperti di film Harry Potter? Tapi kulihat Reyyan tidak pernah membawa tongkat penyihir." "Ah Pusing!" Teriaknya sambil menaruh kepalanya di atas meja Laura tidak sadar teriakannya dilihat satu kelas. Saat dia menengok ke teman-temannya wajahnya berubah pucat pasi. "Laura lo gapapa kan?" "Lo mikirin apaan, sampe pusing?" "Agaknya Laura tertekan." "Eng-enggak! Gapapa hehe. Pelajaran hari ini pusing banget." Alibinya dan kembali menaruh kepalanya di atas meja. "Aduh Laura lo bego banget!" rutuknya dalam hati. Tiba-tiba datang bu Heny, guru kimia masuk ke kelas mereka.

  • Tale of Princess and The Savior Witch   8. Alasan.

    "Tuan Putri hanya boleh mencintai anak Raja yang pertama." ••• "Untuk apa kau susah payah mencari tau kalau pada dasarnya dia tidak akan menjadi milikmu?" Reyyan terhentak kaget mendengar suara itu, Reyyan sangat mengenali suara itu. Dia langsung menoleh ke belakang terlihat seseorang dibelakangnya tersenyum miring tanpa ada rasa bersalah. "Devon." Reyyan menyebut nama pemuda itu dengan suara rendah seperti ancaman kalau dia tidak ingin diganggu. Devon lelaki itu yang terbang sambil tersenyum miring tadi merasa tidak terganggu dengan ucapan Reyyan, dia malah mendekati Reyyan.

  • Tale of Princess and The Savior Witch   9. Devon

    "Ketika Alam sudah marah dia akan mengambil kembali apa yang telah kau rebut darinya." ••• Petir menggelegar dengan sangat kencang, awan diatas kepalanya berkumpul dan berkeliling membentuk spiral. Hujan terus mengguyur tambah deras tiada henti. Di tengah tempat itu ada lelaki yang tidur telungkup seperti kalah dalam perkelahian. "Uhuk... Uhuk..." batuknya dan berusaha bangkit untuk kembali melawan lawannya. Tapi lelaki itu malah jatuh, tidak ada tenaga lagi untuknya berdiri. Lelaki tinggi memakai baju kerajaan hitam mendekati dirinya. Lelaki yang telungkup tadi m

  • Tale of Princess and The Savior Witch   10. Gue tau lo bisa.

    "Ketika aku tau, kamu adalah orang yang kucari selama ini. Bagaimana bisa aku tertipu oleh semua ini?" -Reyyan. ••• "Apa kau sudah menemukan Rambut Pak tua itu?" "Belum." Reyyan menjawab tapi pandangannya fokus ke bawah dia sedang memikirkan cara untuk mengambil rambut Ayah Laura. Keduanya sama sama terdiam. "Hei! Reyyan!" Suara melengking itu menginterupsi keduanya. Wanita imut itu berlari menuju Reyyan dan juga Devon. "Wow, siapa dia?" Bisik Devon pelan saat Laura berlari ke arah mereka berdua. Re

Latest chapter

  • Tale of Princess and The Savior Witch   38. Miris

    "Ayah saja tidak percaya padaku."•••Laura duduk ditempat tidurnya sambil menunduk lemas.Leny baru saja kembali dan bilang dia tidak bisa memenuhi permintaannya karena di cegat oleh ayahnya sendiri."Cih." Laura berdecih pelan.Ayah mana yang tidak membiarkan pelayannya mencari dokter pribadi miliknya?Laura sudah yakin, bahwa Rezor bukanlah ayahnya yang sesungguhnya.Saat ini Laura hanya bisa duduk sambil menatap kedua kaki putihnya.Dia mendongak dan tidak sengaja matanya menatap cermin didepannya, kemudian dia memiringkan kepalanya bingung.Sejak kapan rambutnya berubah jadi putih kepirang-pirang an? Dan juga tubuhnya semakin memucat.Laura cepat cepat mengambil kaca kecil disamping tempat tidurnya, dia menyentuh rambutnya perlahan lalu dia berdiri ke arah laci tempat jepit-jepit rambutnya berada.Dia dari samping menjepit rambutnya jadi satu ikatan samping dikepalanya lalu menatap ke kaca.Cantik, tapi juga keliatan aneh.Tidak sengaja Laura menjatuhkan cermin yang dia pegang,

  • Tale of Princess and The Savior Witch   37. Reality

    "I don't hurt anybody and I don't believe you all.•••Laura menggerang kesakitan, kedua matanya perlahan lahan terbuka, sinar matahari yang masuk kematanya membuatnya mengernyit. Pening dikepalanya semakin bertambah ketika dirinya mencoba untuk bangun dari tidur"Eh, jangan bangun dulu badan kamu masih ga enak."Dengan gerakan cepat kedua manik mata Laura bertemu dengan kedua manik mata itu. Kedua manik mata yang semalam berhasil menipunya.Dahi Laura semakin mengernyit ketika melihat wajah itu di hadapan Laura sekarang."Siapa kamu? Ngapain kamu disini?"Pertanyaan blak-blak an itu cukup menyakiti hati Edgard, Edgard sadar Laura sudah terlebih dahulu sakit hati semalam ketika sadar dirinya berpura-pura menjadi James."Ra, dengerin dulu."Laura memalingkan tatapannya ke arah lain, tubuhnya bergeser berangsur menjauh, mimik wajahnya terlihat kalau dia sedang tak ingin disentuh.Tiba-tiba pelayan datang membawa nampan berisi bubur ayam dan juga air putih serta obat-obat an."Tuan, sepe

  • Tale of Princess and The Savior Witch   36. Sekilas

    "I will destroy everything from you, Laura."•••Laura langsung tersentak kaget dan berbalik badan."Ka--kamu siapa?! Gimana kamu bisa masuk kedalam sini?! Kamu---""Bagaimana bisa?" Alice tersenyum miring. "Tentu saja bisa." Alice mengayunkan tangannya membentuk cahaya sihir.Kedua bola mata Laura membulat sempurna. "Kau--jangan bilang kau mengelabui mereka?!"Alice tertawa licik. "Untuk apa aku mengelabui mereka? Melewati mereka saja semudah melangkahi semut."Dahi Laura mengernyit bingung, tangannya mengepal tidak terima."Apa katamu?!! Seenaknya bicara seperti itu ditempat kediaman putri kerajaan terhormat!"Kali ini wajah Alice yang menyentak terkejut. "Putri kerajaan?"Alice melangkah berkeliling-keliling kamar Laura yang sangat luas. "Wah, putri kerjaaan dari negara mana eh?"Alice meledek Laura sambil mengangkat salah satu alisnya.Laura mengepal tidak terima. "Kamu!! Bisa-bisanya kamu ga tau putri mahkota kerajaan ini?!"Alice mengubah mimik wajahnya seperti berpikir. "Tidak,

  • Tale of Princess and The Savior Witch   35. The Lady

    "Lady? She's your lady or me?•••"Bisakah kita percaya padanya?"Devon dan Oca saling bertatapan, melihat Edgard dan Laura saling tersenyum pada mereka sambil melambaikan tangan.Devon dan Oca berniat pergi dari dunia manusia untuk waktu 2 hari saja, yah... Devon ingin cepat-cepat memberi tahu pangeran sesuatu yang akan terjadi pada tuan putri dengan begitu masa hukuman mungkin akan sedikit diringankan saat pangeran meminta belas kasih pada ketua hukum pengadilan penyihir.Devon tidak yakin ini akan sukses maksimal tapi inilah satu-satunya cara agar bisa mengembalikan ingatan Laura.Terakhir kali Devon mengecek tubuh Laura terutama pikirannya, memori otaknya makin lama makin memudar itu artinya jika waktunya lama ingatan itu akan hila

  • Tale of Princess and The Savior Witch   34. Different

    "It's not different... Because you're not change.•••"Apa?!"Hey! Bajingan!"Alice berteriak kesal sambil berjalan mengikuti Edgard yang sudah berjalan semakin jauh darinya.Butuh waktu beberapa detik untuk mencerna seluruh kata kata intens yang Edgard keluarkan tadi. Karena pasalnya Edgard tidak pernah berperilaku seperti itu.Mengatakan kata-kata intens sambil menatapnya seperti musuh.Tidak.Edgard tidak sejahat itu.

  • Tale of Princess and The Savior Witch   33. Ingatan masa kecil

    "He only beside me, when you gone.••Edgard kecil yang sedang berdiri di atap menara kerajaan sambil melihat pemandangan tidak sengaja mendengar suara tangisan kecilKarena dia penyihir, kupingnya cukup tajam untuk mendengar tangisan kecil ituKepalanya melongok kebawah, matanya mengedar sekeliling mencari siapa yang menangis itu. Tapi, matanya berhenti ke satu arahDia melihat seorang gadis perempuan berambut hitam legam sedang menangis ditaman kerajaan. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil terus menangis terisak isakEdgard mengernyit kasian melihatnya

  • Tale of Princess and The Savior Witch   32. Bayangan

    Laura terus berlari kemudian berbelok, di trotoar jalanan itu banyak sekali orang berlalu lalang. Tubuh Laura berjinjit berusaha mencari figur itu tapi tidak ketemu, bagai bayangan yang langsung hilang.Alis Laura mengerut bingung tapi setelah itu dia menghela nafas pasrah.Dia berjalan pelan kesamping bangku taman, duduk disana dengan dress kuno nya. Matanya menatap mawar merah yang sangat segar itu kemudian hidungnya mencium bau mawar yang sangat harum. Senyum kecil terukir di bibirnya.Setelah itu matanya menerawang sisi bunga yang dimana disitu ada sebuah surat kecil, Laura baru menyadarinya.Aku lewat toko bunga dan melihat bunga mawar ini lalu tidak sengaja melihatmu dengan dress merah kuno mu, aku berpikir kamu seperti mawar ini. Harum dan cantik.-your prince. Edd.Kedua mata Laura berbinar-binar ketika membaca bagian bawah. "your prince."

  • Tale of Princess and The Savior Witch   31. Rindu

    "Where are u?"•••"Kenapa mukamu melamun sambil gelisah seperti itu huh? Kamu bete tidak bisa bertemu tuan putrimu?" Edgard tersenyum miring meledek Reyan sang kaka yang duduk di ruangannya."Sayang sekali, masa hukumanmu sangat panjang. Tapi itu bagus, karena aku bisa sesuka hati mengunjungi calon pacarku."Reyan menatap Edgard tidak suka. "Shut up edgard. Tarik kata-katamu atau...""Atau apa?" Wajah Edgard menantang.Reyan tersenyum miring. "Atau sesuatu yang tidak akan kau inginkan akan terjadi.""Misalnya?"Kali ini Reyan tersenyum licik.

  • Tale of Princess and The Savior Witch   30. Mendominasi

    "Tenang, aku selalu ada didekatmu."••"Ah!! Laura ini kami! Ini kami temanmu!"Aku tidak punya teman!"Eren dan Rika tersentak kaget, keduanya menatap Laura bingung."Tidak punya teman? Apa maksudmu?"Oca yang mendengar pertengkaran dari bawah segera berlari ke atas bersama Devon."Laura! Demi tuhan, kami berdua bela belain kesini buat kamu dan kamu bilang kamu ga punya teman?" Kali ini Eren yang bicara, dia bisa merasakan dadanya berdenyut sakit."Keluar!! Atau kalian akan mati."Keduanya menatap Laura tidak percaya. "Laura kau---"

DMCA.com Protection Status