MOHON MAAF SEBELUMNYA KARENA SAYA SALAH. MENULISKAN BAB YANG SEHARUSNYA BAB 70 MENJADI 71 TAPI URUTAN BENAR. ITU KARENA BAB 22 SAYA TULIS BAB 23. MOHON MAAF SEKALI LAGI.
Talak bab 73"Sudah jam berapa ini?" Rani bertanya karena melihat Sean, sudah keluar dari kamar mandi. "Sudah pagi, cepat bangun." Rani memijit keningnya. Kepalanya pusing, karena semalaman tak bisa tidur lagi, tentu setelah melihat suaminya tidur di ruang kerjanya. "Sebentar, kepalaku masih pusing." Rani merentangkan tangannya. Dia terdiam sembari melirik Sean. Biasanya pria ini akan menaikinya, dan memegang kedua tangannya di atas kepala. Tapi sekarang dia hanya melirik sebentar, lalu menuju lemari mengambil pakaian. "Perubahan yang menyakitkan," gumamnya lirih. Entah Sean dengar atau tidak."Aku siapkan sarapan atau mau makan di luar?" Bukan tanpa alasan Rani bertanya, karena saat ini Sean terlihat sudah berpakaian rapi. "Tentu saja, sarapan di rumah." Sean menjawab pelan, tatapan matanya seolah heran dengan pertanyaan istrinya."Aku akan membuat nasi goreng, tapi kalau kau terburu-buru. Kita bisa sarapan pakai roti." Rani berjalan meninggalkan suaminya. Lalu mendongakkan kepala,
Talak bab 74"Sudah tiga jam tapi belum bisa menemukan istriku. Apa kalian sudah tak berguna lagi? Cari sekarang!" Sean berteriak, setelah tiga jam kehilangan Rani. Begitu pak Warno supir sang istri menghubunginya, Sean langsung mencari, tapi sejak itu pula jejak Rani menghilang. Miko dan anak buahnya, terus melacak keberadaan wanita itu. Sayangnya alat pelacak yang Sean pasang di ponsel istrinya juga tak aktif. "Rumah sakit, cari di seluruh rumah sakit di kota ini. Sekarang!"Sean teringat kalau tadi pagi Rani seperti orang yang sedang sakit. Setelah berteriak, dia segera ikut mencari ke rumah sakit, tapi tak ada nama pasien atau wanita dengan ciri-ciri seperti istrinya. "Bodoh, seharusnya aku peka kalau dia sedang sakit." Sean merutuki dirinya, "Bagaimana?" tanyanya pada Miko yang baru datang. Dia menghela napas panjang, begitu melihat asistennya itu mengelengkan kepala."Ini sudah tiga, jam tapi kita tak bisa menemukan. Kalian juga tak bisa melacak keberadaan Wendi dan Marco, aku
Talak bab 75"Sayang, sudah dong hukumannya. Capek banget nih tangan, bibirku juga makin sakit dibuat curut ini," rengekan Sean pada istrinya. Sedangkan Wendi tampak acuh tak acuh, saat duduk di depan pria itu. "Tak bisa, lanjutkan. Suruh siapa kalian main tonjokan di depanku."Rani tadi sempat shock berat. Saat melihat Sean tiba-tiba menghajar Wendi, sebagai pria jantan, tentu saja Wendi tak terima. Akhirnya mereka berantem tonjok-tonjokan. Rani yang marah menghukum mereka berdua. Saling mengompres memar di wajah lawannya, wanita itu duduk diam sembari mengawasi. "Aku tuh marah padanya. Gara-gara dia kau pergi dari rumah, udah gitu tak mau bilang, kemana dia membawamu pergi. Sekarang dengan beraninya dia muncul di rumahku, dengan tampang tak berdosanya itu." Sean menekan kapas di tangannya ke wajah Wendi."Kau jangan main tuduh saja. Kalau mau marah tuh sama istrimu, dia yang memaksaku membawanya pergi, karena suaminya yang bodoh dan tak tau diri," ujar Wendi dengan kejamnya."Wendi
Talak bab 76"Kau hanya perempuan kotor dan menjijikkan, Rani. Anak haram, manusia miskin." Rani murka mendengar makian Bianca, membuatnya melayangkan telapak tangan ke pipi mulus itu. "Cukup Rani!"Rani tersentak saat Sean masuk dan langsung mencekal tangannya. Dia semakin terkejut, saat melihat mertuanya menangis begitu juga dengan Bianca. "Sean jangan marah. Rani hanya salah paham, aku datang menemani Tante Gita. Mengambil uang untuk membeli obat penguat kandungan, agar istrimu bisa cepat hamil, tapi dia curiga aku mengambil uang mamamu."Sean menatap tajam sang istri. Meski tak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia melihat Rani menampar Bianca, hingga wajahnya berpaling ke samping. Sebagai tanda betapa kerasnya tamparan itu."Sudah tak apa-apa, Sean. Mama yang salah, seharusnya tak memberinya obat penguat kandungan itu. Jadi dia salah paham, seolah Mama memaksanya untuk segera memberi Mama cucu." Rani mengepalkan tangan, saat menyadari dia masuk jebakan kedua wanita ini. Para
Talak bab 77 "Lupakan wanita itu, Sean. Kau harus tau, anak haramnya sudah tak ada, Rani keguguran." Sean terkejut mendengar ucapan mamanya. Dadanya sesak mendengar kabar itu. Apakah ini sebabnya, Rani tak pernah di datang menjenguk. Meski ini sudah hari ke empat sejak kecelakaan itu. "Dimana sekarang Rani berada, Ma?""Mana Mama tau, dimana dia berada saat ini. Sejak dibawa karena pendarahan, dia tak terlihat lagi. Mama tak peduli begitu juga yang mama harapkan, agar kau melupakannya. Coba kau pikirkan lagi, sudah berapa lama kau menikahinya? Tapi tak hamil-hamil. Apa kau yakin anak itu anakmu, sedangkan dia selalu bergaul dengan banyak pria."Ayolah, Sean buka matamu itu. Istrimu itu bukan wanita baik, dia liar dan juga murahan." Sean mengepalkan tangannya, begitu mendengar ucapan mamanya. "Kalau begitu, apa mama menginginkan Bianca menjadi menantu mama?"Pertanyaan Sean belum dijawab mamanya, tapi pertanyaan itu terdengar oleh Rani. Wanita itu baru di ijinkan keluar rumah sakit,
Talak bab 78"Kau yakin dengan keputusanmu, Sayang?" Rani bertanya, karena keputusan suaminya sangat besar, memilihnya daripada sang ibu. Bukannya senang, saat ini Rani tengah resah. Mertuanya pasti tak akan tinggal diam, begitu juga dengan Bianca. Mereka pasti akan membuat rencana baru yang lebih mengerikan. "Jangan memikirkan apapun lagi. Mulai sekarang kita jalani hidup kita berdua, soal mama biar dia renungkan kesalahannya, begitu dia sadar baru kita kembali meminta restunya lagi." Rani merebahkan kepalanya di dada Sean. Tangannya memeluk erat pinggang sang suami. Meski takut dia akan mencoba tenang, selama Sean berada di sisinya. Anak dalam rahimnya, pasti aman jika sang ayah melindunginya. "Mau pergi jalan-jalan keluar?"Sean bertanya karena dia ingin membuat istrinya bahagia. Selama ini mereka jarang jalan bersama, apalagi sejak mamanya tau status istrinya, lalu soal Bianca yang terus membuat Rani gelisah dan cemburu. "Ini sudah malam, Sayang. Lebih baik kita di kamar saja,"
Talak bab 79"Ah, lega baget sampai rumah." Begitu masuk apartemen, Rani langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang. Posisinya yang menggoda, membuat Sean bergairah. "Aku juga, jadi bisa menciummu sesuka hatiku."Rani terkejut saat Sean menaiki tubuhnya. Tangannya secara refleks melindungi perutnya, saat ini Sean belum tau, kalau dia masih mengandung. Jadi dia main tekan tanpa berpikir. "Sayang, turun sekarang. Perutku sakit karena kekenyangan."Rani mencoba bicara dengan nada pelan. Agar Sean tak curiga, satu tangan membelai wajah suaminya, satu tangan lagi tetap melindungi perutnya. "Kalau begitu kau di atas." Astaga, sekali hentak posisi mereka sudah berubah. Dada Rani menekan dada Sean, jadi perutnya berada di posisi aman."Baiklah sayangku, apa yang kau mau? Saat istrimu ini, tak bisa melayani hasratmu." Rani mengecup bibir Sean. Dia harus punya taktik, untuk melepaskan diri dari suami posesifnya ini. "Pertanyaan bagus, sebenarnya tak ada yang perlu kau lakukan. Hanya manj
Talak bab 80"Tante Gita datang, Sean. Dia menunggu di ruanganmu." Sean menarik napas panjang. Ternyata sangat susah menghadapi mamanya. "Pastikan hanya ada Mama, tak ada orang lain. Termasuk ulat bulu itu, aku tak mau Rani salah paham lagi."Miko hanya terkekeh kecil, saat mendengar panggilan baru Sean untuk mantannya. "Seharusnya kau lebih tegas sejak awal, melarang wanita itu mendekati Tante Gita. Kalau sekarang susah, untuk memisahkan mereka. Apalagi kita tau, betapa pandainya wanita itu bicara. Kau saja sampai terpesona, setiap dia membuka mulutnya." Sean melirik asistennya, yang bicara dengan nada sinis."Kau memang sahabatku tapi jangan lupa, kau juga asistenku. Ini kantor, jadi ingat jabatanmu." Miko tertawa, kalau begini saja ingat perbedaan teman dan bawahan. Biasanya dia harus lembur, jika berurusan dengan Rani."Sudah sana temui mamamu. Ingat jangan lama-lama, kau punya janji dengan istri tercintamu, jangan sampai dia kecewa lagi." Miko mengingatkan, kemudian dia pergi men