Apakah kali ini Sean dan Rani akan menyerah. yuk baca dan ikuti cerita ini beri dukungan juga dengan memberikan Gems terima kasih. Sambil menunggu update bab terbaru ikuti cerita saya yang lainnya. 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 63"Sebenarnya kau bicara apa sih, Sean? Memangnya ada, selingkuh di depan umum begitu? Kau kan dengar sendiri tadi. Aku mengucapkan salam perpisahan, karena Robert akan kembali ke negaranya.Dia salah satu orang yang membantuku. Mewujudkan impian yang aku bangun sejak kecil, aku heran denganmu, kalau cemburu jangan sembarang. Tanya dulu, jangan main serbu begitu, asal kau tau kata-katamu itu menyakitkan, aku rasa sulit bagiku memaafkan dirimu lagi."Rani merangkak lalu naik ke tempat tidur. Sakit perutnya sudah mendingan, tapi masih berdenyut. Sean mengangkat tubuh istrinya, meski wanita itu menolak bantuannya. "Kalau begitu, katakan padaku. Apa yang kau lakukan di kamar hotel? Bersama pria itu dua hari yang lalu." Sean memberikan beberapa lembar foto. Rani tak menyangka ada orang yang mengambil fotonya, saat dia dan Robert ke hotel dua hari yang lalu.Bukannya menjawab Rani hanya tertawa. Membuat Sean heran, dia menatap istrinya dengan tatapan bingung. "Foto yang bagus, ta
Talak bab 65"Ada apa?" Rani bertanya karena melihat keributan di kampusnya. "Ada mahasiswa di tangkap, karena pemerkosaan dan pemerasan. "Siapa?" tanyanya lagi. "Reino."Mendengar nama itu di sebutkan. Rani hanya tersenyum tipis, lalu dia berjalan melewati Reino yang terborgol tangannya. Pria itu emosi, saat menatap senyum sinis di wajah Rani. Dia bisa menebak, kalau semua ini ulah wanita itu. "Bagaimana bisa kau melakukan ini?"Sebuah pertanyaan yang membuat dahi Rani berkerut. Jelas dia tau arti pertanyaan itu, tapi dia pura-pura tak mengerti. Reino menundukkan kepala, begitu menatap mata hitam Rani. "Aku tak mengerti kau bicara apa? Tapi sudah saatnya, kau membayar apa yang kau lakukan. Selain itu, ayahmu juga akan menanggung akibat, dari perbuatan anaknya yang tak tau diri sepertimu." Begitu selesai bicara. Rani kembali melangkah, meninggalkan Reino yang langsung di bawa pihak kepolisian. "Apa hubungan pria itu dengan Rani? Kenapa mereka terlihat saling menyimpan dendam?"Sean y
Talak bab 66Rani dan Sean keluar dari restoran, setelah selesai makan malam. Rani mencoba tetap tenang, saat melihat suaminya mengucapkan terima kasih pada Bianca. "Kalian lanjut saja bicaranya, aku akan pergi ke depan dulu."Rani menujuk ke arah Abang penjual martabak. Dia memesan satu lalu menunggu dibuatkan, sialnya lagi, Sean dan Bianca justru ikut bersamanya. "Mereka pasangan yang serasi ya? Lihat suaminya begitu perhatian. Pasti istrinya sedang mengidam, lihat perut istrinya sudah membesar." Sean dan Bianca datang belakangan. Mungkin karena itu orang yang melihatnya jadi salah paham, Sean terpaku begitu mendengarnya. Dia ingin menjelaskan, tapi Rani segera memotongnya. "Maaf paman, minta satu lagi yang rasa keju coklat ya."Rani berjalan menjauh dari Sean dan Bianca. Meski sudah menahan diri, tapi dia punya perasaan dan hati, sedangkan Sean tak peka sama sekali. "Paman saya akan pergi duluan, suami saya akan membayarnya setelah selesai."Rani menujuk ke arah Sean. Membuat oran
Talak bab 67Mobil Rani baru saja keluar dari rumahnya. Ketika beberapa pengendara motor, mengejar dan memepet mobil yang dia tumpangi. Rani hanya seorang wanita, tentu merasa takut di saat seperti ini, pak Narno memintanya tenang dan memintanya menghubungi Sean. Namun Rani kecewa saat Sean menerima panggilannya. karena terdengar Bianca dan mama Sean, seperti menganggu konsentrasi suaminya. "Wendi tolong ada yang menyerang!" Tak ada pilihan lain, setelah mematikan panggilan pada Sean, Rani langsung menghubungi Wendi. "Ah!"Rani berteriak, saat melihat kaca mobilnya pecah dihantam palu besar. Mendengar teriak Rani, pak Narno jadi panik. Dia menginjak rem mendadak, tentu saja membuat para penyerang itu senang. Mereka mulai mendekati mobil dan meminta Rani keluar."Jangan keluar Bu Rani." Pak Narno semakin panik. Apalagi saat seorang pengendara motor, berhasil menarik majikannya keluar. Orang itu bahkan menampar wajah Rani, untunglah di saat genting itu seseorang datang menolong. Rani t
Talak bab 68Rani menatap layar ponselnya. Dia terdiam cukup lama, setelah membaca email yang Wendi kirim. Dia bahkan tak menyadari, kalau Sean diam-diam menatapnya. Sudah tiga hari sejak kejadian penyerangan itu, namun Rani masih kesal pada suaminya itu. "Sayang makan dulu, jangan main ponsel terus."Rani mengangkat kepala lalu menatap suaminya. Pria itu tersenyum, sembari meletakkan udang yang sudah dia kupas ke piring sang istri. "Makan yang banyak biar makin sehat."Rani tak menjawab hanya diam lalu meletakkan ponselnya. Hanya saja benda itu kembali bergetar, pertanda ada notifikasi. Saat dilirik ternyata email lagi dari Wendi. Rani meraih ponselnya dan membuka email itu, mendadak wajahnya terlihat kaku. seolah mengalami kejutan luar biasa, namun itu tak berlangsung lama. "Huh, sudah aku duga," ucap Rani pelan namun bisa Sean dengar. "Ada apa?"Mendengar pertanyaan Sean. Membuat nafsu makan Rani menurun, dia ingin berhenti makan tapi suaminya belum selesai. jadi dia memilih diam
Talak bab 69"Aku tak menyangka ayahmu bisa menyusun rencana sebagus ini. Gak heran kualitas otaknya menurun padamu, kini kau bisa mengunakan harta yang dia tinggalkan untukmu."Rani terdiam menatap tas berisi berkas-berkas kekayaan orangtuanya. Tadi dia bertemu pengacara dan notaris sang ayah, mereka muncul setelah Rani menghubungi. Membawa surat yang ayahnya buat sebelum meninggal. "Pewaris tunggal, ternyata ayah dan ibumu yatim-piatu. Sedangkan pria yang mengaku pamanmu, hanya anak angkat kakekmu, plot twist banget gak sih?"Marco tertawa dia ingat bagaimana perjuangan Rani kala itu. Hamil tapi masih melanjutkan sekolahnya, sambil kerja karena sang paman mengambil semua miliknya. Untung sekolah memberi toleransi, itu pun atas permintaan orang tua Marco sebagai donatur. Dengan syarat dia mau membantu Marco yang kala itu lumpuh karena kecelakaan. "Ayahmu pasti berpikir. Kau sendirian, jika langsung menyerahkan warisan tentu akan di kuasai paman dan juga suamimu. Sebab itu dia membe
Talak bab 70.Teriakan itu membuat Rani dan Marco terkejut. Begitu sadar Marco sudah terduduk di tanah, setelah menerima pukulan Sean. "Apa yang kau lakukan? Berhenti!"Rani mendorong tubuh Sean dan memberinya tamparan. Hanya itu satu-satunya cara, jika tidak dia bisa membunuh Marco. "Sayang, kau menamparku?" Sean menatap tak percaya pada istrinya. Rani terdiam begitu melihat, air mata menetes di pipi Sean. "Itu karena kau sudah lepas kendali!"Astaga, Rani segera membantu Marco berdiri. Kemudian dia beralih menatap Sean, kepalanya berdenyut, saat melihat tatapan suaminya yang seolah terluka. "Marco pergilah, biarkan aku bicara dengan suamiku. Satu lagi, lain kali jangan bicara sembarangan." Marco terkekeh sembari melirik Sean, lalu dia pergi meninggalkan pasangan suami-istri itu. Begitu jauh dari Rani senyumnya memudar. 'Aku tak bercanda, apa yang aku ucapkan sungguhan, Ran. Aku rela menunggu jandamu.' ujarnya dalam hati."Sudah, mau bicara atau mau ngamuk lagi? Buruan aku tunggu sam
Talak bab 71"Sayang, bisa tidak berhenti tertawa. Lihat, Miko sampai nangis begitu." Sean menunjuk ke arah Miko yang terduduk di lantai, tertawa sembari memegangi perutnya. Itu karena dia tau cerita Rani tadi pagi, bisa-bisanya istri Sean itu membujuk suaminya seperti anak kecil. "Nasi menangis karena tidak dihabiskan, parahnya lagi, Sean menurutimu, Ran."Kembali Miko tertawa dia membayangkan wajah Sean. Pria yang bertahun-tahun memasang wajah dingin itu, bisa tunduk pada sang istri. "Bisa diam tidak? Kalau tidak, keluar!" teriakan Sean membuat Rani dan Miko terkejut, tapi hanya sebentar. Setelah itu Miko kembali tertawa, sembari berlari keluar sebelum Sean kehilangan kesabarannya. "Sudah cukup, Sayang. Ayo berhenti kalau tidak ...." Rani menutup mulutnya, lalu melangkah menghindari suaminya. Dia tau apa arti kata-kata barusan, ancaman itu tak main-main."Ok, aku berhenti." Rani mengangkat kedua tangannya. Sebagai tanda menyerah. Sean tertawa lalu kembali ke kursinya. "Bagus, istri