Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 151.Rani memejamkan mata, sedangkan Sean masih duduk di pinggir tempat tidur dengan pakaian baru. Pria itu terlihat segar sehabis mandi, setelah itu dia meminta sekretaris Rani untuk membuang kemeja, jas dan celananya. Dia tak mau lagi mengunakan pakaian yang sudah di sentuh Clara. Aroma gadis itu yang membuat Rani mual, hingga tak mau dia sentuh sama sekali."Aku sudah memperingatkan berkali-kali, Sean. Namun kau abaikan begitu saja peringatanku itu, saat ini kembali seorang wanita mengodamu, apa kali ini kau masih mengabaikan ucapanku. Jika iya, aku sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi. Semua terserah padamu aku menyerah," ucap Rani sembari bangun dari tempat tidur. Sean segera memeluk Rani seolah takut kehilangan. Dia tau telah menyakiti sang istri, tapi semua memang tak seperti yang Rani pikirkan. "Duduklah, aku akan memberitahumu sesuatu." Sean memaksa Rani duduk. Bukan di sofa tapi di pangkuannya, membuat Rani mendengus kesal."Apa menurutmu gadis itu bisa tiba-tiba
Talak bab 152"Tidak usah melihatku seperti itu. Kau harus menikah dulu baru tau rasanya, menghadapi pasangan yang sedang cemburu, apalagi pada seseorang yang suka menganggu pasanganmu. Meskipun kau tau, cinta dan kesetiaannya hanya untukmu." Rani menjelaskan pada Marco sebab dari tadi pria itu meliriknya, lalu tersenyum seperti mengejek, karena kalah pada Sean yang tak mau pergi jika tidak dicium bibirnya. "Apa seperti Fiera?" tanya Marco tiba-tiba. "Kok Fiera, ada apa dengannya?" tanya Rani balik."Bukan apa-apa." Marco seperti sadar pada kesalahannya. Hingga dia mencoba mengalihkan perhatian Rani, sayangnya wanita itu tak mudah mengalihkan perhatiannya. "Cepat katakan padaku, ada apa dengan Fiera?" tanya Rani lagi tak mau menyerah. Dengan terpaksa Marco menjelaskan."Aku mencintainya hanya saja saat ini dia masih bertunangan dengan Gilang. Meski pertunangan itu hanya sandiwara mereka berdua, demi kedua orangtua yang memaksa mereka. Gilang juga sudah punya pacar, hanya saja sudah p
Talak bab 153 Sean mengomel panjang, setelah memulihkan riwayat panggilan di ponselnya yang telah di hapus. Tatapan matanya gelap membuat Feira gemetar ketakutan, namun dia percaya itu bukan karena dirinya. Terbukti saat Sean menitipkan sang istri karena dia mau keluar sebentar. Hanya sebentar, tak lama dia kembali lagi dengan wajah yang sudah membaik. Dia menghampiri Rani, lalu duduk di sisi tempat tidur. Tangannya membelai kepala sang istri membuat Feira keheranan. 'Jika dia begitu perhatian pada istrinya, kenapa wanita ini terus-menerus terluka karenanya? Aku tak habis pikir. Apakah dia punya kepribadian ganda?' ucap Fiera di dalam hatinya."Apa yang kau lihat? Jika tak keberatan kau bisa pulang. Aku akan menemani istriku, katakan pada Marco untuk tidak datang kemari. Dia pasti lelah seharian bekerja bersama Rani tadi." Feira bisa mendengar ada kecemburuan di suara Sean. Jelas dia merasakan hal itu, karena selama ini Wendi dan Marco yang selalu ada untuk istrinya. "Marco pergi m
Talak bab 154."Turunkan aku, Sean. Aku bisa jalan sendiri." Rani merengek minta di turunkan, tapi Sean tak perduli dengan rengekan manja sang istri. Dia tetap membawa wanita itu masuk ke mansion, dengan cara di gendong seperti pengantin baru. Lelah meminta tapi tak di hiraukan oleh suaminya. Akhirnya Rani memilih diam dan Menikmati momen indah itu, dengan melingkarkan lengannya di leher Sean. "Gini kan enak, diam dalam pelukanku," ejek Sean membuat Rani memikul pelan dada sang suami."Selamat datang Tuan muda dan Nyonya muda." Rani dan Sean berhenti sebentar, saat mendengar sapaan para pelayan. Rani menatap satu persatu wajah pelayannya, dia masih melihat ada beberapa yang menatapnya sinis, walau secara diam-diam."Kau, kau dan kau. Ambil gaji kalian pada paman Shaleh. Aku tak mau ada pelayan yang tak rela melayaniku, kalian tau di sini kalian bekerja mencari uang, bukan mencari kesalahan majikannya." Rani menunjuk pada tiga orang pelayan. Paman Shaleh melirik ke tiga pelayan itu, l
Talak bab 155.Rani mengintip ruang kerja suaminya. Dia mondar-mandir di depan pintu, berpikir mau masuk atau tidak. Saat ini dia sedang membutuhkan bantuan Sean, tapi melihatnya sibuk begitu dia jadi takut mau bicara."Sedang apa di sini? Aku perhatikan daritadi mondar-mandir seperti setrikaan." Tiba-tiba Sean muncul di depan Rani, membuat wanita itu terkejut setengah mati. "I ...itu. aku mau." Rani tersendat ingin meminta bantuan, tapi dia melihat Sean memijit keningnya seolah merasakan pusing."Aku ada urusan sebentar, boleh aku keluar?" tanya Rani. Akhirnya dia memilih menyelamatkan sendiri Wendi, dia tak tega melihat Sean yang kelelahan. Bukannya menjawab Sean hanya menganggukkan kepala, dia ingin Rani istirahat tapi wanita itu terlalu keras kepala. 'Aku akan datang setengah jam lagi. Kau persiapkan anak buah kita sebanyak mungkin, aku rasa ini tidak akan mudah.' Rani menghubungi Marco. Hanya pria itu yang bisa dia andalkan saat ini.'Sean? Tidak, kita kerjakan sendiri saja. Aku
Talak bab 156. Rani nyaris melompat dari atas sofa. Dia berlari melewati seorang pelayan yang hendak membuka pintu, setelah terdengar suara beberapa mobil berhenti di halaman depan.Rani berlari hendak menghampiri pria yang membuatnya cemas sejak tadi siang. Dia bahkan melewati Wendi demi mengejar Sean, namun dia terpaku saat pria itu melihatnya sekilas, lalu sibuk dengan ponselnya. Larinya melambat, setelah melihat Sean mengalihkan pandangannya. Hatinya sakit mendapat perlakuan itu, dari sang suami yang dia tunggu sejak tadi. Wendi dan Marco juga terpaku melihat wajah pucat Rani.Namun Rani menguatkan diri untuk menghampiri Sean. Dia memegang lengan suaminya lalu bertanya meski dengan suara bergetar. "Apa kau baik-baik saja?" Sean terlihat bingung. "Apa?" Ekspresi Sean membuat Rani menelan ludah yang terasa pahit. "Tidak apa-apa," ujar Rani lirih."Apa kau tak makan sampai wajahmu pucat begini, Kak?" tanya Wendi yang akhirnya menyadarkan Sean. Saat dia melihat sang istri, wanita itu
Talak bab 157."Wiryo Budisantoso, ternyata dia pemilik gudang itu. Bagus, dia berani unjuk gigi rupanya." Rani segera mengerakkan jarinya dengan lincah. Tak butuh waktu lama, internet gempar tersebar bukti-bukti kejahatan Wiryo.Pihak kepolisian mengalami tekanan dari segala arah. Membuat Wiryo harus menghadapi tuntutan, jika tidak masyarakat dan juga musuh-musuhnya Wiryo, bertindak menekan aparat kepolisian. membuat pendukung Wiryo kewalahan hingga akhirnya menyerah."Apa yang terjadi? Kenapa Wiryo bisa di tangkap secepat itu?" tanya Miko keheranan. Mereka tak merasa telah bertindak, siapa sangka Wiryo telah membuat orang lain marah.Sean tidak memperdulikan pertanyaan Miko. Dia sedang fokus dengan orang yang menyebarkan bukti kejahatan Wiryo, siapa orang itu? Kenapa dia muncul setelah orang-orang Wiryo menyekap Wendi? Tidak mungkin, semua ini melibatkan Rani istrinya."Miko aku akan pergi mencari Rani. Entah kenapa aku merasa ini kerjaannya." Sean meraih kunci mobilnya. Dia harus me
Talak bab 158"Berhenti kau perempuan jalang. Wanita murahan, janda gatal!" teriak Clara yang di tunjukan pada seorang wanita yang tak lain adalah Rani putri Prameswari, istri kesayangan Sean.Semua orang berpaling lalu menatap ke arah Rani. Mereka takjub saat melihat wanita hamil itu terlihat begitu tenang, mereka justru melihat Clara yang terlihat murka. "Apa kau baru saja memaki dirimu sendiri? Aku rasa kau masih gadis, walau semua orang tau kau gadis rasa janda." Rani tertawa sembari menatap jijik wanita di depannya. Sungguh dia ingin sekali memberi wanita ini pelajaran, tapi dia ingin tau reaksi Sean ketika dia dan Clara berada di situasi seperti ini."Kau janda sialan, berani sekali mengusikku. Kau membuatku kehilangan segalanya, aku tak akan mengampuni perbuatanmu!" Clara mendekati Rani dan siap menampar wajahnya. Namun yang terjadi justru dia yang berteriak kesakitan, Rani sampai terhenyak saat mendengar tulang patah.Dia melirik ke belakang dan melihat wajah Sean yang sedang
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere