Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 152"Tidak usah melihatku seperti itu. Kau harus menikah dulu baru tau rasanya, menghadapi pasangan yang sedang cemburu, apalagi pada seseorang yang suka menganggu pasanganmu. Meskipun kau tau, cinta dan kesetiaannya hanya untukmu." Rani menjelaskan pada Marco sebab dari tadi pria itu meliriknya, lalu tersenyum seperti mengejek, karena kalah pada Sean yang tak mau pergi jika tidak dicium bibirnya. "Apa seperti Fiera?" tanya Marco tiba-tiba. "Kok Fiera, ada apa dengannya?" tanya Rani balik."Bukan apa-apa." Marco seperti sadar pada kesalahannya. Hingga dia mencoba mengalihkan perhatian Rani, sayangnya wanita itu tak mudah mengalihkan perhatiannya. "Cepat katakan padaku, ada apa dengan Fiera?" tanya Rani lagi tak mau menyerah. Dengan terpaksa Marco menjelaskan."Aku mencintainya hanya saja saat ini dia masih bertunangan dengan Gilang. Meski pertunangan itu hanya sandiwara mereka berdua, demi kedua orangtua yang memaksa mereka. Gilang juga sudah punya pacar, hanya saja sudah p
Talak bab 153 Sean mengomel panjang, setelah memulihkan riwayat panggilan di ponselnya yang telah di hapus. Tatapan matanya gelap membuat Feira gemetar ketakutan, namun dia percaya itu bukan karena dirinya. Terbukti saat Sean menitipkan sang istri karena dia mau keluar sebentar. Hanya sebentar, tak lama dia kembali lagi dengan wajah yang sudah membaik. Dia menghampiri Rani, lalu duduk di sisi tempat tidur. Tangannya membelai kepala sang istri membuat Feira keheranan. 'Jika dia begitu perhatian pada istrinya, kenapa wanita ini terus-menerus terluka karenanya? Aku tak habis pikir. Apakah dia punya kepribadian ganda?' ucap Fiera di dalam hatinya."Apa yang kau lihat? Jika tak keberatan kau bisa pulang. Aku akan menemani istriku, katakan pada Marco untuk tidak datang kemari. Dia pasti lelah seharian bekerja bersama Rani tadi." Feira bisa mendengar ada kecemburuan di suara Sean. Jelas dia merasakan hal itu, karena selama ini Wendi dan Marco yang selalu ada untuk istrinya. "Marco pergi m
Talak bab 154."Turunkan aku, Sean. Aku bisa jalan sendiri." Rani merengek minta di turunkan, tapi Sean tak perduli dengan rengekan manja sang istri. Dia tetap membawa wanita itu masuk ke mansion, dengan cara di gendong seperti pengantin baru. Lelah meminta tapi tak di hiraukan oleh suaminya. Akhirnya Rani memilih diam dan Menikmati momen indah itu, dengan melingkarkan lengannya di leher Sean. "Gini kan enak, diam dalam pelukanku," ejek Sean membuat Rani memikul pelan dada sang suami."Selamat datang Tuan muda dan Nyonya muda." Rani dan Sean berhenti sebentar, saat mendengar sapaan para pelayan. Rani menatap satu persatu wajah pelayannya, dia masih melihat ada beberapa yang menatapnya sinis, walau secara diam-diam."Kau, kau dan kau. Ambil gaji kalian pada paman Shaleh. Aku tak mau ada pelayan yang tak rela melayaniku, kalian tau di sini kalian bekerja mencari uang, bukan mencari kesalahan majikannya." Rani menunjuk pada tiga orang pelayan. Paman Shaleh melirik ke tiga pelayan itu, l
Talak bab 155.Rani mengintip ruang kerja suaminya. Dia mondar-mandir di depan pintu, berpikir mau masuk atau tidak. Saat ini dia sedang membutuhkan bantuan Sean, tapi melihatnya sibuk begitu dia jadi takut mau bicara."Sedang apa di sini? Aku perhatikan daritadi mondar-mandir seperti setrikaan." Tiba-tiba Sean muncul di depan Rani, membuat wanita itu terkejut setengah mati. "I ...itu. aku mau." Rani tersendat ingin meminta bantuan, tapi dia melihat Sean memijit keningnya seolah merasakan pusing."Aku ada urusan sebentar, boleh aku keluar?" tanya Rani. Akhirnya dia memilih menyelamatkan sendiri Wendi, dia tak tega melihat Sean yang kelelahan. Bukannya menjawab Sean hanya menganggukkan kepala, dia ingin Rani istirahat tapi wanita itu terlalu keras kepala. 'Aku akan datang setengah jam lagi. Kau persiapkan anak buah kita sebanyak mungkin, aku rasa ini tidak akan mudah.' Rani menghubungi Marco. Hanya pria itu yang bisa dia andalkan saat ini.'Sean? Tidak, kita kerjakan sendiri saja. Aku
Talak bab 156. Rani nyaris melompat dari atas sofa. Dia berlari melewati seorang pelayan yang hendak membuka pintu, setelah terdengar suara beberapa mobil berhenti di halaman depan.Rani berlari hendak menghampiri pria yang membuatnya cemas sejak tadi siang. Dia bahkan melewati Wendi demi mengejar Sean, namun dia terpaku saat pria itu melihatnya sekilas, lalu sibuk dengan ponselnya. Larinya melambat, setelah melihat Sean mengalihkan pandangannya. Hatinya sakit mendapat perlakuan itu, dari sang suami yang dia tunggu sejak tadi. Wendi dan Marco juga terpaku melihat wajah pucat Rani.Namun Rani menguatkan diri untuk menghampiri Sean. Dia memegang lengan suaminya lalu bertanya meski dengan suara bergetar. "Apa kau baik-baik saja?" Sean terlihat bingung. "Apa?" Ekspresi Sean membuat Rani menelan ludah yang terasa pahit. "Tidak apa-apa," ujar Rani lirih."Apa kau tak makan sampai wajahmu pucat begini, Kak?" tanya Wendi yang akhirnya menyadarkan Sean. Saat dia melihat sang istri, wanita itu
Talak bab 157."Wiryo Budisantoso, ternyata dia pemilik gudang itu. Bagus, dia berani unjuk gigi rupanya." Rani segera mengerakkan jarinya dengan lincah. Tak butuh waktu lama, internet gempar tersebar bukti-bukti kejahatan Wiryo.Pihak kepolisian mengalami tekanan dari segala arah. Membuat Wiryo harus menghadapi tuntutan, jika tidak masyarakat dan juga musuh-musuhnya Wiryo, bertindak menekan aparat kepolisian. membuat pendukung Wiryo kewalahan hingga akhirnya menyerah."Apa yang terjadi? Kenapa Wiryo bisa di tangkap secepat itu?" tanya Miko keheranan. Mereka tak merasa telah bertindak, siapa sangka Wiryo telah membuat orang lain marah.Sean tidak memperdulikan pertanyaan Miko. Dia sedang fokus dengan orang yang menyebarkan bukti kejahatan Wiryo, siapa orang itu? Kenapa dia muncul setelah orang-orang Wiryo menyekap Wendi? Tidak mungkin, semua ini melibatkan Rani istrinya."Miko aku akan pergi mencari Rani. Entah kenapa aku merasa ini kerjaannya." Sean meraih kunci mobilnya. Dia harus me
Talak bab 158"Berhenti kau perempuan jalang. Wanita murahan, janda gatal!" teriak Clara yang di tunjukan pada seorang wanita yang tak lain adalah Rani putri Prameswari, istri kesayangan Sean.Semua orang berpaling lalu menatap ke arah Rani. Mereka takjub saat melihat wanita hamil itu terlihat begitu tenang, mereka justru melihat Clara yang terlihat murka. "Apa kau baru saja memaki dirimu sendiri? Aku rasa kau masih gadis, walau semua orang tau kau gadis rasa janda." Rani tertawa sembari menatap jijik wanita di depannya. Sungguh dia ingin sekali memberi wanita ini pelajaran, tapi dia ingin tau reaksi Sean ketika dia dan Clara berada di situasi seperti ini."Kau janda sialan, berani sekali mengusikku. Kau membuatku kehilangan segalanya, aku tak akan mengampuni perbuatanmu!" Clara mendekati Rani dan siap menampar wajahnya. Namun yang terjadi justru dia yang berteriak kesakitan, Rani sampai terhenyak saat mendengar tulang patah.Dia melirik ke belakang dan melihat wajah Sean yang sedang
Talak bab 159"Diam Sean!" tawa Sean pecah melihat wajah istrinya. Wanita itu cemberut karena dirinya, tadi memaksa Rani memakai kostum yang baru dia beli. Ternyata kostum itu hanya masuk sampai paha. Merasa harga dirinya runtuh Rani pun merajuk."Udah jangan dipikirkan lagi, besok aku belikan ukuran besar, atau kita tunggu di unyu lahir," tawar Sean, namun dia tak menyangka Rani justru makin marah, setelah mendengar ucapannya. "Sana cari yang langsing. Aku memang sudah berukuran jumbo, sampai kau merasa jijik kan padaku!" pekik Rani dengan kesal. Sean terkejut mendengar suara Rani, dia sampai mematung saat sadar Rani sudah menghilang. "Jangan buka pagar!" teriak Sean. Terlambat Rani sudah keluar dengan mobilnya.Sean berlari menuju ke mobilnya namun dia tidak membawa kuncinya, setelah mengambil kunci dia langsung melajukan mobilnya, mencari sang istri yang kembali kabur. "Apa dia tak bisa kalau marah tak perlu kabur," tanyanya dengan kesal"Cari sampai dapat!" teriak Sean setelah men