Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 159"Diam Sean!" tawa Sean pecah melihat wajah istrinya. Wanita itu cemberut karena dirinya, tadi memaksa Rani memakai kostum yang baru dia beli. Ternyata kostum itu hanya masuk sampai paha. Merasa harga dirinya runtuh Rani pun merajuk."Udah jangan dipikirkan lagi, besok aku belikan ukuran besar, atau kita tunggu di unyu lahir," tawar Sean, namun dia tak menyangka Rani justru makin marah, setelah mendengar ucapannya. "Sana cari yang langsing. Aku memang sudah berukuran jumbo, sampai kau merasa jijik kan padaku!" pekik Rani dengan kesal. Sean terkejut mendengar suara Rani, dia sampai mematung saat sadar Rani sudah menghilang. "Jangan buka pagar!" teriak Sean. Terlambat Rani sudah keluar dengan mobilnya.Sean berlari menuju ke mobilnya namun dia tidak membawa kuncinya, setelah mengambil kunci dia langsung melajukan mobilnya, mencari sang istri yang kembali kabur. "Apa dia tak bisa kalau marah tak perlu kabur," tanyanya dengan kesal"Cari sampai dapat!" teriak Sean setelah men
Talak bab 160Rani melirik lantai atas. Sudah satu jam lewat tapi Sean belum turun juga, apa dia berniat membunuh pria itu? Pria yang telah melecehkannya dengan kata-kata kotor. "Apa dia belum puas juga? Sudah satu jam lebih, apa dia berniat membunuh kali ini?" tanya Rani lirih.Miko di depannya terlihat cuek saja. Tangannya tak berhenti menyuapkan makanan ke mulutnya, dia lebih memilih mengisi perut, dia yakin sebentar lagi harus kembali bekerja keras dan semua itu karena Sean.Lima belas menit kemudian Sean turun dengan wajah masam. Tangannya penuh darah, begitu juga dengan kemeja putihnya. Melihat keadaan Sean semua pelayan yang berada di di ruangan itu gemetar, mereka beringsut mundur dengan ketakutan."Aku sedang hamil bersihkan dirimu." Rani memperingatkan dengan suara datar. Wanita itu bahkan tak melirik Sean sama sekali, dia melihat rasa takut pada semua orang. Jelas dia tau apa penyebabnya. Dia memang diam saat melihat raut ketakutan di wajah semua orang. Namun setelah itu di
Talak bab 161"Ra ..Rani." Suara Miko tercekat di tenggorokan. Bungkusan yang dia bawa terjatuh karena terlalu shock melihat istri Sean, dia sudah pergi selama setengah jam. Sehingga dia tak tau sejak kapan Rani berdiri di depan pintu itu."Rani, ayo duduk dulu." Miko menarik tangan Rani agar duduk. Dia cemas karena melihat kaki wanita ini terlihat gemetar, apa dia sudah lama berada di situ. "Jangan memberitahunya, aku ingin melihat berapa lama dia berdua dengan wanita itu di ruang tertutup dan terkunci." Miko tak jadi melangkah menuju pintu, dia terlihat bingung tapi tak bisa berbuat apa-apa. Lima belas menit kemudian pintu terbuka. Jika Sean terkejut setengah mati tapi tidak dengan Rani, dengan tegar dia menatap Sean lalu beralih pada wanita di belakang suaminya. Wajah wanita itu terlihat sembab, dia terlihat sedang merapikan jilbab di kepalanya. Bibirnya pucat, sedangkan tadi dia melihat bibir itu berwarna merah muda."Aku mau kita bercerai, Sean," ucap Rani pelan sebelum berbalik
Talak bab 162"Kau sudah kehilangan kesempatan itu, Kak. Seharusnya kau tak pernah kembali lagi, dulu kau bisa menikah dengan Robert atau menikah dengan Marco. Kemudian tinggal di luar negeri bersama anak-anak kalian, kalau sekarang Sean tak akan pernah melepaskanmu." Wendi berkata dengan santai. Tangannya kembali menyuapi Rani dengan potongan buah. "Kau pikir mudah menikah dengan Marco. Waktu itu dia harus bertanggungjawab dengan keluarganya, termasuk untuk Tante Tari yang hanya memiliki anak lelaki satu-satunya. Lagipula aku tak pernah mencintainya, kalau dia mencintaiku itu nasib buruknya." Rani berkata dengan datar tanpa perasaan. Membuat Marco tersedak dengan ludahnya sendiri, dia melirik Fiera yang juga terpaku setelah mendengar ucapan Rani. "Kau benar-benar tidak pernah mencintainya?" tanya Fiera dengan pandangan tidak percaya."Jika aku mencintainya, apa kau pikir aku akan melepaskan kesempatan untuk memilikinya? Saat itu dia satu-satunya pria terkuat yang bisa aku gunakan un
Talak bab 163"Mereka mulai runtuh dan tengah mencari siapa pelakunya. Semua data penting tersebar pada saingannya, meski tak mengarah padamu, tapi mereka mencurigaimu terbukti dengan orang-orang yang mendatangi perusahaanmu, Ra." Marco menunjukkan ponselnya. Di layar tampak beberapa pria mendatangi perusahaannya, walau tak membuat rusuh tapi cukup membuat pegawainya ketakutan. "Sean, gawat ada yang menyerang sistem perusahaan. Tim IT sedang berjuang untuk melawan tapi tak bisa bertahan lama, tim kita mencurigai ini ulah "Dark Angel" pola kerjanya sama." Miko yang menyebut nama "Dark Angel" membuat Rani, Wendi dan Marco terkejut. Mereka saling pandang, lalu Marco dan Wendi menyangkal bersamaan. "Itu tidak mungkin, karena dia ada di ...." Kedua pria itu tak melanjutkan ucapannya, karena pukulan di kepala mereka dari Rani. "Sakit Kak, Ra!" Wendi dan Marco berteriak bersamaan."Bawa kami ke perusahaan, Sean. Aku ingin melihat kehebatan orang yang membuat nyali kalian ciut." Wendi dan M
Talak bab 164.Sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan bagi semua orang. Namun tidak untuk Rani, wanita hamil itu tiba-tiba bergerak dengan sangat cepat. Tak lama tangannya mencengkram, leher wanita yang berani bertanya itu. Rasa takut terlihat jelas di mata wanita itu. Namun Rani tak berniat melepaskan cekikan di lehernya, Rani mengulurkan tangan tapi wanita itu menatap Sean seolah meminta bantuan. Tiba-tiba kembali terdengar teriakan, banyak orang saat Rani memukuli wanita itu."Serahkan padaku atau kau memilih lenyap dari muka bumi ini. Aku rasa Sean akan senang hati melakukannya, kau pegawai lamanya tentu lebih tau daripada aku," ujar Rani sembari menendang perut wanita itu. "Serahkan padaku!" Rani berteriak. Namun wanita di lantai itu tidak memberikan apa yang Rani minta, Rani menatap tajam lalu memutar tangan wanita itu hingga patah. Terdengar suara tulang patah membuat beberapa wanita di ruangan menjerit histeris, wanita yang Rani pukuli itu terkenal baik dan setia kawan. Te
Talak bab 165"Masih marah?" Tanya Rani sembari mengalungkan lengan di leher Sean. Pria itu tak menjawab, tangannya masih sibuk dengan dasinya. Namun kesulitan karena sang istri memeluknya dari depan. "Aku sedang juga sedang sibuk, jadi jangan menggangguku dulu," ketus Sean."Mengganggu? Baiklah aku tak akan mengganggumu lagi, hari ini juga aku akan pergi. Mungkin sebulan atau dua bulan lagi kita ketemu." Dengan kesal Rani mengambil tas di meja rias. Kemudian meninggalkan suaminya yang sedang merajuk."Tunggu dulu, apa maksudmu pergi selama itu? Mau kemana kau, berhenti Rani?!" Sean berteriak sedangkan Rani terus melangkah sembari tersenyum. 'Kau pikir bisa merajuk lama-lama denganku?' ucap Rani dalam hati."Selangkah lagi kau berjalan. Aku akan membuatmu menyesal, Rani!" Bukannya berhenti Rani malah menghentakkan kakinya berulang kali. "Kau sudah lihat kan, aku tak takut dengan ancamanmu itu. Sudah basi," cibir Rani dengan berani. "Oh, begitu rupanya baiklah. Kau yang menantangku jad
Talak bab 166Rani melirik Sean yang baru datang setelah pengejaran tadi. Dia masih memberi Junior minum, anaknya tadi sempat ketakutan melihat mobil melaju kencang ke arahnya. Sekuat apapun dia, tetap saja masih seorang anak.Berusia belum genap empat tahun. Meski otaknya sudah melampaui orang dewasa, tetap saja dia hanya seorang anak kecil. Ada ketakutan di dirinya saat melihat ibunya berlari dengan perut yang membuncit."Mommy, maafkan Jun karena pulang tanpa memberitahu. Kata mereka mau kasih kejutan, tapi Jun sudah rindu Mommy, makanya Jun datang kemari setelah mencaritahu di mana Mommy." Junior menjelaskan membuat Rani menarik napas panjang. Tapi dia tersadar saat mengingat, apa yang Junior katakan barusan. "Jadi Jun baru saja melacak, Mommy?!" tanya Rani dengan nada agak tinggi, membuat Sean berlari memeluk Junior. "Apa yang anda lakukan?" tanya Junior polos sembari menatap Sean dengan pandangan tak suka.Rani tersentak mendengarnya begitu juga dengan Sean. Tatapan mata Junior
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere