Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 161"Ra ..Rani." Suara Miko tercekat di tenggorokan. Bungkusan yang dia bawa terjatuh karena terlalu shock melihat istri Sean, dia sudah pergi selama setengah jam. Sehingga dia tak tau sejak kapan Rani berdiri di depan pintu itu."Rani, ayo duduk dulu." Miko menarik tangan Rani agar duduk. Dia cemas karena melihat kaki wanita ini terlihat gemetar, apa dia sudah lama berada di situ. "Jangan memberitahunya, aku ingin melihat berapa lama dia berdua dengan wanita itu di ruang tertutup dan terkunci." Miko tak jadi melangkah menuju pintu, dia terlihat bingung tapi tak bisa berbuat apa-apa. Lima belas menit kemudian pintu terbuka. Jika Sean terkejut setengah mati tapi tidak dengan Rani, dengan tegar dia menatap Sean lalu beralih pada wanita di belakang suaminya. Wajah wanita itu terlihat sembab, dia terlihat sedang merapikan jilbab di kepalanya. Bibirnya pucat, sedangkan tadi dia melihat bibir itu berwarna merah muda."Aku mau kita bercerai, Sean," ucap Rani pelan sebelum berbalik
Talak bab 162"Kau sudah kehilangan kesempatan itu, Kak. Seharusnya kau tak pernah kembali lagi, dulu kau bisa menikah dengan Robert atau menikah dengan Marco. Kemudian tinggal di luar negeri bersama anak-anak kalian, kalau sekarang Sean tak akan pernah melepaskanmu." Wendi berkata dengan santai. Tangannya kembali menyuapi Rani dengan potongan buah. "Kau pikir mudah menikah dengan Marco. Waktu itu dia harus bertanggungjawab dengan keluarganya, termasuk untuk Tante Tari yang hanya memiliki anak lelaki satu-satunya. Lagipula aku tak pernah mencintainya, kalau dia mencintaiku itu nasib buruknya." Rani berkata dengan datar tanpa perasaan. Membuat Marco tersedak dengan ludahnya sendiri, dia melirik Fiera yang juga terpaku setelah mendengar ucapan Rani. "Kau benar-benar tidak pernah mencintainya?" tanya Fiera dengan pandangan tidak percaya."Jika aku mencintainya, apa kau pikir aku akan melepaskan kesempatan untuk memilikinya? Saat itu dia satu-satunya pria terkuat yang bisa aku gunakan un
Talak bab 163"Mereka mulai runtuh dan tengah mencari siapa pelakunya. Semua data penting tersebar pada saingannya, meski tak mengarah padamu, tapi mereka mencurigaimu terbukti dengan orang-orang yang mendatangi perusahaanmu, Ra." Marco menunjukkan ponselnya. Di layar tampak beberapa pria mendatangi perusahaannya, walau tak membuat rusuh tapi cukup membuat pegawainya ketakutan. "Sean, gawat ada yang menyerang sistem perusahaan. Tim IT sedang berjuang untuk melawan tapi tak bisa bertahan lama, tim kita mencurigai ini ulah "Dark Angel" pola kerjanya sama." Miko yang menyebut nama "Dark Angel" membuat Rani, Wendi dan Marco terkejut. Mereka saling pandang, lalu Marco dan Wendi menyangkal bersamaan. "Itu tidak mungkin, karena dia ada di ...." Kedua pria itu tak melanjutkan ucapannya, karena pukulan di kepala mereka dari Rani. "Sakit Kak, Ra!" Wendi dan Marco berteriak bersamaan."Bawa kami ke perusahaan, Sean. Aku ingin melihat kehebatan orang yang membuat nyali kalian ciut." Wendi dan M
Talak bab 164.Sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan bagi semua orang. Namun tidak untuk Rani, wanita hamil itu tiba-tiba bergerak dengan sangat cepat. Tak lama tangannya mencengkram, leher wanita yang berani bertanya itu. Rasa takut terlihat jelas di mata wanita itu. Namun Rani tak berniat melepaskan cekikan di lehernya, Rani mengulurkan tangan tapi wanita itu menatap Sean seolah meminta bantuan. Tiba-tiba kembali terdengar teriakan, banyak orang saat Rani memukuli wanita itu."Serahkan padaku atau kau memilih lenyap dari muka bumi ini. Aku rasa Sean akan senang hati melakukannya, kau pegawai lamanya tentu lebih tau daripada aku," ujar Rani sembari menendang perut wanita itu. "Serahkan padaku!" Rani berteriak. Namun wanita di lantai itu tidak memberikan apa yang Rani minta, Rani menatap tajam lalu memutar tangan wanita itu hingga patah. Terdengar suara tulang patah membuat beberapa wanita di ruangan menjerit histeris, wanita yang Rani pukuli itu terkenal baik dan setia kawan. Te
Talak bab 165"Masih marah?" Tanya Rani sembari mengalungkan lengan di leher Sean. Pria itu tak menjawab, tangannya masih sibuk dengan dasinya. Namun kesulitan karena sang istri memeluknya dari depan. "Aku sedang juga sedang sibuk, jadi jangan menggangguku dulu," ketus Sean."Mengganggu? Baiklah aku tak akan mengganggumu lagi, hari ini juga aku akan pergi. Mungkin sebulan atau dua bulan lagi kita ketemu." Dengan kesal Rani mengambil tas di meja rias. Kemudian meninggalkan suaminya yang sedang merajuk."Tunggu dulu, apa maksudmu pergi selama itu? Mau kemana kau, berhenti Rani?!" Sean berteriak sedangkan Rani terus melangkah sembari tersenyum. 'Kau pikir bisa merajuk lama-lama denganku?' ucap Rani dalam hati."Selangkah lagi kau berjalan. Aku akan membuatmu menyesal, Rani!" Bukannya berhenti Rani malah menghentakkan kakinya berulang kali. "Kau sudah lihat kan, aku tak takut dengan ancamanmu itu. Sudah basi," cibir Rani dengan berani. "Oh, begitu rupanya baiklah. Kau yang menantangku jad
Talak bab 166Rani melirik Sean yang baru datang setelah pengejaran tadi. Dia masih memberi Junior minum, anaknya tadi sempat ketakutan melihat mobil melaju kencang ke arahnya. Sekuat apapun dia, tetap saja masih seorang anak.Berusia belum genap empat tahun. Meski otaknya sudah melampaui orang dewasa, tetap saja dia hanya seorang anak kecil. Ada ketakutan di dirinya saat melihat ibunya berlari dengan perut yang membuncit."Mommy, maafkan Jun karena pulang tanpa memberitahu. Kata mereka mau kasih kejutan, tapi Jun sudah rindu Mommy, makanya Jun datang kemari setelah mencaritahu di mana Mommy." Junior menjelaskan membuat Rani menarik napas panjang. Tapi dia tersadar saat mengingat, apa yang Junior katakan barusan. "Jadi Jun baru saja melacak, Mommy?!" tanya Rani dengan nada agak tinggi, membuat Sean berlari memeluk Junior. "Apa yang anda lakukan?" tanya Junior polos sembari menatap Sean dengan pandangan tak suka.Rani tersentak mendengarnya begitu juga dengan Sean. Tatapan mata Junior
Talak bab 167.Rani tersenyum melihat pemandangan di depannya. Bianca dan Clara terikat kedua tangannya di kursi dengan wajah bengkak bekas tamparan, entah siapa pelakunya. "Aku terlalu jijik untuk menyentuh mereka. Jadi jangan menatapku seperti itu," dengus Sean dengan kesal, karena sang istri menatapnya dengan tatapan tajam."Banyak tangan yang bisa aku gunakan, jadi aku tak akan menyentuh mereka." Sean kembali menjelaskan dengan bangga. Bibirnya masih menyesap minuman botol milik Rani. "Ra ...Rani aku mohon tolong bebaskan aku. Sungguh ini bukan kemauanku, tapi wanita ini pelakunya. Jika kau tak percaya tanya Sean, dia melihat sendiri yang memegang kemudi Clara."Bianca terisak memohon ampun. Dia harus mengorbankan Clara untuk membebaskan dirinya, mendengar hal itu membuat Clara kesal, dengan kakinya dia menendang kursi yang di duduki Bianca. Membuat wanita itu terjungkal hingga jatuh ke lantai, Bianca meringis kesakitan karena mulutnya mencium lantai dengan cukup keras. "Berani se
Talak bab 168 "Sudah siap?" tanya Rani. Wendi yang di tanya tak menjawab. Hanya meletakkan dasi ke telapak tangan Rani. "Pakaikan dengan rapi kita harus berpenampilan bagus untuk bertemu mereka." Rani tersenyum lalu mengambil dasi dari tangan Wendi. Dia menatap mata pria di depannya begitu juga dengan Wendi. "Aku seorang pria tidak selemah itu, Kak. Tenang saja, aku punya kejutan untukmu." Wendi mencolek pipi gemuk Rani. Perbuatannya dilihat oleh Sean. Membuat pria itu mengeram tapi tak bisa berbuat apa-apa, saat ini perasaan Wendi lebih penting daripada kecemburuannya. "Sial, gara-gara wanita itu. Aku yang tersiksa oleh rasa bersalah, padahal itu bukan salahku," ucap Sean dalam hati. "Vera sudah kembali, apa kau tak berniat menemuinya?" tanya Rani membuat Wendi terdiam sesaat. Namun tak lama dia kembali bersikap cuek. "Tak ada hubungannya denganku. Dia hidup atau mati karena kami tak punya ikatan apapun," ketus Wendi. "Kau yakin? Karena aku berniat menjodohkanya dengan Marco at