Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 168 "Sudah siap?" tanya Rani. Wendi yang di tanya tak menjawab. Hanya meletakkan dasi ke telapak tangan Rani. "Pakaikan dengan rapi kita harus berpenampilan bagus untuk bertemu mereka." Rani tersenyum lalu mengambil dasi dari tangan Wendi. Dia menatap mata pria di depannya begitu juga dengan Wendi. "Aku seorang pria tidak selemah itu, Kak. Tenang saja, aku punya kejutan untukmu." Wendi mencolek pipi gemuk Rani. Perbuatannya dilihat oleh Sean. Membuat pria itu mengeram tapi tak bisa berbuat apa-apa, saat ini perasaan Wendi lebih penting daripada kecemburuannya. "Sial, gara-gara wanita itu. Aku yang tersiksa oleh rasa bersalah, padahal itu bukan salahku," ucap Sean dalam hati. "Vera sudah kembali, apa kau tak berniat menemuinya?" tanya Rani membuat Wendi terdiam sesaat. Namun tak lama dia kembali bersikap cuek. "Tak ada hubungannya denganku. Dia hidup atau mati karena kami tak punya ikatan apapun," ketus Wendi. "Kau yakin? Karena aku berniat menjodohkanya dengan Marco at
Talak bab 169.Semua orang terdiam menatap pertemuan antara Latifah dan anaknya. Wanita itu gemetar karena tak menyangka, Rani akan menemukan dan membawa anak ini padanya. Anak yang akan dia jadikan putra mahkota dari keluarga Iskandar.Namun dia tak menyangka sama sekali, kalau ambisinya akan menghancurkannya dalam sekelip mata. "Dia tak akan bisa menjadi pewaris keluarga Iskandar. Selain pewaris sah kau harus menghadapi pewaris yang sudah di siapkan, siapa kau yang merasa percaya diri dengan mengandalkan anak haramnya.Sedangkan anak sah saja dia telantarkan, Latifah. Apalagi anakmu yang jelas membuatnya malu, percayalah kau sedang mendorong anakmu ke dalam neraka, daripada mendorong ke surga. Belum terlambat untuk kembali dan menyelamatkan putramu. Sean akan membantu menyembunyikan kalian, pilihan ada padamu melindungi anakmu atau membiarkannya mati sia-sia." Mendengar tawaran Rani membuat Latifah gamang. Tangannya masih gemetar tapi tetap berada di kepala Rani. "Aku memberimu wa
Talak bab 170 Rani menatap Latifah yang keluar dengan di kawal seorang petugas rutan. Wajah wanita itu terlihat kuyu, baru dua hari keadaannya sudah terlihat begitu menyedihkan. Meski begitu tatapan matanya terlihat nyalang. Rani masih tak mengerti apa yang membuat wanita itu membencinya, jika karena sang suami bukankah seharusnya dia berterima kasih, karena telah membebaskan dirinya dari suami tukang selingkuh itu. "Apa maumu menemuiku di sini? Aku dengar Sean saja tak sudi lagi melihatku. Kenapa kau sebagai istrinya masih mau menemui aku?" tanyanya dengan penuh rasa heran. Walau Rani tau itu hanya sekedar sarkas saja. "Aku hanya ingin tau, apa tawaran Sean yang sempat kau tolak? Apa sebuah permintaan untuk menjadi istri keduanya?" tanya Rani pelan. Meski merasa sakit hati tapi Rani ingin tau rahasia antara Sean dan Latifah. "Tawaran itu bukan untuk menjadi istri kedua tapi sebaliknya. Dia menginginkan aku menjadi istri pertamanya, saat itu aku tolak karena masih terikat pernika
Talak bab 171Benar saja apa yang Rani pikirkan. Sean mematung saat wanita yang melahirkannya muncul dari dalam mansion. Wanita yang akhirnya muncul setelah menghilang cukup lama begitu juga dengan ayahnya. "Sayang," bisik Rani pelan. Sean masih tak bersuara tapi genggaman tangannya. Memberitahukan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja, Rani meraih wajahnya lalu mencium agar Sean tau dia ada di dekatnya. "Bisa kita bicara dengan Mami dan Papi?" tanyanya kemudian. Sean menarik napas lalu mengikuti kemana sang istri membawanya. Sejak melihat perubahan wajah Sean, mertua Rani memilih meninggalkan anak dan menantunya agar bisa sedikit tenang. "Duduklah, Papi akan cerita apa yang sudah terjadi selama ini."Rani menggenggam tangan Sean lalu membantunya duduk. Dia membiarkan sang suami bicara dengan orang tuanya, dengan alasan akan membuatkan minuman untuk mereka. "Sayang, tidak apa-apa. Tanyakan apa yang ingin kau tanyakan pada mereka, setelah itu kita bicara dengan ayah dan ibuku." Rani s
Talak bab 172.Rani menatap jam di dinding kamarnya. Sudah hampir tengah malam tapi Sean belum kembali juga, kemana dia pergi saat ingin menenangkan diri. Klub untuk minum alkohol, itu tidak mungkin karena Sean bukan peminum, tapi kemana dia pergi. Rani bertanya dalam hatinya. Saat sedang gelisah dia mendengar suara orang membuka pintu kamar, dia segera menutup mata dan pura-pura tidur. Tak lama dia merasa ada seseorang menaiki tempat tidur, dari aromanya jelas itu Sean tapi dia juga mengendus aroma keringat yang sangat jelas di hidungnya."Lebih baik kau pergi mandi dulu. Aroma tubuhmu tercium begitu jelas, aku mual menciumnya." Tanpa menatap sang suami Rani memilih keluar dari kamar. Otaknya kembali berpikiran buruk, apakah bisa seseorang mengunjungi narapidana dan bercinta di penjara.Kaki Rani gemetar membayangkan yang tidak-tidak. Setelah berusaha berjalan menuju ke dapur, dia segera terduduk di kursi dan meletakkan kepala di meja. Perutnya terasa mual membuatnya semakin lemas.
Talak bab 173Rani berdiri di balkon menatap ke arah taman belakang. Tangannya mengelus pelan perutnya yang semakin membuncit, di belakangnya Sean berdiri dengan hati yang terasa sakit. Wanita yang dia cintai harus mengalami, penderita yang sama seperti saat kehamilan pertamanya. Ayahnya benar, Rani bodoh hingga mau kembali padanya yang tak pernah peka pada rasa sakit sang istri. 'Dan aku tak akan membuatmu sadar akan kebodohanmu itu, Sayang. Jika tidak kau akan pergi bersama dengan bule jelek itu.' Sean mendekati Rani lalu berlutut di depannya. Meraih tangan sang istri lalu menciumnya, Rani yang terkejut hanya melihat apa yang Sean lakukan."Maafkan aku, sungguh aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun darimu, aku memang menemui Latifah, tapi hanya untuk memberitahu padanya kalau anak-anaknya akan dirawat oleh keluarganya.Adik kandungnya bersedia membantu menjaga keponakannya. Latifah sangat berterima kasih karena itu dia memelukku, tapi sungguh aku segera menolak
Talak bab 174."Entah dari hari hadapanku, Margin!!"Teriakan itu membuat semua orang yang ada di lorong rumah sakit tersentak. Beberapa orang petugas terdiam karena tak berani menegur, siapa yang tak mengenal Sean, anak sekaligus pewaris tunggal pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja."Aku sudah memberimu peringatan berulang kali. Silakan bicara tapi jangan menyentuhku, tapi kau tak mendengar ucapanku itu. Mulai besok kau tak perlu kembali bekerja di rumah sakit ini lagi, aku tak mau mengaji dokter sekaligus wanita murahan." Kembali semua orang terkejut mendengar ucapan Sean. sebuah ucapan yang menyakitkan hati wanita yang tergila-gila padanya. Di antara banyaknya orang di situ, ada Rani beserta Marco dan Wendi yang menggenggam erat tangan Vera.Wendi mendengus kesal saat melihat wajah Rani. Dia tercengang dengan mulut terbuka lebar, wanita itu pasti tak menyangka Sean berubah sebanyak itu. "Apa tidak sebaiknya kau periksakan dia pada seorang ustadz, aku rasa dia kemasukan mahluk
Talak bab 175Sean termenung menatap Rani yang duduk terdiam di depannya. Mr. Asraf sudah pergi setelah Sean menolak kerjasama yang dia tawarkan, meski melihat pria itu marah tapi tak membuat Sean takut.Hanya saja dia sedang berpikir. Sebenarnya ada hubungan apa istrinya dengan Mr. Asraf, kenapa memintanya untuk membatalkan kerjasamanya. Mr. Asraf juga terlihat engan untuk melawan Rani, saat berdebat tadi."Sayang..." Sean tak melanjutkan ucapannya karena Rani keburu berdiri. Wanita itu hendak pergi keluar setelah menatap lama ponselnya. "Ada kerjaan di kantorku. Kita ketemu nanti malam di mansion." Rani berbalik lalu mendekati suaminya, kemudian mengecup di bibir pria itu."Aku tidak akan melakukan hal yang membahayakan diriku dan anak kita. memang ada dokumen yang harus aku periksa dan tandatangani. Setelah Selesai aku akan pulang." Rani membelai rahang Sean lalu melangkah pergi. Begitu naik lift wajahnya terlihat gelap, tanda sedang menahan amarahnya. 'Jadi dia merubah targetnya,