Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 174."Entah dari hari hadapanku, Margin!!"Teriakan itu membuat semua orang yang ada di lorong rumah sakit tersentak. Beberapa orang petugas terdiam karena tak berani menegur, siapa yang tak mengenal Sean, anak sekaligus pewaris tunggal pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja."Aku sudah memberimu peringatan berulang kali. Silakan bicara tapi jangan menyentuhku, tapi kau tak mendengar ucapanku itu. Mulai besok kau tak perlu kembali bekerja di rumah sakit ini lagi, aku tak mau mengaji dokter sekaligus wanita murahan." Kembali semua orang terkejut mendengar ucapan Sean. sebuah ucapan yang menyakitkan hati wanita yang tergila-gila padanya. Di antara banyaknya orang di situ, ada Rani beserta Marco dan Wendi yang menggenggam erat tangan Vera.Wendi mendengus kesal saat melihat wajah Rani. Dia tercengang dengan mulut terbuka lebar, wanita itu pasti tak menyangka Sean berubah sebanyak itu. "Apa tidak sebaiknya kau periksakan dia pada seorang ustadz, aku rasa dia kemasukan mahluk
Talak bab 175Sean termenung menatap Rani yang duduk terdiam di depannya. Mr. Asraf sudah pergi setelah Sean menolak kerjasama yang dia tawarkan, meski melihat pria itu marah tapi tak membuat Sean takut.Hanya saja dia sedang berpikir. Sebenarnya ada hubungan apa istrinya dengan Mr. Asraf, kenapa memintanya untuk membatalkan kerjasamanya. Mr. Asraf juga terlihat engan untuk melawan Rani, saat berdebat tadi."Sayang..." Sean tak melanjutkan ucapannya karena Rani keburu berdiri. Wanita itu hendak pergi keluar setelah menatap lama ponselnya. "Ada kerjaan di kantorku. Kita ketemu nanti malam di mansion." Rani berbalik lalu mendekati suaminya, kemudian mengecup di bibir pria itu."Aku tidak akan melakukan hal yang membahayakan diriku dan anak kita. memang ada dokumen yang harus aku periksa dan tandatangani. Setelah Selesai aku akan pulang." Rani membelai rahang Sean lalu melangkah pergi. Begitu naik lift wajahnya terlihat gelap, tanda sedang menahan amarahnya. 'Jadi dia merubah targetnya,
Talak bab 176Sean duduk di kursi yang biasa di duduk Johan, sedangkan Rani duduk di sofa dengan santai, meluruskan kakinya yang terasa sakit. Johan menarik napas melihat wanita hamil itu kelelahan."Berapa lama kau buat dia berdiri?"Selain Sean ternyata Johan juga marah. Dia tak menyangka wanita yang Sean cintai menderita di tempat yang dia jaga. "Ampuni saya, Tuan muda. Saya tidak bermaksud menghina Nyonya muda. Tadi saya hanya tak mau perusahaan rugi, saya minta maaf." Gadis petugas kasir menangis hingga berlutut di depan Sean. Dia tak bisa kehilangan pekerjaannya karena dia membutuhkan banyak uang untuk sekolah adik-adiknya. "Soal untung atau rugi bukan urusanmu. Ada yang bertugas soal itu, kau hanya perlu bekerja dengan baik, jika ada yang salah beritahukan pada atasanmu. Bukan berteriak seperti orang gila begitu. Bagaimana jika orang itu bukan istriku? Tapi orang yang sedang mencari kesalahan kita. Bisa saja tempat ini viral dan di tutup paksa, apa kau mau kehilangan pekerjaan
Talak bab 177Rani berdiri menatap Junior yang sedang bermain bersama orangtuanya dan juga kedua orang tua sean. Bermain, dia rasa tidak, karena Junior bersama dua pria setengah baya itu memegang laptop. "Kau yakin membiarkannya memegang laptop seusai itu?" Sean memeluk Rani dari belakang. Tangannya membelai perut sang istri, sedangkan matanya tengah menatap ke arah Junior. "Tenang saja aku memberinya waktu untuk memegang laptop. Ayah dan Papi juga tak mungkin membiarkannya bermain laptop seharian." Rani memegang tangan Sean yang mulai meraba turun ke bawah perut."Apa yang kau inginkan, bukankah seharusnya kau masih berada di kantor?" tanya Rani setelah berbalik menghadap Sean yang kini membelai kepalanya dan menyelipkan rambut di telinganya. "Aku merindukanmu, Sayang." Sean mendekati wajah Rani lalu mengecup bibir sang istri."Rindu? Perasaan semalam kau sudah mendapatkan jatah. Lebih dari cukup untuk menuntaskan dahagamu, Sean. Jangan bilang kau mau lagi?" Rani mendengus kesal. Pa
Talak bab 178.Rani menangis begitu juga dengan Wendi. Pria itu berlari seperti orang gila, saat mendengar Rani mengetahui kejadian empat tahun yang lalu, kejadian saat Rani mengalami baby blues. "Jangan minta maaf padaku, Kak. Minta maaflah pada Junior. Sebenarnya dia yang terluka walau saat itu dia belum merasakan kecewa, tidak dia merasakannya karena malam itu dia demam hebat." Wendi mengusap air mata di pipinya. Saat melihat Junior waktu itu dia seperti melihat dirinya, terlihat begitu menyedihkan nasibnya."Sebenarnya aku tak begitu menyalahkanmu, karena aku tau kau dalam keadaan tak sadar. Aku menyalahkan Sean yang tak peka pada istrinya." Wendi melirik Sean yang berdiri di belakang istrinya. Pria itu juga terpukul setelah mendengar cerita Feira, tak menyangka Rani mengalami banyak hal yang menyedihkan saat tidak bersamanya."Terima kasih, Wendi. Aku berutang banyak padamu, tapi bukan berarti kau bisa menguasai istriku." Sean berkata dengan nada sedikit cemburu. Cemburu karena W
Talak bab 179."Gak ikut masuk, Wen?" tanya Sean. "Ogah, aku lebih suka melihat istrimu itu." Wendi menunjuk ke arah Rani dengan ujung bibirnya. Sean mengikuti arah bibir dan mata Wendi, dia nyaris tertawa melihat Rani tengah membujuk Junior.Semalam saat mendengar mommy-nya minta nomor ponselnya. Junior langsung menyembunyikan benda itu, kedua kakek dan neneknya juga kompak tutup mulut. Mereka lebih memilih bekerjasama dengan sang cucu, dari pada dengan anak dan menantunya."Gak boleh, Mommy kan sudah punya nomor opa dan Oma," ujar Junior. Dia tak tak mau mommy-nya tau soal nomor ponselnya, dia takut mommy-nya akan melacaknya. Bisa gawat kalau wanita yang melahirkan dirinya tau siapa anaknya yang sebenarnya."Nomor ponsel kamu kan lain, Sayang. Kenapa sih tidak mau memberitahukan pada Mommy, apa ada yang kamu sembunyikan dari Mommy?" tanya Rani sembari menatap Junior. Dia berharap apa yang dia lakukan, membuat anaknya patuh dan menyebutkan nomornya. Sayangnya kali ini tatapan matanya
Talak bab 180Rani duduk bersandar di kepala tempat tidur. Tangannya membelai perutnya yang terlihat membuncit, namun matanya terlihat kosong menatap ke depan. Sean menarik napas melihatnya seperti itu, perlahan dia mendekat lalu mengecup bibir sang istri. Rani tersadar lalu meraih wajah Sean yang berada di depan wajahnya, memberinya belaian ringan, lalu menyerahkan handuk untuknya mandi."Memikirkan Wendi?" tanya Sean lirih. Rani tidak menjawab hanya menganggukkan kepala, dia memang sedang memikirkan Wendi. Sean balik membelai pipi Rani lalu mengecup keningnya dengan lembut."Pasti berat baginya menghadapi situasi ini. Dia tak bersalah tapi dia yang mendapat tekanan dari segala arah, sekarang dia pasti bingung memikirkan ibunya, yang mungkin sedang berada di tangan ayahnya. Mami bilang Wendi meminta kita untuk tidak ikut campur. Apa itu berarti dia tak perduli dengan kedua orang tuanya termasuk ibunya juga?" tanya Rani sembari mengusap bibir Sean dengan ibu jarinya. Sean tidak menj
Talak bab 181"Masih marah?" tanya Sean sembari berbaring di atas tubuh Rani. Pria itu bermain dengan pipi dan wajah dan istri, Rani tak menjawab hanya bibirnya yang maju lima centi."Jangan marah lagi sekarang tolong ceritakan, apa yang membuatmu marah dan apa yang kau sembunyikan dariku?" tanya Sean akhirnya. Dia berguling lalu berbaring di samping Rani. "Sudah terlambat, aku tak berminat mengatakan apapun padamu." Rani menarik selimut, lalu tidur membelakangi Sean.Sean hanya menarik napas panjang lalu memeluk pinggang istrinya. Matahari sudah terbit ketika Rani membuka mata, tak ada lagi Sean yang tadi berbaring di sampingnya. Mungkin sudah berangkat kerja, perlahan Rani turun dari tempat tidur lalu melangkah menuju ke kamar mandi.Rani segera mandi lalu bersiap untuk menyelesaikan pekerjaannya. Pekerjaan untuk memberi pelajaran pada seseorang yang mengusik ketenangan. "Apa kau tak terlalu kejam, Bos?" tanya seorang wanita berwajah mungil. "Menurutmu?" tanyanya balik.Dia menargetk