Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 177Rani berdiri menatap Junior yang sedang bermain bersama orangtuanya dan juga kedua orang tua sean. Bermain, dia rasa tidak, karena Junior bersama dua pria setengah baya itu memegang laptop. "Kau yakin membiarkannya memegang laptop seusai itu?" Sean memeluk Rani dari belakang. Tangannya membelai perut sang istri, sedangkan matanya tengah menatap ke arah Junior. "Tenang saja aku memberinya waktu untuk memegang laptop. Ayah dan Papi juga tak mungkin membiarkannya bermain laptop seharian." Rani memegang tangan Sean yang mulai meraba turun ke bawah perut."Apa yang kau inginkan, bukankah seharusnya kau masih berada di kantor?" tanya Rani setelah berbalik menghadap Sean yang kini membelai kepalanya dan menyelipkan rambut di telinganya. "Aku merindukanmu, Sayang." Sean mendekati wajah Rani lalu mengecup bibir sang istri."Rindu? Perasaan semalam kau sudah mendapatkan jatah. Lebih dari cukup untuk menuntaskan dahagamu, Sean. Jangan bilang kau mau lagi?" Rani mendengus kesal. Pa
Talak bab 178.Rani menangis begitu juga dengan Wendi. Pria itu berlari seperti orang gila, saat mendengar Rani mengetahui kejadian empat tahun yang lalu, kejadian saat Rani mengalami baby blues. "Jangan minta maaf padaku, Kak. Minta maaflah pada Junior. Sebenarnya dia yang terluka walau saat itu dia belum merasakan kecewa, tidak dia merasakannya karena malam itu dia demam hebat." Wendi mengusap air mata di pipinya. Saat melihat Junior waktu itu dia seperti melihat dirinya, terlihat begitu menyedihkan nasibnya."Sebenarnya aku tak begitu menyalahkanmu, karena aku tau kau dalam keadaan tak sadar. Aku menyalahkan Sean yang tak peka pada istrinya." Wendi melirik Sean yang berdiri di belakang istrinya. Pria itu juga terpukul setelah mendengar cerita Feira, tak menyangka Rani mengalami banyak hal yang menyedihkan saat tidak bersamanya."Terima kasih, Wendi. Aku berutang banyak padamu, tapi bukan berarti kau bisa menguasai istriku." Sean berkata dengan nada sedikit cemburu. Cemburu karena W
Talak bab 179."Gak ikut masuk, Wen?" tanya Sean. "Ogah, aku lebih suka melihat istrimu itu." Wendi menunjuk ke arah Rani dengan ujung bibirnya. Sean mengikuti arah bibir dan mata Wendi, dia nyaris tertawa melihat Rani tengah membujuk Junior.Semalam saat mendengar mommy-nya minta nomor ponselnya. Junior langsung menyembunyikan benda itu, kedua kakek dan neneknya juga kompak tutup mulut. Mereka lebih memilih bekerjasama dengan sang cucu, dari pada dengan anak dan menantunya."Gak boleh, Mommy kan sudah punya nomor opa dan Oma," ujar Junior. Dia tak tak mau mommy-nya tau soal nomor ponselnya, dia takut mommy-nya akan melacaknya. Bisa gawat kalau wanita yang melahirkan dirinya tau siapa anaknya yang sebenarnya."Nomor ponsel kamu kan lain, Sayang. Kenapa sih tidak mau memberitahukan pada Mommy, apa ada yang kamu sembunyikan dari Mommy?" tanya Rani sembari menatap Junior. Dia berharap apa yang dia lakukan, membuat anaknya patuh dan menyebutkan nomornya. Sayangnya kali ini tatapan matanya
Talak bab 180Rani duduk bersandar di kepala tempat tidur. Tangannya membelai perutnya yang terlihat membuncit, namun matanya terlihat kosong menatap ke depan. Sean menarik napas melihatnya seperti itu, perlahan dia mendekat lalu mengecup bibir sang istri. Rani tersadar lalu meraih wajah Sean yang berada di depan wajahnya, memberinya belaian ringan, lalu menyerahkan handuk untuknya mandi."Memikirkan Wendi?" tanya Sean lirih. Rani tidak menjawab hanya menganggukkan kepala, dia memang sedang memikirkan Wendi. Sean balik membelai pipi Rani lalu mengecup keningnya dengan lembut."Pasti berat baginya menghadapi situasi ini. Dia tak bersalah tapi dia yang mendapat tekanan dari segala arah, sekarang dia pasti bingung memikirkan ibunya, yang mungkin sedang berada di tangan ayahnya. Mami bilang Wendi meminta kita untuk tidak ikut campur. Apa itu berarti dia tak perduli dengan kedua orang tuanya termasuk ibunya juga?" tanya Rani sembari mengusap bibir Sean dengan ibu jarinya. Sean tidak menj
Talak bab 181"Masih marah?" tanya Sean sembari berbaring di atas tubuh Rani. Pria itu bermain dengan pipi dan wajah dan istri, Rani tak menjawab hanya bibirnya yang maju lima centi."Jangan marah lagi sekarang tolong ceritakan, apa yang membuatmu marah dan apa yang kau sembunyikan dariku?" tanya Sean akhirnya. Dia berguling lalu berbaring di samping Rani. "Sudah terlambat, aku tak berminat mengatakan apapun padamu." Rani menarik selimut, lalu tidur membelakangi Sean.Sean hanya menarik napas panjang lalu memeluk pinggang istrinya. Matahari sudah terbit ketika Rani membuka mata, tak ada lagi Sean yang tadi berbaring di sampingnya. Mungkin sudah berangkat kerja, perlahan Rani turun dari tempat tidur lalu melangkah menuju ke kamar mandi.Rani segera mandi lalu bersiap untuk menyelesaikan pekerjaannya. Pekerjaan untuk memberi pelajaran pada seseorang yang mengusik ketenangan. "Apa kau tak terlalu kejam, Bos?" tanya seorang wanita berwajah mungil. "Menurutmu?" tanyanya balik.Dia menargetk
Talak bab 182Rani hendak keluar dari toilet ketika mendengar suara dari luar. Seorang wanita terdengar senang membicarakan tentang seorang pria, yang membuatnya kesal pria itu ternyata bernama Sean.Mungkin dia tak akan mengira kalau yang wanita itu bicarakan ternyata suaminya, tapi saat dia menyebut kejadian di luar tadi, dia bisa menyimpulkan kalau wanita ini sedang membicarakannya dan Sean. "Ayolah, kau saja yang terlalu lemah. Bisa kalah dengan seorang janda, bahkan dia tak cantik-cantik amat. Kau tak bisa mengodanya karena kau tak tau caranya." Wanita itu terdengar sombong saat bicara. Sepertinya dia sedang menelpon temannya.'Siapa yang pernah mengoda Sean, perasaan semua sudah aku singkirkan? Kenapa masih ada yang bertahan dan menyusun kekuatan?' tanya Rani dalam hati. 'Tidak bisa dibiarkan ini, harus segera aku tumpas bibit pelakor ini sebelum berakar dalam."Sudahlah, aku akan tunjukkan padamu. Betapa hebatnya aku memisahkan mereka, sebesar apapun cintanya dan sang istri, ak
Talak bab 183Rani tersentak sampai berkas yang ada di tangannya terjatuh. Wendi yang menyadari kesalahannya segera meminta maaf, baru saja menarik napas lega kembali seseorang menerjang masuk, ke ruangannya tanpa mengetuk pintu. "Marco!" Kali ini Wendi menemani Rani berteriak karena dia juga terkejut. "Maaf, maaf." Marco segera menutup pintu lalu melangkah mendekati Rani dan Wendi. Pria itu tak langsung bicara tapi mengambil air minum di meja lalu menenggaknya hingga habis, tak perduli meski itu sisa Rani yang dia tak tau itu juga bekas Wendi, karena tadi dia sempat meminumnya sebelum Marco masuk."Ini pasti ada hubungan dengan Gilang, iya kan?" tanya Wendi dengan tenang. "Gilang mengamuk, iblis itu bangun setelah lebih dari sepuluh tahun tertidur." Marco tidak menjawab tapi dari menyebut nama Gilang. "Ceritakan," pinta Rani. "Dia membuat masalah besar ...." Rani menarik napas panjang, demi menenangkan dirinya sebelum meledak."Kalian bicara bersamaan, bagaimana aku bisa mendengar da
Talak bab 184Rani menatap barang yang di bawa Miko. Katanya oleh-oleh kiriman Sean, setelah malam dia meninggalkannya bersama Shena. Ternyata besoknya Sean tetap pergi bersama wanita itu, dan ini sudah hari ketiga pria itu pergi.Selama itu juga Rani menolak panggilan atau pesan Sean. Dia kecewa namun tak membuat pria itu mengurungkan niatnya, Rani membiarkan saja apa yang suaminya lakukan. Percuma juga menasehati jika diabaikan. "Tolong bawa ke mansion Mami dan papi akan senang menerima kiriman darinya." Rani mendorong barang bawaan Miko. Pria itu sudah kembali dan meninggalkan Sean, karena ada pekerjaan di sini."Tapi kata Sean ini khusus untukmu." Miko kembali mendorong paper bag yang dia bawa merasa kesal Rani menerima lalu melemparkannya ke tempat sampah, Miko terdiam tak berani lagi bicara. Dia tau Rani masih marah pada suaminya hingga bertindak seperti itu. "Jika kau ke sana lagi, jangan membawa apapun untukku saat kembali." Rani berkata tanpa melihat Miko. Meski tak melihat w