Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 166Rani melirik Sean yang baru datang setelah pengejaran tadi. Dia masih memberi Junior minum, anaknya tadi sempat ketakutan melihat mobil melaju kencang ke arahnya. Sekuat apapun dia, tetap saja masih seorang anak.Berusia belum genap empat tahun. Meski otaknya sudah melampaui orang dewasa, tetap saja dia hanya seorang anak kecil. Ada ketakutan di dirinya saat melihat ibunya berlari dengan perut yang membuncit."Mommy, maafkan Jun karena pulang tanpa memberitahu. Kata mereka mau kasih kejutan, tapi Jun sudah rindu Mommy, makanya Jun datang kemari setelah mencaritahu di mana Mommy." Junior menjelaskan membuat Rani menarik napas panjang. Tapi dia tersadar saat mengingat, apa yang Junior katakan barusan. "Jadi Jun baru saja melacak, Mommy?!" tanya Rani dengan nada agak tinggi, membuat Sean berlari memeluk Junior. "Apa yang anda lakukan?" tanya Junior polos sembari menatap Sean dengan pandangan tak suka.Rani tersentak mendengarnya begitu juga dengan Sean. Tatapan mata Junior
Talak bab 167.Rani tersenyum melihat pemandangan di depannya. Bianca dan Clara terikat kedua tangannya di kursi dengan wajah bengkak bekas tamparan, entah siapa pelakunya. "Aku terlalu jijik untuk menyentuh mereka. Jadi jangan menatapku seperti itu," dengus Sean dengan kesal, karena sang istri menatapnya dengan tatapan tajam."Banyak tangan yang bisa aku gunakan, jadi aku tak akan menyentuh mereka." Sean kembali menjelaskan dengan bangga. Bibirnya masih menyesap minuman botol milik Rani. "Ra ...Rani aku mohon tolong bebaskan aku. Sungguh ini bukan kemauanku, tapi wanita ini pelakunya. Jika kau tak percaya tanya Sean, dia melihat sendiri yang memegang kemudi Clara."Bianca terisak memohon ampun. Dia harus mengorbankan Clara untuk membebaskan dirinya, mendengar hal itu membuat Clara kesal, dengan kakinya dia menendang kursi yang di duduki Bianca. Membuat wanita itu terjungkal hingga jatuh ke lantai, Bianca meringis kesakitan karena mulutnya mencium lantai dengan cukup keras. "Berani se
Talak bab 168 "Sudah siap?" tanya Rani. Wendi yang di tanya tak menjawab. Hanya meletakkan dasi ke telapak tangan Rani. "Pakaikan dengan rapi kita harus berpenampilan bagus untuk bertemu mereka." Rani tersenyum lalu mengambil dasi dari tangan Wendi. Dia menatap mata pria di depannya begitu juga dengan Wendi. "Aku seorang pria tidak selemah itu, Kak. Tenang saja, aku punya kejutan untukmu." Wendi mencolek pipi gemuk Rani. Perbuatannya dilihat oleh Sean. Membuat pria itu mengeram tapi tak bisa berbuat apa-apa, saat ini perasaan Wendi lebih penting daripada kecemburuannya. "Sial, gara-gara wanita itu. Aku yang tersiksa oleh rasa bersalah, padahal itu bukan salahku," ucap Sean dalam hati. "Vera sudah kembali, apa kau tak berniat menemuinya?" tanya Rani membuat Wendi terdiam sesaat. Namun tak lama dia kembali bersikap cuek. "Tak ada hubungannya denganku. Dia hidup atau mati karena kami tak punya ikatan apapun," ketus Wendi. "Kau yakin? Karena aku berniat menjodohkanya dengan Marco at
Talak bab 169.Semua orang terdiam menatap pertemuan antara Latifah dan anaknya. Wanita itu gemetar karena tak menyangka, Rani akan menemukan dan membawa anak ini padanya. Anak yang akan dia jadikan putra mahkota dari keluarga Iskandar.Namun dia tak menyangka sama sekali, kalau ambisinya akan menghancurkannya dalam sekelip mata. "Dia tak akan bisa menjadi pewaris keluarga Iskandar. Selain pewaris sah kau harus menghadapi pewaris yang sudah di siapkan, siapa kau yang merasa percaya diri dengan mengandalkan anak haramnya.Sedangkan anak sah saja dia telantarkan, Latifah. Apalagi anakmu yang jelas membuatnya malu, percayalah kau sedang mendorong anakmu ke dalam neraka, daripada mendorong ke surga. Belum terlambat untuk kembali dan menyelamatkan putramu. Sean akan membantu menyembunyikan kalian, pilihan ada padamu melindungi anakmu atau membiarkannya mati sia-sia." Mendengar tawaran Rani membuat Latifah gamang. Tangannya masih gemetar tapi tetap berada di kepala Rani. "Aku memberimu wa
Talak bab 170 Rani menatap Latifah yang keluar dengan di kawal seorang petugas rutan. Wajah wanita itu terlihat kuyu, baru dua hari keadaannya sudah terlihat begitu menyedihkan. Meski begitu tatapan matanya terlihat nyalang. Rani masih tak mengerti apa yang membuat wanita itu membencinya, jika karena sang suami bukankah seharusnya dia berterima kasih, karena telah membebaskan dirinya dari suami tukang selingkuh itu. "Apa maumu menemuiku di sini? Aku dengar Sean saja tak sudi lagi melihatku. Kenapa kau sebagai istrinya masih mau menemui aku?" tanyanya dengan penuh rasa heran. Walau Rani tau itu hanya sekedar sarkas saja. "Aku hanya ingin tau, apa tawaran Sean yang sempat kau tolak? Apa sebuah permintaan untuk menjadi istri keduanya?" tanya Rani pelan. Meski merasa sakit hati tapi Rani ingin tau rahasia antara Sean dan Latifah. "Tawaran itu bukan untuk menjadi istri kedua tapi sebaliknya. Dia menginginkan aku menjadi istri pertamanya, saat itu aku tolak karena masih terikat pernika
Talak bab 171Benar saja apa yang Rani pikirkan. Sean mematung saat wanita yang melahirkannya muncul dari dalam mansion. Wanita yang akhirnya muncul setelah menghilang cukup lama begitu juga dengan ayahnya. "Sayang," bisik Rani pelan. Sean masih tak bersuara tapi genggaman tangannya. Memberitahukan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja, Rani meraih wajahnya lalu mencium agar Sean tau dia ada di dekatnya. "Bisa kita bicara dengan Mami dan Papi?" tanyanya kemudian. Sean menarik napas lalu mengikuti kemana sang istri membawanya. Sejak melihat perubahan wajah Sean, mertua Rani memilih meninggalkan anak dan menantunya agar bisa sedikit tenang. "Duduklah, Papi akan cerita apa yang sudah terjadi selama ini."Rani menggenggam tangan Sean lalu membantunya duduk. Dia membiarkan sang suami bicara dengan orang tuanya, dengan alasan akan membuatkan minuman untuk mereka. "Sayang, tidak apa-apa. Tanyakan apa yang ingin kau tanyakan pada mereka, setelah itu kita bicara dengan ayah dan ibuku." Rani s
Talak bab 172.Rani menatap jam di dinding kamarnya. Sudah hampir tengah malam tapi Sean belum kembali juga, kemana dia pergi saat ingin menenangkan diri. Klub untuk minum alkohol, itu tidak mungkin karena Sean bukan peminum, tapi kemana dia pergi. Rani bertanya dalam hatinya. Saat sedang gelisah dia mendengar suara orang membuka pintu kamar, dia segera menutup mata dan pura-pura tidur. Tak lama dia merasa ada seseorang menaiki tempat tidur, dari aromanya jelas itu Sean tapi dia juga mengendus aroma keringat yang sangat jelas di hidungnya."Lebih baik kau pergi mandi dulu. Aroma tubuhmu tercium begitu jelas, aku mual menciumnya." Tanpa menatap sang suami Rani memilih keluar dari kamar. Otaknya kembali berpikiran buruk, apakah bisa seseorang mengunjungi narapidana dan bercinta di penjara.Kaki Rani gemetar membayangkan yang tidak-tidak. Setelah berusaha berjalan menuju ke dapur, dia segera terduduk di kursi dan meletakkan kepala di meja. Perutnya terasa mual membuatnya semakin lemas.
Talak bab 173Rani berdiri di balkon menatap ke arah taman belakang. Tangannya mengelus pelan perutnya yang semakin membuncit, di belakangnya Sean berdiri dengan hati yang terasa sakit. Wanita yang dia cintai harus mengalami, penderita yang sama seperti saat kehamilan pertamanya. Ayahnya benar, Rani bodoh hingga mau kembali padanya yang tak pernah peka pada rasa sakit sang istri. 'Dan aku tak akan membuatmu sadar akan kebodohanmu itu, Sayang. Jika tidak kau akan pergi bersama dengan bule jelek itu.' Sean mendekati Rani lalu berlutut di depannya. Meraih tangan sang istri lalu menciumnya, Rani yang terkejut hanya melihat apa yang Sean lakukan."Maafkan aku, sungguh aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun darimu, aku memang menemui Latifah, tapi hanya untuk memberitahu padanya kalau anak-anaknya akan dirawat oleh keluarganya.Adik kandungnya bersedia membantu menjaga keponakannya. Latifah sangat berterima kasih karena itu dia memelukku, tapi sungguh aku segera menolak
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere