Nah kan, Rani makin jatuh cinta pada Sean. yuk baca dan ikuti cerita ini dan beri dukungan dengan memberikan Gems terima kasih. Sambil menunggu update bab terbaru ikuti cerita saya yang lainnya. 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 44"Hancur, kau sudah menghancurkan kesombongan dan keangkuhan mereka, Ran. Bahkan untuk mengangkat kepala pun, mereka tak akan sanggup lagi. Soni menjadi senjata terampuh yang kau gunakan."Amris menceritakannya, apa yang dia ketahui, setelah datang ke rumah sakit menjenguk Ratna. Dia juga menceritakan tentang Hendra yang terlihat menderita. "Aku mungkin tak akan menjadi begitu kejam, tapi mereka terus menguji kesabaranku. Seolah jiwa ini tak punya perasaan, sehingga mereka menyakiti dan terus mengulanginya."Rani menatap lurus ke depan seolah menerawang. Dia bukan wanita kuat hanya pura-pura tegar, tapi orang yang melihatnya seolah dia lemah. Sehingga dengan mudah menyiksanya, seolah tak takut jika dia akan melawan."Aku diam bukan tak bisa melawan, tapi aku tak mau menyakiti satu-satunya keluargaku. Sayangnya, mereka juga merampasnya dengan kejam. Sekarang setelah aku membalas perbuatan mereka, dianggap kejam pun tak lagi jadi masalah."Rani tersenyum pahit, bila menginga
Talak bab 45Rani menatap makanan di atas meja. Bibirnya tersenyum pahit, ketika menyadari, kalau dia kalah lagi oleh cinta pertama suaminya. Dulu Anita, sekarang Bianca. Ya, satu jam yang lalu Sean pamit keluar, dengan alasan urusan penting. 'Nyatanya, cintamu memang tak berharga, Ran.' lirih batin Rani.Wanita itu menatap makanan yang sudah dingin itu. Tadi dia begitu semangat saat menyiapkannya, siapa sangka kalau akhirnya tak termakan sama sekali. Menatap jam dinding, Rani memilih untuk masuk ke kamar, tanpa berniat menunggu Sean kembali. "Dulu aku menunggu Hendra seperti orang bodoh, ternyata dia menginap dengan Anita di hotel. Jadi, kali ini mana mungkin aku akan mengulangi kebodohan yang sama."Rani tertawa sedih sembari melangkah menuju ke kamar tamu, bukan ke kamar utama yang Sean tempati. Sejak mereka berhubungan intim, pria itu meminta Rani pindah ke sana, tapi malam ini dia ingin tidur di ruang tamu."Ternyata bahagiamu palsu, Ran." Rani menangis menyesali nasibnya. Hatiny
Talak bab 46"Kakak yakin mau pergi? Tak kasihan dengan pria malang itu?"Wendi menatap ke arah Rani, sedangkan wanita itu melirik kaca spion. Melihat Sean yang sedang menatap ke arahnya, di belakangnya ada Bianca yang masih menyeka air mata. Entah apa yang membuat wanita itu menangis. "Sayang!!"Sean mengira Rani tak akan pergi, karena itu dia hanya menatapnya. Siapa sangka kalau wanita itu benar-benar pergi, membuatnya terkejut dan langsung mengejar. Namun semua sudah terlambat, mobil yang di tumpangi Rani menghilang di tikungan jalan."Kenapa kau juga meninggalkan aku, Rani?!" Sean berteriak lalu berlari menuju mobilnya. Dia berniat mengejar, tapi Bianca mencegahnya. Sean yang kesal segera mendorong wanita itu, dan meminta sekuriti mengantarnya ke kamar tamu. "Berhenti Sean. Jangan kejar, beri dia waktu untuk menenangkan diri. Dengan begitu kalian bisa bicara dengan tenang saat bertemu nanti."Bianca memegang lengan Sean, agar pria itu mau mendengarkan ucapannya. Merasakan sentuhan
Talak bab 47Rani menggeliat, tangannya meraba-raba meja. Mencari ponselnya yang terus berdering, tak lama seseorang mengulurkan benda itu padanya. "Terima kasih," ucapnya lirih. "Dasar Wendi resek, bisa gak sih sabar dikit." Rani mengomel sembari menerima panggilan dari ponselnya. "Apa!"Rani menjawab ketus, membuat Wendi di seberang terlihat bingung. Bukannya, Rani bilang mau ke rumah sakit menemui Siti, kenapa jam segini masih belum bangun. "Ini sudah jam sepuluh, jangan bilang kau belum bangun, Kak?"Mendengar pertanyaan Wendi. Rani segera melirik layar ponsel untuk melihat jam, dia terpekik melihatnya. Untuk pertama kalinya dia bangun jam segini. "Bagaimana bisa, aku bangun kesiangan?"Rani bergegas bangun, tapi dia terkejut saat merasakan sebuah tangan besar menarik pinggangnya. Reflek dia menoleh ke samping dan matanya terbelalak, saat melihat tatapan penuh amarah seorang pria. "Aku sudah berusaha memuaskan dirimu, tapi begitu bangun, kau langsung melupakanku!"Sean menahan gera
Talak bab 48Sean tersentak saat mendengar pintu mobil di banting. Setelah berteriak, Rani segera keluar dan mencari taksi. Tangannya lincah hendak mengetik aplikasi, namun belum menemukan pengemudi yang menerima pesanannya."Berhenti, biarkan aku pergi naik taksi saja. Kau bisa langsung pergi ke kantor."Sean mematung dan menyaksikan Rani berjalan meninggalkannya. wanita itu memilih menunggu taksi di depan apartemen, Sean memukuli kemudi mobilnya, karena kesal tak bisa menahan diri untuk menyentuh istrinya. "Apa yang aku lakukan lagi!"Rani berteriak karena tak menyangka, Sean akan keluar dari mobil dan mengangkat tubuhnya. Membawa masuk ke dalam mobil. "Aku antar," ujar Sean pelan. "Jangan membantah," ucapnya lagi.Rani menarik napas, demi menahan diri agar tak berteriak. Dia tak menyangka, akan sesusah ini bicara dengan suaminya. "Kita berangkat sekarang, sudah jangan marah lagi." Sean memasang sabuk pengaman lalu menyentuh pipi istrinya, melihat tatapan maut Rani, pria itu hanya bi
Talak bab 49"Lama-lama kau sudah seperti Psikopat, Kak. Tak ku temukan lagi, wanita lemah nan polos itu yang tatapan penuh dengan duka dan nestapa."Rani mematung mendengar ucapan Wendi. Pria itu benar, dulu dia terlalu naib dan polos. Hingga menerima saja semua yang dia alami, tapi semua berubah, sejak kematian anaknya dan juga situasi dalam penjara. "Rasa sakit merubah semuanya, Wen. Kau kan tau, kematian Rara begitu memukul jiwaku, seandainya lebih cepat mengambil keputusan untuk pergi. Mungkin semua tak akan terjadi," lirih suara Rani seolah menyesali apa yang sudah terjadi."Maka kau tak akan bertemu cinta sejatimu, tak menemukan tekad untuk mengejar hobby mu, dan juga akan berakhir menjadi janda kesepian. Bahkan kau tak akan mengetahui, kalau orangtuamu mati dibunuh, serta membawa pergi banyak misteri."Rani terdiam lalu menatap pria di sampingnya. Benar kata Wendi, jika kematian Rara tak terjadi, mungkin dia akan tetap dalam cengkraman Hendra. Otaknya juga akan berhenti begitu
Talak bab 50"Ceritakan!"Sean menatap Rani yang duduk di depannya. Kakinya mengapit Kedua kaki sang istri, hingga membuat wanita itu tak bisa bergerak. Merasa jengah, Rani berusaha melepaskan diri."Apa yang bisa aku ceritakan? Tak ada. Banyak hal yang juga tidak aku ketahui, satu-satunya cara hanya menunggu ibumu bicara. Ada hubungan antara kedua orangtuamu dan ayahku, hanya saja aku tak tau apa hubungan mereka, tapi aku bisa pastikan kalau pria yang mengaku sebagai ayahmu. Kenyataannya hanya wajah saja yang menyerupai dirinya."Rani hanya menceritakan apa yang dia ketahui. Soal ayahnya yang membuat bangkrut perusahaan keluarga Sean, dia belum berani bicara, karena belum jelas cerita yang sebenar."Kenapa aku merasa kau masih menyimpan sesuatu dariku, Ran. Katakan yang sebenarnya!" Rani terkejut mendengar teriakan Sean. Membuatnya tersulut emosinya. "Aku sudah cerita, kalau tak percaya itu urusanmu. Tunggu saja ibumu sadar dan tanya lagi padanya."Rani berniat berdiri untuk pergi, t
Talak bab 51"Dasar bodoh, jadi kau sudah mengetahuinya?" Sean mengetuk dahi istrinya. Dia tak menyangka Rani mengetahui, soal ayahnya yang membuat perusahaan keluarga Sean bangkrut. Hanya saja dia tak tau alasan sang ayah melakukan itu, karena permintaan ibu Sean sendiri. Sean saja terkejut saat mendengarnya apalagi Rani."Lain kali cobalah bicara denganku. Jangan menyembunyikan segalanya sendiri, kalau begini kan kau sendiri yang rugi, lalu menangis seperti anak kecil." Sean mengusap air mata di pipi Rani. Sedangkan wanita itu mengulurkan tangan, menyentuh luka di kening suaminya.Dia tertawa bila mengigat semua yang terjadi. Selain ibunya, Sean juga mendapatkan luka yang sama berkat sang istri. "Apa ini sakit?"Rani menekan luka Sean membuat pria itu meringis. Matanya melotot melihat ulah sang istri, namun wanita itu hanya tersenyum tipis. "Tak terlalu sakit, bila di bandingkan dengan melihatmu pergi saat aku terluka," ujar Sean lirih. "Kau yang memintaku pergi, dan memilih wanit