Apakah Sean akan mendengar Rani atau sebaliknya. yuk baca dan ikuti cerita ini dan beri dukungan dengan memberikan Gems terima kasih. Sambil menunggu update bab terbaru ikuti cerita saya yang lainnya. 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 50"Ceritakan!"Sean menatap Rani yang duduk di depannya. Kakinya mengapit Kedua kaki sang istri, hingga membuat wanita itu tak bisa bergerak. Merasa jengah, Rani berusaha melepaskan diri."Apa yang bisa aku ceritakan? Tak ada. Banyak hal yang juga tidak aku ketahui, satu-satunya cara hanya menunggu ibumu bicara. Ada hubungan antara kedua orangtuamu dan ayahku, hanya saja aku tak tau apa hubungan mereka, tapi aku bisa pastikan kalau pria yang mengaku sebagai ayahmu. Kenyataannya hanya wajah saja yang menyerupai dirinya."Rani hanya menceritakan apa yang dia ketahui. Soal ayahnya yang membuat bangkrut perusahaan keluarga Sean, dia belum berani bicara, karena belum jelas cerita yang sebenar."Kenapa aku merasa kau masih menyimpan sesuatu dariku, Ran. Katakan yang sebenarnya!" Rani terkejut mendengar teriakan Sean. Membuatnya tersulut emosinya. "Aku sudah cerita, kalau tak percaya itu urusanmu. Tunggu saja ibumu sadar dan tanya lagi padanya."Rani berniat berdiri untuk pergi, t
Talak bab 51"Dasar bodoh, jadi kau sudah mengetahuinya?" Sean mengetuk dahi istrinya. Dia tak menyangka Rani mengetahui, soal ayahnya yang membuat perusahaan keluarga Sean bangkrut. Hanya saja dia tak tau alasan sang ayah melakukan itu, karena permintaan ibu Sean sendiri. Sean saja terkejut saat mendengarnya apalagi Rani."Lain kali cobalah bicara denganku. Jangan menyembunyikan segalanya sendiri, kalau begini kan kau sendiri yang rugi, lalu menangis seperti anak kecil." Sean mengusap air mata di pipi Rani. Sedangkan wanita itu mengulurkan tangan, menyentuh luka di kening suaminya.Dia tertawa bila mengigat semua yang terjadi. Selain ibunya, Sean juga mendapatkan luka yang sama berkat sang istri. "Apa ini sakit?"Rani menekan luka Sean membuat pria itu meringis. Matanya melotot melihat ulah sang istri, namun wanita itu hanya tersenyum tipis. "Tak terlalu sakit, bila di bandingkan dengan melihatmu pergi saat aku terluka," ujar Sean lirih. "Kau yang memintaku pergi, dan memilih wanit
Talak bab 52"Sudah jangan tegang begitu, ada aku di sini." Sean mengecup tangan istrinya. Saat ini mereka berada di depan rumah mewah, tempat ibu Sean berada. Wanita itu meminta anaknya membawa Rani pulang, karena sejak dia masuk rumah sakit, menantunya itu tak pernah mengunjunginya. Dia menduga Rani takut bertemu dengannya."Bagaimana aku gak tegang. Setelah membuatnya terluka, aku juga membuat kepala anaknya bocor. Kau kira semudah itu aku menghadapinya, apalagi kalau dia tau aku janda. Bekas menantu Siti pula, aduh ...pulang aja kita."Rani gemetar memegangi lengan suaminya. Meski marah, mendengar ucapan Rani yang menyebut dirinya janda bekas. Sean masih mencoba menenangkan istrinya. "Hai dengar, jangan pernah menyebut dirimu "janda bekas" lagi. Kau istriku sekarang jadi lupakan soal gelaran janda itu."Sean kembali mencium kening istrinya, karena saat ini Rani tengah menahan tangis. Wanita mana yang kuat, menemui mertua yang telah dia buat terluka, meski itu tak sengaja.Sean he
Talak bab 53"Sayang.""Ah."Sean berlari saat mendengar jeritan istrinya. Dia terkejut, saat melihat darah mengalir dari jari sang istri. "Ada apa? Kok bisa kena pisau."Sean memasukkan jari Rani ke dalam mulutnya. Kemudian dia berlari mencari kotak obat, dia mengambil sebuah plester, lalu merekatkan ke jari istrinya. Setelah selesai dia menatap wajah cantik di depannya, namun hari ini wajah itu terlihat suram."Duduk sini dulu, coba cerita ada apa hari ini? Kenapa wajah cantik istriku, terlihat mendung?" Rani tertawa sembari memukul bahu suaminya. Dia tak mungkin bilang, kalau hari ini melihat mertuanya berjalan bersama Bianca.Mereka terlihat sangat bahagia. Bahkan Bianca mendorong kursi roda mertuanya, dengan begitu gembira. Senyum terukir indah di bibirnya, begitu juga dengan mama Sean. Senyum yang tak pernah dia lihat lagi, sejak terakhir kali dia datang ke rumah mertuanya. "Tidak ada apa-apa, Sean. Hanya tak konsentrasi saja, apalagi kau tiba-tiba datang dan langsung memanggil.
Talak Bab 54."Hentikan Sean."Rani menepis tangan suaminya yang terus membelai tubuhnya. Baru saja dia tertidur, tapi Sean sudah mulai mengganggunya lagi. "Dengar, nanti aku ada kelas pagi. Jadi biarkan aku tidur."Rani menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Dia memegang tangan Sean agar berhenti bergerak, untunglah pria itu patuh dan mulai ikut tidur bersamanya. Tak lama kemudian, napas mereka terdengar mengalun secara teratur.Dering suara alarm terdengar memecah kesunyian pagi. Dengan malas Rani mematikan benda itu, satu tangannya meraba lengan Sean yang berada di atas perutnya.Menepuk pelan agar sang suami bangun. Namun pria itu justru mengeratkan pelukannya. "Sudah pagi, cepat bangun ada rapat kan?" Rani mengingatkan suaminya. "Lima belas menit lagi masih bisa."Begitu mendengar ucapan Sean, Rani segera melompat dari tempat tidurnya. Pria ini kalau di turuti, tak akan habis permintaannya. "Mandi Sean, bersiap kerja!" pekik Rani dari kamar mandi.Sean tertawa mendengar suara istr
Talak bab 55"Sean, ada kabar dari Bram soal Rani!"Sean terkejut melihat Miko masuk ke ruangannya dan berteriak. Rani? Bukankah dia sedang bersama Wendi. "Sial, jangan bengong. Rani mau membunuh Hendra!"Miko kehabisan kesabarannya saat melihat Sean kebingungan. Pria itu menarik tangan Sean dan membawanya pergi. "Gedung Mega Century!"Sean lebih terkejut lagi, saat Miko menyebut gedung perusahaan lama keluarganya. Perusahaan yang di buat bangkrut, oleh ayah Rani dan sekarang sudah dia kuasai. "Bagaimana mereka bisa berada di sana?!"Sean terlihat panik dia langsung pergi ke tempat parkir, lalu melajukan mobilnya menuju perusahaannya. Perusahaan yang akan dia tunjukkan pada istrinya, siapa sangka wanita itu sudah ada di sana dan akan membunuh mantan suaminya."Buruan Sean, istrimu masih bertarung dengan Hendra. Aku tak tau arti kata bertarung, tapi Bram tak menjelaskannya."Sean menginjak pedal gas. Dia hanya ingin cepat sampai, untungnya jalanan tak sedang macet jadi mereka bisa melaj
Talak bab 56Rani tertawa mendengar teriakan Hendra. Dia sangat sakit hati, karena itu bertekad akan membuat mantan suaminya membusuk di penjara. Sean memberi tanda pada Bram, untuk membawa Hendra ke kantor polisi. Nanti dia akan menyusul dan membuat laporan secara resmi."Sayang, kita pulang." Sean bersiap membungkukkan badan, hendak mengangkat tubuh istrinya tapi wanita menolaknya. "Beri aku waktu, Mas. Ini benar-benar menyakitkan."Rani kembali melangkah meninggalkan Sean. Namun selangkah kemudian, kakinya oleng karena Sean menarik tubuhnya ke dalam pelukan. "Jangan seperti ini, kita sudah menikah. Bicaralah jika bebanmu terlalu berat, jangan kabur-kaburan lagi," ujar Sean lirih di telinga Rani. "Kabur-kaburan?" tanya Rani pula."Aku hanya ingin menenangkan diri sebentar, tak ada niat untuk kabur. Apa ini juga menjadi salahku, Sean? Kenapa kau tak mau sedikit saja mengerti. Lihat! Kalian yang berseteru tapi aku yang menjadi korban. Diperkosa, dinikahkan paksa, parahnya lagi pria it
Talak bab 57"Sudah bangun, Sayang?" Sean membantu Rani duduk. Untunglah, akhirnya sang istri sadar juga. "Minum teh manisnya."Sean menyodorkan gelas berisi teh manis ke bibir Rani. Wanita itu masih terlihat bingung, tapi tetap meminum teh pemberian suaminya. "Ini di mana?"Rani menatap ruangan asing di matanya. Lalu dia melihat bingkai kecil di atas meja, matanya terbelalak saat menyadari sesuatu. Kakinya melangkah ke jendela dan membuka tirai. Pemandangan kota di luar cukup dia kenali. "Bagaimana kau tau tempat ini?"Rani tak membutuhkan jawaban ketika mengingat Wendi. Pria itu pasti yang memberitahu Sean, tentang apartemen yang dia beli setelah berjuang begitu lama. Apartemen yang dia persiapkan, untuk hidup berdua dengan anaknya, sebelum kehilangan anak itu. "Jangan menangis lagi."Sean memeluk istrinya dari belakang dan mencium lehernya. Kemudian meletakkan dagunya di bahu Rani, tangannya mengengam erat tangan wanita yang kembali menangis itu. "Semua bukan salahmu, Ran. Ayah dan
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere