Apa yang akan Rani dan Sean lakukan untuk menghadapi penolakan itu. yuk baca dan ikuti cerita ini dan beri dukungan dengan memberikan Gems terima kasih. Sambil menunggu update bab terbaru ikuti cerita saya yang lainnya. 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 53"Sayang.""Ah."Sean berlari saat mendengar jeritan istrinya. Dia terkejut, saat melihat darah mengalir dari jari sang istri. "Ada apa? Kok bisa kena pisau."Sean memasukkan jari Rani ke dalam mulutnya. Kemudian dia berlari mencari kotak obat, dia mengambil sebuah plester, lalu merekatkan ke jari istrinya. Setelah selesai dia menatap wajah cantik di depannya, namun hari ini wajah itu terlihat suram."Duduk sini dulu, coba cerita ada apa hari ini? Kenapa wajah cantik istriku, terlihat mendung?" Rani tertawa sembari memukul bahu suaminya. Dia tak mungkin bilang, kalau hari ini melihat mertuanya berjalan bersama Bianca.Mereka terlihat sangat bahagia. Bahkan Bianca mendorong kursi roda mertuanya, dengan begitu gembira. Senyum terukir indah di bibirnya, begitu juga dengan mama Sean. Senyum yang tak pernah dia lihat lagi, sejak terakhir kali dia datang ke rumah mertuanya. "Tidak ada apa-apa, Sean. Hanya tak konsentrasi saja, apalagi kau tiba-tiba datang dan langsung memanggil.
Talak Bab 54."Hentikan Sean."Rani menepis tangan suaminya yang terus membelai tubuhnya. Baru saja dia tertidur, tapi Sean sudah mulai mengganggunya lagi. "Dengar, nanti aku ada kelas pagi. Jadi biarkan aku tidur."Rani menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Dia memegang tangan Sean agar berhenti bergerak, untunglah pria itu patuh dan mulai ikut tidur bersamanya. Tak lama kemudian, napas mereka terdengar mengalun secara teratur.Dering suara alarm terdengar memecah kesunyian pagi. Dengan malas Rani mematikan benda itu, satu tangannya meraba lengan Sean yang berada di atas perutnya.Menepuk pelan agar sang suami bangun. Namun pria itu justru mengeratkan pelukannya. "Sudah pagi, cepat bangun ada rapat kan?" Rani mengingatkan suaminya. "Lima belas menit lagi masih bisa."Begitu mendengar ucapan Sean, Rani segera melompat dari tempat tidurnya. Pria ini kalau di turuti, tak akan habis permintaannya. "Mandi Sean, bersiap kerja!" pekik Rani dari kamar mandi.Sean tertawa mendengar suara istr
Talak bab 55"Sean, ada kabar dari Bram soal Rani!"Sean terkejut melihat Miko masuk ke ruangannya dan berteriak. Rani? Bukankah dia sedang bersama Wendi. "Sial, jangan bengong. Rani mau membunuh Hendra!"Miko kehabisan kesabarannya saat melihat Sean kebingungan. Pria itu menarik tangan Sean dan membawanya pergi. "Gedung Mega Century!"Sean lebih terkejut lagi, saat Miko menyebut gedung perusahaan lama keluarganya. Perusahaan yang di buat bangkrut, oleh ayah Rani dan sekarang sudah dia kuasai. "Bagaimana mereka bisa berada di sana?!"Sean terlihat panik dia langsung pergi ke tempat parkir, lalu melajukan mobilnya menuju perusahaannya. Perusahaan yang akan dia tunjukkan pada istrinya, siapa sangka wanita itu sudah ada di sana dan akan membunuh mantan suaminya."Buruan Sean, istrimu masih bertarung dengan Hendra. Aku tak tau arti kata bertarung, tapi Bram tak menjelaskannya."Sean menginjak pedal gas. Dia hanya ingin cepat sampai, untungnya jalanan tak sedang macet jadi mereka bisa melaj
Talak bab 56Rani tertawa mendengar teriakan Hendra. Dia sangat sakit hati, karena itu bertekad akan membuat mantan suaminya membusuk di penjara. Sean memberi tanda pada Bram, untuk membawa Hendra ke kantor polisi. Nanti dia akan menyusul dan membuat laporan secara resmi."Sayang, kita pulang." Sean bersiap membungkukkan badan, hendak mengangkat tubuh istrinya tapi wanita menolaknya. "Beri aku waktu, Mas. Ini benar-benar menyakitkan."Rani kembali melangkah meninggalkan Sean. Namun selangkah kemudian, kakinya oleng karena Sean menarik tubuhnya ke dalam pelukan. "Jangan seperti ini, kita sudah menikah. Bicaralah jika bebanmu terlalu berat, jangan kabur-kaburan lagi," ujar Sean lirih di telinga Rani. "Kabur-kaburan?" tanya Rani pula."Aku hanya ingin menenangkan diri sebentar, tak ada niat untuk kabur. Apa ini juga menjadi salahku, Sean? Kenapa kau tak mau sedikit saja mengerti. Lihat! Kalian yang berseteru tapi aku yang menjadi korban. Diperkosa, dinikahkan paksa, parahnya lagi pria it
Talak bab 57"Sudah bangun, Sayang?" Sean membantu Rani duduk. Untunglah, akhirnya sang istri sadar juga. "Minum teh manisnya."Sean menyodorkan gelas berisi teh manis ke bibir Rani. Wanita itu masih terlihat bingung, tapi tetap meminum teh pemberian suaminya. "Ini di mana?"Rani menatap ruangan asing di matanya. Lalu dia melihat bingkai kecil di atas meja, matanya terbelalak saat menyadari sesuatu. Kakinya melangkah ke jendela dan membuka tirai. Pemandangan kota di luar cukup dia kenali. "Bagaimana kau tau tempat ini?"Rani tak membutuhkan jawaban ketika mengingat Wendi. Pria itu pasti yang memberitahu Sean, tentang apartemen yang dia beli setelah berjuang begitu lama. Apartemen yang dia persiapkan, untuk hidup berdua dengan anaknya, sebelum kehilangan anak itu. "Jangan menangis lagi."Sean memeluk istrinya dari belakang dan mencium lehernya. Kemudian meletakkan dagunya di bahu Rani, tangannya mengengam erat tangan wanita yang kembali menangis itu. "Semua bukan salahmu, Ran. Ayah dan
Talak bab 58"Udah dong, gitu aja ngambek. Wendi dan Miko hanya menggodamu saja, mana mungkin juga mereka memperebutkan seorang janda." Sean memutar tubuhnya lalu menatap tajam sang istri. Rani tertawa kecil kemudian mencium pipinya. "Iya, maaf aku tak akan merendahkan diriku lagi. Jadi bisa kan tidur menghadap ke arahku, rasanya tak enak tidur menatap punggungmu begini."Rani menarik tubuh Sean agar menghadap kepadanya. Pria itu masih merajuk, karena ulah Wendi dan Miko tadi. "Jadi kira-kira berapa lama Hendra akan di tahan? Ingin sekali rasanya, melihat pria itu di hukum mati. Bisa gak sih?" Sean kembali memeluk Rani, saat melihat wanita itu mulai emosi lagi."Serahkan pada hukum dan pengacara kita. Aku akan pastikan dia lama mendekam di penjara, apa yang dia perbuat memang sudah keterlaluan, tapi kau tak perlu membalas dendam langsung. Aku hampir mati saat melihatmu menodong pistol padanya."Sean menciumi wajah istrinya. Dia tak bohong saat mengatakan, kalau dia hampir mati saat me
Talak bab 59"Kau yang mulai mengusikku, Reino. Meski masalah ini sudah dianggap selesai, tapi bagiku belum. Kau barani melecehkan seorang wanita, juga merendahkan harga dirinya, kata maaf saja tak cukup."Rani menepuk pipi Reino membuat pemuda itu kesal. Rani tak mempedulikannya, dia hanya memilih duduk di kantin, sembari menunggu kelas selanjutnya. Dia tak mengikuti kelas pertama, karena terlambat di sebabkan masalah tadi. Untunglah dia ingat ada CCTV, jadi dia punya bukti kalau pemuda itu yang salah. Reino dan pria gendut tak mengira, kalau dia akan terpikir soal CCTV. 'Wen, cari tau tentang keluarga Reino Asmadi. Ayahnya mencalonkan diri menjadi walikota.'Rani meletakkan ponselnya di atas meja, begitu selesai mengirim pesan pada Wendi. Dia tak mau melepaskan Reino, karena sang ayah tak bisa mendidiknya. Biar dia yang mendidik ayahnya. "Apa dia mengganggumu, Kak? Perlu bantuan untuk memberinya pelajaran?" Wendi bertanya karena dia sudah mengenal Rani, sekarang wanita itu bisa mel
Talak bab 60Sean dan Rani terpaku, saat melihat dua orang duduk di teras rumah mereka. Meski pintu rumah terlihat terbuka lebar, pasangan suami-istri itu menarik napas panjang. Rani mengengam tangan suami, karena pria itu ternyata tak bisa lagi bersabar. "Tenanglah."Sean tak bersuara, hanya memukuli setir mobil untuk melepas geram. Mamanya semakin menantang, dia bahkan datang ke rumah mereka dan membuka pintu, seolah berkata kalau rumah itu juga miliknya. "Ayo turun dan hadapi mamamu."Rani mengajak Sean turun. Dia sengaja menunggu suaminya, agar pria itu tenang dan tak menyerang mamanya. "Bagus kau pulang, sekarang mama minta padamu. Ambil alih perusahaan itu dan jangan memberikannya pada orang luar. Apa kau tak belajar dari kesalahan mama, Sean?!"Mama Sean berteriak. Dia bahkan tak membiarkan, anak dan menantunya masuk ke rumah terlebih dahulu. Seorang wanita menepuk bahunya, agar tak lepas kontrol. Sepertinya dia salah satu orang yang mengurusinya. "Itu bukan urusan mama, kalau