Apakah Rani akan menemukan sesuatu saat bertemu Siti. yuk baca dan ikuti cerita ini dan beri dukungan dengan memberikan Gems terima kasih. Sambil menunggu update bab terbaru ikuti cerita saya yang lainnya. 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 48Sean tersentak saat mendengar pintu mobil di banting. Setelah berteriak, Rani segera keluar dan mencari taksi. Tangannya lincah hendak mengetik aplikasi, namun belum menemukan pengemudi yang menerima pesanannya."Berhenti, biarkan aku pergi naik taksi saja. Kau bisa langsung pergi ke kantor."Sean mematung dan menyaksikan Rani berjalan meninggalkannya. wanita itu memilih menunggu taksi di depan apartemen, Sean memukuli kemudi mobilnya, karena kesal tak bisa menahan diri untuk menyentuh istrinya. "Apa yang aku lakukan lagi!"Rani berteriak karena tak menyangka, Sean akan keluar dari mobil dan mengangkat tubuhnya. Membawa masuk ke dalam mobil. "Aku antar," ujar Sean pelan. "Jangan membantah," ucapnya lagi.Rani menarik napas, demi menahan diri agar tak berteriak. Dia tak menyangka, akan sesusah ini bicara dengan suaminya. "Kita berangkat sekarang, sudah jangan marah lagi." Sean memasang sabuk pengaman lalu menyentuh pipi istrinya, melihat tatapan maut Rani, pria itu hanya bi
Talak bab 49"Lama-lama kau sudah seperti Psikopat, Kak. Tak ku temukan lagi, wanita lemah nan polos itu yang tatapan penuh dengan duka dan nestapa."Rani mematung mendengar ucapan Wendi. Pria itu benar, dulu dia terlalu naib dan polos. Hingga menerima saja semua yang dia alami, tapi semua berubah, sejak kematian anaknya dan juga situasi dalam penjara. "Rasa sakit merubah semuanya, Wen. Kau kan tau, kematian Rara begitu memukul jiwaku, seandainya lebih cepat mengambil keputusan untuk pergi. Mungkin semua tak akan terjadi," lirih suara Rani seolah menyesali apa yang sudah terjadi."Maka kau tak akan bertemu cinta sejatimu, tak menemukan tekad untuk mengejar hobby mu, dan juga akan berakhir menjadi janda kesepian. Bahkan kau tak akan mengetahui, kalau orangtuamu mati dibunuh, serta membawa pergi banyak misteri."Rani terdiam lalu menatap pria di sampingnya. Benar kata Wendi, jika kematian Rara tak terjadi, mungkin dia akan tetap dalam cengkraman Hendra. Otaknya juga akan berhenti begitu
Talak bab 50"Ceritakan!"Sean menatap Rani yang duduk di depannya. Kakinya mengapit Kedua kaki sang istri, hingga membuat wanita itu tak bisa bergerak. Merasa jengah, Rani berusaha melepaskan diri."Apa yang bisa aku ceritakan? Tak ada. Banyak hal yang juga tidak aku ketahui, satu-satunya cara hanya menunggu ibumu bicara. Ada hubungan antara kedua orangtuamu dan ayahku, hanya saja aku tak tau apa hubungan mereka, tapi aku bisa pastikan kalau pria yang mengaku sebagai ayahmu. Kenyataannya hanya wajah saja yang menyerupai dirinya."Rani hanya menceritakan apa yang dia ketahui. Soal ayahnya yang membuat bangkrut perusahaan keluarga Sean, dia belum berani bicara, karena belum jelas cerita yang sebenar."Kenapa aku merasa kau masih menyimpan sesuatu dariku, Ran. Katakan yang sebenarnya!" Rani terkejut mendengar teriakan Sean. Membuatnya tersulut emosinya. "Aku sudah cerita, kalau tak percaya itu urusanmu. Tunggu saja ibumu sadar dan tanya lagi padanya."Rani berniat berdiri untuk pergi, t
Talak bab 51"Dasar bodoh, jadi kau sudah mengetahuinya?" Sean mengetuk dahi istrinya. Dia tak menyangka Rani mengetahui, soal ayahnya yang membuat perusahaan keluarga Sean bangkrut. Hanya saja dia tak tau alasan sang ayah melakukan itu, karena permintaan ibu Sean sendiri. Sean saja terkejut saat mendengarnya apalagi Rani."Lain kali cobalah bicara denganku. Jangan menyembunyikan segalanya sendiri, kalau begini kan kau sendiri yang rugi, lalu menangis seperti anak kecil." Sean mengusap air mata di pipi Rani. Sedangkan wanita itu mengulurkan tangan, menyentuh luka di kening suaminya.Dia tertawa bila mengigat semua yang terjadi. Selain ibunya, Sean juga mendapatkan luka yang sama berkat sang istri. "Apa ini sakit?"Rani menekan luka Sean membuat pria itu meringis. Matanya melotot melihat ulah sang istri, namun wanita itu hanya tersenyum tipis. "Tak terlalu sakit, bila di bandingkan dengan melihatmu pergi saat aku terluka," ujar Sean lirih. "Kau yang memintaku pergi, dan memilih wanit
Talak bab 52"Sudah jangan tegang begitu, ada aku di sini." Sean mengecup tangan istrinya. Saat ini mereka berada di depan rumah mewah, tempat ibu Sean berada. Wanita itu meminta anaknya membawa Rani pulang, karena sejak dia masuk rumah sakit, menantunya itu tak pernah mengunjunginya. Dia menduga Rani takut bertemu dengannya."Bagaimana aku gak tegang. Setelah membuatnya terluka, aku juga membuat kepala anaknya bocor. Kau kira semudah itu aku menghadapinya, apalagi kalau dia tau aku janda. Bekas menantu Siti pula, aduh ...pulang aja kita."Rani gemetar memegangi lengan suaminya. Meski marah, mendengar ucapan Rani yang menyebut dirinya janda bekas. Sean masih mencoba menenangkan istrinya. "Hai dengar, jangan pernah menyebut dirimu "janda bekas" lagi. Kau istriku sekarang jadi lupakan soal gelaran janda itu."Sean kembali mencium kening istrinya, karena saat ini Rani tengah menahan tangis. Wanita mana yang kuat, menemui mertua yang telah dia buat terluka, meski itu tak sengaja.Sean he
Talak bab 53"Sayang.""Ah."Sean berlari saat mendengar jeritan istrinya. Dia terkejut, saat melihat darah mengalir dari jari sang istri. "Ada apa? Kok bisa kena pisau."Sean memasukkan jari Rani ke dalam mulutnya. Kemudian dia berlari mencari kotak obat, dia mengambil sebuah plester, lalu merekatkan ke jari istrinya. Setelah selesai dia menatap wajah cantik di depannya, namun hari ini wajah itu terlihat suram."Duduk sini dulu, coba cerita ada apa hari ini? Kenapa wajah cantik istriku, terlihat mendung?" Rani tertawa sembari memukul bahu suaminya. Dia tak mungkin bilang, kalau hari ini melihat mertuanya berjalan bersama Bianca.Mereka terlihat sangat bahagia. Bahkan Bianca mendorong kursi roda mertuanya, dengan begitu gembira. Senyum terukir indah di bibirnya, begitu juga dengan mama Sean. Senyum yang tak pernah dia lihat lagi, sejak terakhir kali dia datang ke rumah mertuanya. "Tidak ada apa-apa, Sean. Hanya tak konsentrasi saja, apalagi kau tiba-tiba datang dan langsung memanggil.
Talak Bab 54."Hentikan Sean."Rani menepis tangan suaminya yang terus membelai tubuhnya. Baru saja dia tertidur, tapi Sean sudah mulai mengganggunya lagi. "Dengar, nanti aku ada kelas pagi. Jadi biarkan aku tidur."Rani menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Dia memegang tangan Sean agar berhenti bergerak, untunglah pria itu patuh dan mulai ikut tidur bersamanya. Tak lama kemudian, napas mereka terdengar mengalun secara teratur.Dering suara alarm terdengar memecah kesunyian pagi. Dengan malas Rani mematikan benda itu, satu tangannya meraba lengan Sean yang berada di atas perutnya.Menepuk pelan agar sang suami bangun. Namun pria itu justru mengeratkan pelukannya. "Sudah pagi, cepat bangun ada rapat kan?" Rani mengingatkan suaminya. "Lima belas menit lagi masih bisa."Begitu mendengar ucapan Sean, Rani segera melompat dari tempat tidurnya. Pria ini kalau di turuti, tak akan habis permintaannya. "Mandi Sean, bersiap kerja!" pekik Rani dari kamar mandi.Sean tertawa mendengar suara istr
Talak bab 55"Sean, ada kabar dari Bram soal Rani!"Sean terkejut melihat Miko masuk ke ruangannya dan berteriak. Rani? Bukankah dia sedang bersama Wendi. "Sial, jangan bengong. Rani mau membunuh Hendra!"Miko kehabisan kesabarannya saat melihat Sean kebingungan. Pria itu menarik tangan Sean dan membawanya pergi. "Gedung Mega Century!"Sean lebih terkejut lagi, saat Miko menyebut gedung perusahaan lama keluarganya. Perusahaan yang di buat bangkrut, oleh ayah Rani dan sekarang sudah dia kuasai. "Bagaimana mereka bisa berada di sana?!"Sean terlihat panik dia langsung pergi ke tempat parkir, lalu melajukan mobilnya menuju perusahaannya. Perusahaan yang akan dia tunjukkan pada istrinya, siapa sangka wanita itu sudah ada di sana dan akan membunuh mantan suaminya."Buruan Sean, istrimu masih bertarung dengan Hendra. Aku tak tau arti kata bertarung, tapi Bram tak menjelaskannya."Sean menginjak pedal gas. Dia hanya ingin cepat sampai, untungnya jalanan tak sedang macet jadi mereka bisa melaj