-HAPPY READING.
"Seriusan ya Ma?" Tyas mengangguk.
Tyas lalu memunguti panci dan makaroni yang berceceran disana. Maxime menghela nafas, siapa suruh ngotorin nih dapur fikirnya. Maxime meminta mamahnya untuk pergi dari sana agar bibi saja yang membersihkan. Dan Mamanya menurut walaupun perlu agak dipaksa.
Maxime mengajak mamanya ke ruang tengah. "Emang dia sapa sih Max?" tanya Tyas pada putra bungsunya.
"Adadeh, nanti aka aku kenalin ya?"
Tyas hanya mengangguk saja, biarkan nanti Maxime juga akan memberitahu dengan sendirinya.
"Abang belum pulang?" tanya Maxime. Tyas menggeleng, kapan abangnya akan pulang. Maxime rindu diomeli oleh sang abang.
"Keatas dulu Mah," Max naik menuju kamarnya. 'Dah dapet restuu, asikkkkk," batin Maxime.
* * *
Aqlla makan dikantin dengan tenang bersama Diana dan Cash. Tiba tiba bangku di sampingnya bergerak. Refleks Aqilla menoleh, Cash yang sedang makan bakso pun tersedak ketika melihat Maxime, Dio, dan Ascraf datang ke meja mereka. Dio yang menguncir rambutnya dan Ascraf yang memiliki bekas jahitan di jidat sebelah kiri.
Ketiganya terkenal dengan badboy dan fucekboynya. Ascraf merapikan jambul badainya dan Dio yang mengikat rambutnya.
"Napas Cash napas," bisik Diana pada cash yang berada di sampingnya. Cash mengangguk masih dengan mengunyah batagornya.
Berbeda dengan Cash, Ailla justru memandang ketiganya sebal. Hanya Max saja membuat Aqilla begitu muak ditambah dua pasukannya Aqilla bisa mati karena emosi.
"Kamu ngapain sih?" tanya Aqilla dengan nada sebal. Maxime masih tidak peduli dengan kekeasalan Aqilla.
"Mau ngapelin calon masa depan lah ngapain lagi?"
Aqilla menggeram, ia hanya ingin memakan makanan dengan tenang tapi perusuh malah datang.
"Kamu kalo nggak gangguin saya kenapa sih?" Walaupun Aqilla sebal, kedua temannya tetap cengar cegir. Apalagi Cash yang melihat Ascraf tanpa berkedip.
"Max kalo nggak ngapelin lo bisa gatel-gatel badannya," timpal Ascraf yang sama ngeselinnya seperti Maxime.
Maxime mengacungi jempol. "Pinter lo As." Ascraf hanya menyengir.
"Gih makan sok. Gue liatin," ucap Maxime dengan sangat menyebalkan di telinga Aqilla.
Aqilla kembali memakan baksonya, ia tidak perduli dengan Maxime. Diana yang sudah selesai makan langsung tebar pesona.
"Ekhemmm abang ganteng ngapain di sini?" tanya Cash dengan centil.
Kumat batin Aqilla. Ini manusia kapan sih nggak kepikat sama laki-laki macem Maxime dkk. Ayo buka mata lebar-lebar mereka ini berandalan.
"Kenapa aku bisa suka sama kamu?" tanya Maxime yang berniat ingin menggombal.
Cash tertawa renyah. "jiah dah mau gombal aja,"
"Loh iku gapopo. Latihan," ucap bang sodik yang tiba-tiba datang membawakan pesanan mereka.
Maxime terkaget. "Eh Mang Sodik tiba-tiba dateng,"
"Haha iya maap yak. Monggo di enak in,"
setelah Mang Sodik berlalu Maxime melanjutkan aksinya. "kenapa Qil?'
Aqilla diam tidak menjawab. "Baru mulai dah kena kacang Max. Kesian," ucap Dio sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
"Sssst, ya karena kan kamu cantik dan solehot."
"BERISIK," tekan Aqilla, bahkan Maxime sampai terkaget mengelus dadanya.
"Astaga santai dong Qi. Lagi nih lagi." Maxime menjeda ucapannya.
"Ekhem. Mie mie apa yang enak?"
"Mie ayam gak sih?" tanya Diana yang cengo abis.
maxime menggeleng. "Ya mikirin Aqilla lah-ADUHHH," Maxime refleks berteriak kala Aqilla mecubt tangannya yang berada di atas meja lalu memutarnya.
"Gila lo ya? Sakit," ucap Maxime sambil mengelus tangannya.
"Saya bilang berisik ya berhenti,"
"gue kan gak bisa berhenti mikirin lo,"
"Gak peduli!"
"Udah udah, ayo makan." Akhirnya Diana menengahi perebatan kedua orang aneh ini. Walaupun sudah berhenti tapi wajah Aqilla tetap terlihat sangat tidak suka.
"Alah ngap-"
"Diem Yo! Makan!!!" Diana memotong ucapan Dio membuat Dio terdiam seribu bahasa.
"Iyaiya,"
!5 menit mereka memakan makanan dengan diam karena takut kena marah Aqilla ataupun Diana. Aqillla mengelap mulutnya menggunakan tisyu. berfikir bagaimana caranya agar manusia aneh ini pergi dari hidupnya.
"Gak usah mikir gimana caranya biar gue gak deket deket lagi. Percuma." Aqilla kaget kenapa Maxime bisa tahu isi hatinya jangan-jangan cenayang.
"Gue bukan cenayang, dari ekspresi lo gue bisa baca." Aqilla diam saja. Ini dunia berasa milik berdua kali ya batin Ascraf.
"Duh orang kalo lagi bucin tuh emang suka gitu ya?" tanya Ascraf pada cash.
Cash mengangguk lugu. Cash lumayan lugu kalau menurut Ascraf. "Iya, yang lainnya mungkin ngontrak," ucap cash sambil menyengir.
Ascraf tiba-tiba mencubit pipi Cash. "Lucu,"
Yasssss, Maxime kalah jauh dengan Ascraf. "Jangan pegang pegang belum mukhrim," ucap Aqilla sambil memperhatikan arah lain.
"Tapi kita kan kristen Qil," krik krik krik krik Aqilla merasa menjadi sangat bodoh. Cash dan Ascaf kan islam. Mereka juga mulai dekat saat Maxime mulai mengejar Aqilla.
"yaudah lo sama gue aja? Cocok kan?" ucap Maxime pada Aqilla sambil mengedipkan matanya.
"Ngimpii." bahu Maxime langsung melorot.
"Kasian banget lo Max." Diana tertawa lebar melihat penolakan Aqilla.
Melihat keramaian di pojok kantin bnayak anak-anak yang melihat kearah ereka. Cash menoleh kekanan kekiri. Banyak yang melihat kearah mereka. Para badboy kok bisa berkumpul dengan perempuan yang menurut mereka anti sosial.
"kok mereka liatain kita sih?" tanya Cash dengan lucu.
Aqilla menoleh melihat sekeliling setelah mendengar ucapan Cash, dan benar saja banyak murid lain yang melihat kearah mereka. Apali ada Hera yang enatap mereka dengan sinis.
Hera Nailda Wargini, perempuan hits dengan baju sesksi dan make up yang sangat manis. Salah satu siswi yang menjadi korban ke fakboy an Maxime yang masih belum bisa move on sampai sekarang.
Aqilla langsung berdiri dan pergi begitu saja tanpa mengingat kedua temannya. "Eh eh Qilla! Mau kemana? QILLA MAU KEMANAAAAA?????" Diana berteriak namun Aqilla tetap tidak perduli.
-Bersambung
-HAPPY READING.Aqilla berlari ke arah toilet perempuan. Ia sebal menjadi pusat perhatian. Memangnya kenapa harus dilihatin sih? Ada yang aneh? Hanya karena Maxime? huh.Aqilla melepas kerudungnya sebentar lalu membasuh wajahnya menggunakan air. Siang ini begitu panas bagi Aqilla. Setelah membasuh wajahnya aqilla memakai jilbabnya lagi. Menatap cermin yang begitu bersih."Gimana caranya biar orang gila itu jauh dari aku," gumamnya.Aqilla segera keluar daro toilet, entah kenapa hanya ada dirinya. Kenapa jadi menakutkan/ Please ini siang hari.CeklekTiba tiba pintu tertutup dengan sendirinya. Keringat dingin turun dar dahinya. Apa ada hantu? Tak lama Aqilla mendengar suara langkah seseorang."Hai Aqilla," sapa seseorang dari arah bilik kamar mandi paling pojok. Aqilla melotot, bukan bukan
*HAPPY READING🦋Laki laki dengan seragam keluar dari celana, celana robek di bagian dengkul, dan kalung salib yang melingkar di lehernya sedang berjalan melewati mushola. Laki laki itu adalah Maxime Garuda pentolan di sekolah yang terkenal di jakarta ini. Maxime menoleh kearah Mushola ada siswi berjilbab yang baru selesai melaksanakan sholat sunnah.Entah kenapa hati Maxime berdebar. Maxime memegang dadanya. "Gue kenapa nih?" hanya dengan memandang wajah gadis itu jantung Maxime berdetak cepat. Maxime menoleh lagi, gadis itu sudah akan keluar dari mushola. Maxime merapihkan rambutnya, dirinya akan menghadang gadis itu.Gadis itu bingung saat sudah berada di depan Maxime. Saat gadis itu hendak ke kiri Maxime juga ikut. Akan kekanan Maxime juga mengikutinya. Mata gadis itu menatap kearah kalung salib berwarna silver yang dipakai Maxime. Lalu gadis itu menghela nafas panjang."Bisa
*HAPPY READING🦋Aqilla keluar dari gerbang sekolah melihat kearah langit yang mendung. Mungkin sore ini akan turun hujan. Aqilla menyeberang jalan untuk pergi ke halte seberang jalan, ia akan naik bus sore ini karena ayahnya sedang sibuk. Sebenarnya ayah Aqilla adalah seseorang yang otoriter tapi karena kesibukan ayahnya, Aqilla diperbolehkan naik bus. Langit masih gelap, segelap hidup Aqilla selama ini.Aqilla merenung, entahlah apa yang ia renungkan. Aqilla Mengingat laki-laki menyebalkan itu. Laki-laki yang akhir-akhir ini mendekatinya yang tidak sengaja bertemu di mushola sekolah. Aqilla merasa kepalanya sedang berputar putar jika mengingatnya."Mau gue anter pulang?" Aqilla kaget dengan suara itu.Suara laki-laki yang tadi siang ia temui. Baru juga Aqilla memikirkannya, orangnya sudah berada di hadapannya sekarang. Aqilla menolak ajakan Maxime dengan menggeleng.&
-HAPPY READINGMalas itulah yang dirasakan Aqilla sekarang kala melihat orang yang sama menghadangnya lagi. Aqila melepas kacamata yang bertengger di hidungnya, lalu memijat pangkal hidungnya."Mau kamu apa sih? Emang kita ada urusan?" tanya Aqilla yang sudah muak dengan orang di depannya.Sedangkan Maxime hanya menyengir kuda. "Ada kok, kita ada urusan."Aqilla mengerenyit, ada urusan apa memangnya? Karena tahu apa yang sedang dipikirkan Aqilla, Maxime langsung menjelaskan."Ekhem kita kan harus mulai mecintai, dan mengasihi. Seperti kata Tuhan bukan begi-""Berisik," Aqilla dengan cepat langsung memotong ucapan Maxime.Mereka berada di atas anak tangga paling atas. Aqilla baru selesai dari kantin dan Maxime yang memang ingin mengapeli Aqilla.Maxime menyender pada tembok yan
Langit sore ini begitu cerah tidak mendung sama sekali. Aqilla menkmatinya di jok belakang motor Maxime. Tiba-tiba Maxime membelokkan motornya ke arah angkringan pinggir jalan. Tempat biaa dia nongkrong atau beli makanan.Aqilla mengerutkan keningnya. "Makan dulu," ucap Maxime."Saya nggal laper,"Maxime melepas helmnya lalu menoleh kebelakang. "Yang ngajakin lo makan siapa? Gue doang yang mau makan." Aqilla sangat kesal dengan jawaban Maxime.Mereka lalu masuk kdalam angkringan kecil itu. Angkringan yang hanya ditutupi oleh terpal. Kecil namun bagi Maxime tempat ini penuh kenangan. Bang Mahen pemilik Angkringan ini langsung menyapa Maxime. Bang Mahen menoleh kearah Aqilla."Sape nih? Baru lagi?" tanya Bang Mahen."Ini?" tanya Maxime sambil menunjuk Aqilla. Bang Mahen menganggu. "Temen, doain jadi calon mantu mak gue," jela