Beranda / Fiksi Remaja / Takdir / Bab 1 - Bab 6

Semua Bab Takdir: Bab 1 - Bab 6

6 Bab

PROLOG

*HAPPY READINGšŸ¦‹ Laki laki dengan seragam keluar dari celana, celana robek di bagian dengkul, dan kalung salib yang melingkar di lehernya sedang berjalan melewati mushola. Laki laki itu adalah Maxime Garuda pentolan di sekolah yang terkenal di jakarta ini. Maxime menoleh kearah Mushola ada siswi berjilbab yang baru selesai melaksanakan sholat sunnah. Entah kenapa hati Maxime berdebar. Maxime memegang dadanya. "Gue kenapa nih?" hanya dengan memandang wajah gadis itu jantung Maxime berdetak cepat. Maxime menoleh lagi, gadis itu sudah akan keluar dari mushola. Maxime merapihkan rambutnya, dirinya akan menghadang gadis itu.   Gadis itu bingung saat sudah berada di depan Maxime. Saat gadis itu hendak ke kiri Maxime juga ikut. Akan kekanan Maxime juga mengikutinya. Mata gadis itu menatap kearah kalung salib berwarna silver yang dipakai Maxime. Lalu gadis itu menghela nafas panjang. "Bisa
Baca selengkapnya

CHAPTER 1

*HAPPY READINGšŸ¦‹ Aqilla keluar dari gerbang sekolah melihat kearah langit yang mendung. Mungkin sore ini akan turun hujan. Aqilla menyeberang jalan untuk pergi ke halte seberang jalan, ia akan naik bus sore ini karena ayahnya sedang sibuk. Sebenarnya ayah Aqilla adalah seseorang yang otoriter tapi karena kesibukan ayahnya, Aqilla diperbolehkan naik bus. Langit masih gelap, segelap hidup Aqilla selama ini.  Aqilla merenung, entahlah apa yang ia renungkan. Aqilla Mengingat laki-laki menyebalkan itu. Laki-laki yang akhir-akhir ini mendekatinya yang tidak sengaja bertemu di mushola sekolah.  Aqilla merasa kepalanya sedang berputar putar jika mengingatnya. "Mau gue anter pulang?" Aqilla kaget dengan suara itu.  Suara laki-laki yang tadi siang ia temui. Baru juga Aqilla memikirkannya, orangnya sudah berada di hadapannya sekarang. Aqilla menolak ajakan Maxime dengan menggeleng. &
Baca selengkapnya

CHAPTER 2

-HAPPY READING Malas itulah yang dirasakan Aqilla sekarang kala melihat orang yang sama menghadangnya lagi. Aqila melepas kacamata yang bertengger di hidungnya, lalu memijat pangkal hidungnya.  "Mau kamu apa sih? Emang kita ada urusan?" tanya Aqilla yang sudah muak dengan orang di  depannya.  Sedangkan Maxime hanya menyengir kuda. "Ada kok, kita ada urusan."  Aqilla mengerenyit, ada urusan apa memangnya? Karena tahu apa yang sedang dipikirkan Aqilla, Maxime langsung menjelaskan.  "Ekhem kita kan harus mulai mecintai, dan mengasihi. Seperti kata Tuhan bukan begi-"  "Berisik," Aqilla dengan cepat langsung memotong ucapan Maxime. Mereka berada di atas anak tangga paling atas. Aqilla baru selesai dari kantin dan Maxime yang memang ingin mengapeli Aqilla.  Maxime menyender pada tembok yan
Baca selengkapnya

CHAPTER 3

Langit sore ini begitu cerah tidak mendung sama sekali. Aqilla menkmatinya di jok belakang motor Maxime. Tiba-tiba Maxime membelokkan motornya ke arah angkringan pinggir jalan. Tempat biaa dia nongkrong atau beli makanan.  Aqilla mengerutkan keningnya. "Makan dulu," ucap Maxime.  "Saya nggal laper,"  Maxime melepas helmnya lalu menoleh kebelakang. "Yang ngajakin lo makan siapa? Gue doang yang mau makan." Aqilla sangat kesal dengan jawaban Maxime.  Mereka lalu masuk kdalam angkringan kecil itu. Angkringan yang hanya ditutupi oleh terpal. Kecil namun bagi Maxime tempat ini penuh kenangan. Bang Mahen pemilik Angkringan ini langsung menyapa Maxime. Bang Mahen menoleh kearah Aqilla.  "Sape nih? Baru lagi?" tanya Bang Mahen.  "Ini?" tanya Maxime sambil menunjuk Aqilla. Bang Mahen menganggu. "Temen, doain jadi calon mantu mak gue," jela
Baca selengkapnya

CHAPTER 4

-HAPPY READING.  "Seriusan ya Ma?" Tyas mengangguk.  Tyas lalu memunguti panci dan makaroni yang berceceran disana. Maxime menghela nafas, siapa suruh ngotorin nih dapur fikirnya. Maxime meminta mamahnya untuk pergi dari sana agar bibi saja yang membersihkan. Dan Mamanya menurut walaupun perlu agak dipaksa.  Maxime mengajak mamanya ke ruang tengah. "Emang dia sapa sih Max?" tanya Tyas pada putra bungsunya.  "Adadeh, nanti aka aku kenalin ya?"  Tyas hanya mengangguk saja, biarkan nanti Maxime juga akan memberitahu dengan sendirinya.  "Abang belum pulang?" tanya Maxime. Tyas menggeleng, kapan abangnya akan pulang. Maxime rindu diomeli oleh sang abang.  "Keatas dulu Mah," Max naik menuju kamarnya. 'Dah dapet restuu, asikkkkk," batin Maxime.  * * * Aqlla makan dikantin
Baca selengkapnya

CHAPTER 5

-HAPPY READING.  Aqilla berlari ke arah toilet perempuan. Ia sebal menjadi pusat perhatian. Memangnya kenapa harus dilihatin sih? Ada yang aneh? Hanya karena Maxime? huh.  Aqilla melepas kerudungnya sebentar lalu membasuh wajahnya menggunakan air. Siang ini begitu panas bagi Aqilla. Setelah membasuh wajahnya aqilla memakai jilbabnya lagi. Menatap cermin yang begitu bersih.  "Gimana caranya biar orang gila itu jauh dari aku," gumamnya.  Aqilla segera keluar daro toilet, entah kenapa hanya ada dirinya. Kenapa jadi menakutkan/ Please ini siang hari.  Ceklek  Tiba tiba pintu tertutup dengan sendirinya. Keringat dingin turun dar dahinya. Apa ada hantu? Tak lama Aqilla mendengar suara langkah seseorang.  "Hai Aqilla," sapa seseorang dari arah bilik kamar mandi paling pojok. Aqilla melotot, bukan bukan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status