-HAPPY READING
Malas itulah yang dirasakan Aqilla sekarang kala melihat orang yang sama menghadangnya lagi. Aqila melepas kacamata yang bertengger di hidungnya, lalu memijat pangkal hidungnya.
"Mau kamu apa sih? Emang kita ada urusan?" tanya Aqilla yang sudah muak dengan orang di depannya.
Sedangkan Maxime hanya menyengir kuda. "Ada kok, kita ada urusan."
Aqilla mengerenyit, ada urusan apa memangnya? Karena tahu apa yang sedang dipikirkan Aqilla, Maxime langsung menjelaskan.
"Ekhem kita kan harus mulai mecintai, dan mengasihi. Seperti kata Tuhan bukan begi-"
"Berisik," Aqilla dengan cepat langsung memotong ucapan Maxime.
Mereka berada di atas anak tangga paling atas. Aqilla baru selesai dari kantin dan Maxime yang memang ingin mengapeli Aqilla.
Maxime menyender pada tembok yang ada di sebelahnya. "Tau nggak apa yang lebih besar dari dunia ini?"
"Dosamu," jawab Aqilla dengan nada judes. Maxme bertepuk tangaan girang seperti anak kecil.
"Kok lo tau dah? Gak asik ah lo udah tau," Maxime mencebikkan bibirnya yang membuat Aqilla seperti ingin menghatam bibir itu dengan kawat panas.
"Udah basi,"
"Oh iya ya hehe,"
Menurut Aqilla Maxime adalah manusia ter random yang pernah ia temui. Apalagi liat penampilannya. Kaos hitam yang terlihat, baju dikeluarkan, kalung salib silver manggantung di lehernya, dan celana abu-abu yang robek di bagian dengkul. Hanya karena Papa Maxime yang memiliki yayasan ini membuatnya seperti itu.
Aqilla melihat kearah dengkul Maxime. "Jangan karena kamu anak yang punya yayasan jadi s enaknya Max,"
"Eh apa apa? Lo nyebut nama gue?" tanya Maxime sambil menempelkan tangannya pada daun telinga. Aqilla memutar bola matanya malas.
"Saya cuma nyebut. Kamu jangan GR," kata Aqilla yang sudah lelah berdiri di atas tangga ini.
Tiba tiba Maxime menarik Aqilla untuk duduk di bangku dekat tanggA itu. "Eh eh mau ngapain?" kaget Aqilla saat Maxime tiba-tiba menariknya.
"Duduk lah. Lo gak capek diri mulu?"
Aqilla hanya diam. Iya sih dirinya juga pegal. "Kamu nggak capek ya? Saya capek loh kamu ganggu saya terus,"
Maxime menggeleng. "Engga dong kan demi pujaan hati,"
"Alay,"
Ada sedikit orang yang menoleh ke mereka, Aqilla menjadi sedikit risih. Aqilla sedikit menjauh dari Maxime. Maxime bingung kenapa Aqilla menjauh, setelah melihat beberapa pasang mata mengarah ke arah mereka Maxime baru paham.
"Lo risih?" Aqilla mengangguk pertanda ia benar benar risih. Ia malu di tatap.
Maxime menatap mereka satu persatu. "MATA LO MAU GUA COLOK?" semua kaget mendengar teriakan Maxime dan langsung menyingkir dari sana. Maxime merapikan kerah seragamnya, berasa keren kali.
Aqilla melihat Maxime malas. Karena Maxime hidupnya jadi tidak tentram. Huft. "Bisa gak kamu jangan ganggu saya! Baru 1 minggu udah banyak yang ngeliatin saya kaya gitu,"
Maxime terkejut mendengar nada marah Aqilla. "Enggak," jawab Maxime dengan enteng.
Aqilla menarik napas dalam-dalam. Sepertinya manusia di hadapannya ini mempunyai jiwa yang kebal. "Saya minta kamu jangan ganggu saya,"
"Nggak bisa dong! Pangeran William harus sama Putri Moana," Maxime menaik turunkan alisnya.
"Nggak nyambung anjirrr," wow baru kali ini Maxime mendengar Aqilla yang mengeluarkan kata-kata indah itu.
"Lo bisa kasar juga ya?" tanya Maxime sambil terkekeh. Aqilla berdiri lalu melempar Maxime dengan permen kopiko yang tadi ia bawa.
"BERISIK. Saya capek sama kamu," Aqilla langsung melengos dan pergi begitu saja.
Maxime terkekeh, senang melihat wajah menyebalan Aqilla. Rasanya seperti Hello Kitty yang lagi marah. Menyeramkan.
* * *
Aqilla memasukkan bukunya ke dalam tas. Bel pulang sudah berbunyi, di sampingnya ada Diana yang juga sedang memasukkan bukunya."Lo ada masalah hidup apa sih sampai nggak mau sama Maxime?" tanya Diana heran, di saat cewek lain menginginkan Maxime. Sahabatnya malah ogah ogahan.
Aqilla menoleh malas. "Emang keren doang bisa nuntun ke jalan kebaikan?"
"Bisa jadi tau," Diana masih ngeyel, karena dirinya adalah salah satu fans berat Maxime.
"Kata siapa?"
"Kata gue," Aqilla hanya menggeleng mendengar ucapan Diana. Manusia seperti Maxime di kagumi? Dia sehat kan?
Jika masalah kaya Maxime memang kaya, bahkan hartanya tujuh turunan tidak akan pernah habis. "Kenapa orang kayak Maxime di kagumi?"
Akirnya kepo juga kan, pikir Diana. "Ya lo bayangin aja. Dia itu ganteng banget, rajin ibadah, teruS tajir lagi. Lo tau abangnya kan? Dijamin lebih ganteng dari Max,"
Dahi Aqilla berkerut. Maxime punya abang? Ia kira manusia seperti Maxime itu anak tunggal yang dimanja.
"Lo gak tau Maxime punya abang?" Aqilla menggeleng.
"Astaga Qil. Lo itu tinggal dimana sih? Abangnya suka ada di koran-koran tau. Arsitek muda yang hebat. Huh lagi ngebayangin kalo gue jadi istrinya," Diana mulai menghayal yang tidak tidak.
Aqilla mengusap wajah diana. "Sadar sadar. Orang kaya gitu gak mungkin mau sama orang males kaya kamu," Diana mencebik karena dandanannya yang solehot dirusak oleh Aqilla.
"Eh gue udah kaya mbak Dylan solehot ih. Jangan macem macem lo ya!" Aqilla menatap sahabatnya aneh. aqilla punya dua sahabat Diana, dan Chasew, seperti nama kacang memang. Tapi cantik kok, Chas hari ini tidak masuk karena ada acara keluarga.
Aqilla menggendong tasnya. Ia tidak sadar bahwa tinggal mereka berdua yang ada di dalam kels. "Kamu banyak omong sih jadi pulang telat kan," mereka keluar kelas dengan Diana yang masih mengomel masalah Maime dan Kakaknya.
"Halo selamat sore ada yang bisa dibantu oleh sang P*angeran Maxime?" Aqilla dan Diana terkejut mendengar suara Maxime yang tiba-tiba orangnya sudah berada di samping mereka.
Bugg
"Anjir sakit," Maxime mengelus kepalanya yang di pukul kasar oleh Aqilla.
"Kamu ngapain sih? Kurang kerjaan?" sarkas Aqilla. Diana menyikut lengan Aqilla.
Diana berbisik. "Jangan kasar-kasar sama orang ganteng, kasian." Aqilla melotot.
"Mau gue anter Qil?" tanya Maxime dengan mengedipkan sebelah matanya genit. Aqilla jadi merindingg.
"Gak makasih," tiba tiba ponselnya berdering.
dad is calling. . . .
Aqilla segera menerima panggilan itu. Ayahnya mengatakan bahwa tidak bisa menjemputnya karena tugas kantor yang banyak. Aqilla bernafas gusar. Apa ia harus naik Taxi lagi.
"Tuhkan bokap lo gak bisa jemput mending bareng gue," ucap Maxime yang seakan akan tahu.
Diana menyetujui. "Iya bareng Max aja. Gue duluan bye," belum sempat Aqilla menghalang Diana sudah pergi.
Aqilla masih diam sampai akhirnya mengangguk. Lumayan tumpangan gratis. "Ok saya mau tapi sekali ini doang,"
"Apa yang sekali doang?" jail Maxime, Aqilla langsung menabok Maxime.
Maxime terkekeh sambil mengangguk. "iya-iya. Sok duluan," Maxime mempersilahkan Aqilla untuk jalan duluan. Saat Aqilla sudah mendahuluinya Maxime girang sekali seperti mendapat dorprise 10 mobil mewah. Padahal dirinya juga udah kaya.
"Moga dapet restu dari calon mertua kiwww,"
-Bersambung
Langit sore ini begitu cerah tidak mendung sama sekali. Aqilla menkmatinya di jok belakang motor Maxime. Tiba-tiba Maxime membelokkan motornya ke arah angkringan pinggir jalan. Tempat biaa dia nongkrong atau beli makanan.Aqilla mengerutkan keningnya. "Makan dulu," ucap Maxime."Saya nggal laper,"Maxime melepas helmnya lalu menoleh kebelakang. "Yang ngajakin lo makan siapa? Gue doang yang mau makan." Aqilla sangat kesal dengan jawaban Maxime.Mereka lalu masuk kdalam angkringan kecil itu. Angkringan yang hanya ditutupi oleh terpal. Kecil namun bagi Maxime tempat ini penuh kenangan. Bang Mahen pemilik Angkringan ini langsung menyapa Maxime. Bang Mahen menoleh kearah Aqilla."Sape nih? Baru lagi?" tanya Bang Mahen."Ini?" tanya Maxime sambil menunjuk Aqilla. Bang Mahen menganggu. "Temen, doain jadi calon mantu mak gue," jela
-HAPPY READING."Seriusan ya Ma?" Tyas mengangguk.Tyas lalu memunguti panci dan makaroni yang berceceran disana. Maxime menghela nafas, siapa suruh ngotorin nih dapur fikirnya. Maxime meminta mamahnya untuk pergi dari sana agar bibi saja yang membersihkan. Dan Mamanya menurut walaupun perlu agak dipaksa.Maxime mengajak mamanya ke ruang tengah. "Emang dia sapa sih Max?" tanya Tyas pada putra bungsunya."Adadeh, nanti aka aku kenalin ya?"Tyas hanya mengangguk saja, biarkan nanti Maxime juga akan memberitahu dengan sendirinya."Abang belum pulang?" tanya Maxime. Tyas menggeleng, kapan abangnya akan pulang. Maxime rindu diomeli oleh sang abang."Keatas dulu Mah," Max naik menuju kamarnya. 'Dah dapet restuu, asikkkkk," batin Maxime.* * *Aqlla makan dikantin
-HAPPY READING.Aqilla berlari ke arah toilet perempuan. Ia sebal menjadi pusat perhatian. Memangnya kenapa harus dilihatin sih? Ada yang aneh? Hanya karena Maxime? huh.Aqilla melepas kerudungnya sebentar lalu membasuh wajahnya menggunakan air. Siang ini begitu panas bagi Aqilla. Setelah membasuh wajahnya aqilla memakai jilbabnya lagi. Menatap cermin yang begitu bersih."Gimana caranya biar orang gila itu jauh dari aku," gumamnya.Aqilla segera keluar daro toilet, entah kenapa hanya ada dirinya. Kenapa jadi menakutkan/ Please ini siang hari.CeklekTiba tiba pintu tertutup dengan sendirinya. Keringat dingin turun dar dahinya. Apa ada hantu? Tak lama Aqilla mendengar suara langkah seseorang."Hai Aqilla," sapa seseorang dari arah bilik kamar mandi paling pojok. Aqilla melotot, bukan bukan
*HAPPY READING🦋Laki laki dengan seragam keluar dari celana, celana robek di bagian dengkul, dan kalung salib yang melingkar di lehernya sedang berjalan melewati mushola. Laki laki itu adalah Maxime Garuda pentolan di sekolah yang terkenal di jakarta ini. Maxime menoleh kearah Mushola ada siswi berjilbab yang baru selesai melaksanakan sholat sunnah.Entah kenapa hati Maxime berdebar. Maxime memegang dadanya. "Gue kenapa nih?" hanya dengan memandang wajah gadis itu jantung Maxime berdetak cepat. Maxime menoleh lagi, gadis itu sudah akan keluar dari mushola. Maxime merapihkan rambutnya, dirinya akan menghadang gadis itu.Gadis itu bingung saat sudah berada di depan Maxime. Saat gadis itu hendak ke kiri Maxime juga ikut. Akan kekanan Maxime juga mengikutinya. Mata gadis itu menatap kearah kalung salib berwarna silver yang dipakai Maxime. Lalu gadis itu menghela nafas panjang."Bisa
*HAPPY READING🦋Aqilla keluar dari gerbang sekolah melihat kearah langit yang mendung. Mungkin sore ini akan turun hujan. Aqilla menyeberang jalan untuk pergi ke halte seberang jalan, ia akan naik bus sore ini karena ayahnya sedang sibuk. Sebenarnya ayah Aqilla adalah seseorang yang otoriter tapi karena kesibukan ayahnya, Aqilla diperbolehkan naik bus. Langit masih gelap, segelap hidup Aqilla selama ini.Aqilla merenung, entahlah apa yang ia renungkan. Aqilla Mengingat laki-laki menyebalkan itu. Laki-laki yang akhir-akhir ini mendekatinya yang tidak sengaja bertemu di mushola sekolah. Aqilla merasa kepalanya sedang berputar putar jika mengingatnya."Mau gue anter pulang?" Aqilla kaget dengan suara itu.Suara laki-laki yang tadi siang ia temui. Baru juga Aqilla memikirkannya, orangnya sudah berada di hadapannya sekarang. Aqilla menolak ajakan Maxime dengan menggeleng.&
-HAPPY READING.Aqilla berlari ke arah toilet perempuan. Ia sebal menjadi pusat perhatian. Memangnya kenapa harus dilihatin sih? Ada yang aneh? Hanya karena Maxime? huh.Aqilla melepas kerudungnya sebentar lalu membasuh wajahnya menggunakan air. Siang ini begitu panas bagi Aqilla. Setelah membasuh wajahnya aqilla memakai jilbabnya lagi. Menatap cermin yang begitu bersih."Gimana caranya biar orang gila itu jauh dari aku," gumamnya.Aqilla segera keluar daro toilet, entah kenapa hanya ada dirinya. Kenapa jadi menakutkan/ Please ini siang hari.CeklekTiba tiba pintu tertutup dengan sendirinya. Keringat dingin turun dar dahinya. Apa ada hantu? Tak lama Aqilla mendengar suara langkah seseorang."Hai Aqilla," sapa seseorang dari arah bilik kamar mandi paling pojok. Aqilla melotot, bukan bukan
-HAPPY READING."Seriusan ya Ma?" Tyas mengangguk.Tyas lalu memunguti panci dan makaroni yang berceceran disana. Maxime menghela nafas, siapa suruh ngotorin nih dapur fikirnya. Maxime meminta mamahnya untuk pergi dari sana agar bibi saja yang membersihkan. Dan Mamanya menurut walaupun perlu agak dipaksa.Maxime mengajak mamanya ke ruang tengah. "Emang dia sapa sih Max?" tanya Tyas pada putra bungsunya."Adadeh, nanti aka aku kenalin ya?"Tyas hanya mengangguk saja, biarkan nanti Maxime juga akan memberitahu dengan sendirinya."Abang belum pulang?" tanya Maxime. Tyas menggeleng, kapan abangnya akan pulang. Maxime rindu diomeli oleh sang abang."Keatas dulu Mah," Max naik menuju kamarnya. 'Dah dapet restuu, asikkkkk," batin Maxime.* * *Aqlla makan dikantin
Langit sore ini begitu cerah tidak mendung sama sekali. Aqilla menkmatinya di jok belakang motor Maxime. Tiba-tiba Maxime membelokkan motornya ke arah angkringan pinggir jalan. Tempat biaa dia nongkrong atau beli makanan.Aqilla mengerutkan keningnya. "Makan dulu," ucap Maxime."Saya nggal laper,"Maxime melepas helmnya lalu menoleh kebelakang. "Yang ngajakin lo makan siapa? Gue doang yang mau makan." Aqilla sangat kesal dengan jawaban Maxime.Mereka lalu masuk kdalam angkringan kecil itu. Angkringan yang hanya ditutupi oleh terpal. Kecil namun bagi Maxime tempat ini penuh kenangan. Bang Mahen pemilik Angkringan ini langsung menyapa Maxime. Bang Mahen menoleh kearah Aqilla."Sape nih? Baru lagi?" tanya Bang Mahen."Ini?" tanya Maxime sambil menunjuk Aqilla. Bang Mahen menganggu. "Temen, doain jadi calon mantu mak gue," jela
-HAPPY READINGMalas itulah yang dirasakan Aqilla sekarang kala melihat orang yang sama menghadangnya lagi. Aqila melepas kacamata yang bertengger di hidungnya, lalu memijat pangkal hidungnya."Mau kamu apa sih? Emang kita ada urusan?" tanya Aqilla yang sudah muak dengan orang di depannya.Sedangkan Maxime hanya menyengir kuda. "Ada kok, kita ada urusan."Aqilla mengerenyit, ada urusan apa memangnya? Karena tahu apa yang sedang dipikirkan Aqilla, Maxime langsung menjelaskan."Ekhem kita kan harus mulai mecintai, dan mengasihi. Seperti kata Tuhan bukan begi-""Berisik," Aqilla dengan cepat langsung memotong ucapan Maxime.Mereka berada di atas anak tangga paling atas. Aqilla baru selesai dari kantin dan Maxime yang memang ingin mengapeli Aqilla.Maxime menyender pada tembok yan
*HAPPY READING🦋Aqilla keluar dari gerbang sekolah melihat kearah langit yang mendung. Mungkin sore ini akan turun hujan. Aqilla menyeberang jalan untuk pergi ke halte seberang jalan, ia akan naik bus sore ini karena ayahnya sedang sibuk. Sebenarnya ayah Aqilla adalah seseorang yang otoriter tapi karena kesibukan ayahnya, Aqilla diperbolehkan naik bus. Langit masih gelap, segelap hidup Aqilla selama ini.Aqilla merenung, entahlah apa yang ia renungkan. Aqilla Mengingat laki-laki menyebalkan itu. Laki-laki yang akhir-akhir ini mendekatinya yang tidak sengaja bertemu di mushola sekolah. Aqilla merasa kepalanya sedang berputar putar jika mengingatnya."Mau gue anter pulang?" Aqilla kaget dengan suara itu.Suara laki-laki yang tadi siang ia temui. Baru juga Aqilla memikirkannya, orangnya sudah berada di hadapannya sekarang. Aqilla menolak ajakan Maxime dengan menggeleng.&
*HAPPY READING🦋Laki laki dengan seragam keluar dari celana, celana robek di bagian dengkul, dan kalung salib yang melingkar di lehernya sedang berjalan melewati mushola. Laki laki itu adalah Maxime Garuda pentolan di sekolah yang terkenal di jakarta ini. Maxime menoleh kearah Mushola ada siswi berjilbab yang baru selesai melaksanakan sholat sunnah.Entah kenapa hati Maxime berdebar. Maxime memegang dadanya. "Gue kenapa nih?" hanya dengan memandang wajah gadis itu jantung Maxime berdetak cepat. Maxime menoleh lagi, gadis itu sudah akan keluar dari mushola. Maxime merapihkan rambutnya, dirinya akan menghadang gadis itu.Gadis itu bingung saat sudah berada di depan Maxime. Saat gadis itu hendak ke kiri Maxime juga ikut. Akan kekanan Maxime juga mengikutinya. Mata gadis itu menatap kearah kalung salib berwarna silver yang dipakai Maxime. Lalu gadis itu menghela nafas panjang."Bisa