Pagi baru saja datang. Bahkan mentari pun masih enggan untuk menampakkan sinarnya. Di pagi hari yang masih tertutup kabut yang begitu pekat itu membuat hawa di sekitar Gunung Ungaran terasa semakin dingin, menusuk hingga ke tulang. Kondisi di sekitar lereng gunung yang lembab, membuat udara di sekitarnya menjadi lebih dingin.Usai Arjuna dan Kinara selesai salat Subuh pada pagi hari itu, mereka kemudian berjalan-jalan untuk mencari udara segar. Arjuna pada saat itu mengenakan jaket yang sangat tebal, sedangkan Nara yang sudah terbiasa dengan udara gunung, hanya mengenakan sweater yang tidak terlalu tebal berwarna ungu yang dia miliki sebagai hadiah dari ibunya.Pada pagi hari itu dinginnya udara tidak membuat mereka mengurungkan niatnya untuk berjalan-jalan. Pasangan pengantin baru itu pergi menuju ke air terjun kecil yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Saat mereka berdua tiba di sana, terlihat beberapa tenda-tenda camping yang didirikan oleh para wisatawan. Di sinilah Juna me
Kinara menatap hamparan jalan yang terlihat dari ambang jendela kamarnya. Dari balik jendela kamarnya, perempuan itu sedang asik menatap senja yang mulai terlihat merona di atas sana. Dia masih duduk diam berlama-lama di sana belakang tirai yang menutupi sebagian wajahnya. Seolah tak ingin melewatkan moment pergantian sore ke malam hari.Sudah selang dua hari sejak peristiwa pernikahan yang menghebohkan itu terjadi. Dengan bukti-bukti yang kuat, serta rekaman suara yang telah diberikan oleh Deva, Vanya akhirnya diputuskan bersalah dan terpaksa ditahan di sel sementara sambil menunggu proses hukum yang lebih lanjut.Para warga desa pun menjadi heboh dengan terkuaknya pelaku tabrak lari yang mengakibatkan Bu Wati meninggal dunia. Mereka tidak menyangka, jika menantu Bu Ratna lah pelakunya. Menantu yang di gadang-gadang oleh Bu Ratna di seantero desa.Kejadian tersebut tentu saja membuat keluarga nama Pak Rudi dan Bu Ratna ikut terseret dalam kasus tersebut. Hampir semua orang di setiap t
Arjuna mengantarkan istri dan juga sahabat dekatnya tersebut dengan menggunakan mobilnya. Mau bonceng tiga? Ya tidak mungkin pastinya.Nara benar-benar sudah diratukan oleh seorang Arjuna. Pernikahan yang awalnya terjadi karena sebuah tragedi, kini sudah berubah menjadi kebahagiaan tersendiri baginya.Arjuna pada hari ini memang sedang sangat santai, jadi ia pun mengantarkan kedua wanita yang sekarang ini berada di dalam mobilnya juga dengan santai. Terlihat Reni di jok belakang yang sedang tersenyum-senyum riang."Hari ini kamu terlihat bahagia sekali, Ren?" tanya Nara."Iya dong, sudah dua hari kamu menutup pintu untukku, dan sekarang kamu sudah mau aku ajak healing. Seneng dong aku," jawab Reni."Helang heling, healing kok ke pasar ya mana ada to, Ren?" ucap Nara kemudian.Hanya beberapa percakapan kecil mereka di dalam mobil sebelum akhirnya sampailah juga mereka di tempat healing tujuan Reni. Terlihat suasana hiruk pikuk di pasar saat mereka bertiga telah sampai di sana. Tentu sa
Bu Ratna dan juga Inah baru saja sampai ke mobil yang menunggu mereka berdua di area parkir. Wajah merah padam masih terlihat di sana. Dengan dada yang naik turun, Bu Ratna melemparkan belanjaannya ke sembarang arah."Huh, dasar anak kurang ajar! Kamu tahu nggak sih, Nah. Anak siapa itu? Pengen tak kasih pelajaran!" ucap Bu Ratna dengan sangat cepat dan nafas yang memburu karena menahan emosi yang meletup-letup."Inah nggak tahu, Bu. Tapi Ibu tenang saja, nanti Inah akan cari tahu siapa bocah tadi."Mobil yang ditumpangi oleh Bu Ratna dan Inah mulai melaju meninggalkan area parkir yang ada di pasar tersebut. Bu Ratna sampai saat ini masih melempar pandangan ke luar jendela mobil, dia masih menatap ke arah tempat di mana ia telah dipermalukan oleh Reni. Terlihat deru nafas Bu Ratna masih terus memburu dan belum teratur hingga sampai mobil yang membawanya sudah jauh meninggalkan area pasar."Pak, Pak. Ih, dimana sih Bapak ini?"Sesampainya Bu Ratna di rumah, ia yang berbadan sedikit gem
"Bapak ini kenapa sih kok jadi aneh sekali, heran. Diajak ngomong baik-baik malah marah-marah.""Awas aja kalau sampai berani macam-macam di belakangku. Tak bejek-bejek pokoknya," gerutu Bu Ratna sembari meninggalkan ruang kamar.Biar bagaimanapun, Bu Ratna masih menyimpan rasa kesal di dalam hatinya gara-gara omongan Reni. Eh, saat rasa kesalnya itu harus ia keluarkan kepada suaminya, malah sekarang dia dimarahi oleh suaminya sendiri. Namun pada saat ini ia justru mulai menaruh kecurigaan terhadap suaminya.Konon katanya, insting seorang wanita itu menjadi sangat kuat jika itu berkaitan dengan penghianatan seorang suami. Bahkan katanya, mereka dapat mengendus sekecil apapun kebohongan dari pasangannya.Meskipun dirinya hanya diam, sebenarnya di dalam hati Bu Ratna menyimpan rasa kesal yang bertumpuk. Bu Ratna akhirnya keluar juga dari dalam kamarnya untuk mengambil air minum di dapur. Ia merasa butuh minum untuk mendinginkan kembali pikirannya saat ini. Pada saat dirinya hendak perg
Di keheningan malam yang benar-benar dingin ini, sebenarnya Arjuna juga tak ingin meninggalkan Kinara seorang diri di rumah. Semenjak mereka berdua menikah, inilah kali pertama bagi dirinya meninggalkan Nara di tengah malam seperti ini.Sama halnya seperti apa yang sedang di rasakan oleh Nara pada saat ini. Rasa khawatir pun sedang menyelimuti Arjuna. Tapi ia belum bisa mengatakan yang sejujurnya kepada istrinya tersebut. Pada saat ini tujuannya hanyalah satu. Ia ingin mengungkap tabir kebenaran yang sesungguhnya atas insiden yang membuat gudang penyimpanan material miliknya bisa terbakar.Dengan tatapan sayu dari dalam mobilnya, Arjuna menghembuskan nafas kasarnya, dan kemudian memantapkan hati untuk melakukan mobilnya menembus jalanan gelap yang begitu lengang. Di toleh ke jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pas saat ini sudah menunjukkan waktu 22.30 wib. Maka pantas saja jika sudah tak lagi Arjuna temukan kendaraan yang melintas selain dirinya pada malam itu.Arjuna terus
Tak ...Tak ...Tak ...Suara detak jam dinding memenuhi seluruh ruang kamar Kinara pada malam ini. Saat ini ia sedang dilanda rasa gelisah yang tak tentu arah. Dua kelopak matanya sama sekali tak dapat terpejam. Dia berbalik ke kanan dan ke kiri dengan pikiran yang penuh dengan tanda tanya.Waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari pada saat ini. Sekian lama Nara menunggu tetap ia tidak mendapatkan kabar apapun dari suaminya. Sudah berjam-jam Arjuna pergi, tetapi bahkan satu pesan pun tidak ia dapatkan di dalam ponsel yang saat ini terbaring di sebelah telinganya.Kinara menjadi semakin kesal saat ia mengingat bagaimana Juna tidak memberitahunya akan pergi ke mana tadi. Setidaknya jika ia tahu ke mana perginya Juna, ia akan tahu ke mana ia harus pergi jika sampai pagi nanti suaminya belum juga kembali.Sudah puluhan kali Nara menengok dan menatap layar ponselnya. Tapi berkali-kali pula ia tak mendapatkan satupun pesan di layar ponselnya."Haduh, sebenarnya pergi ke mana dia?" isi
Tok tok tok ...Tok tok tok ..."Siapa sih, Pak? Masih pagi-pagi buta begini sudah bertamu ke rumah orang, ndak tahu waktu banget!" sentak Bu Ratna yang merasa kesal karena pagi-pagi buta sudah mendengar suara ketukan pintu di rumahnya.Dengan langkah yang gontai, Pak Rudi beranjak dari tempat tidurnya. Dia berjalan dengan berat menuju ke ruang tamu untuk membukakan pintu.Tok tok tok ... Terdengar suara pintu kembali diketuk."Iya iya iya, sabar sedikit dong." Pak Rudi merasa terganggu dan ingin segera melihat siapa tamu yang datang di saat pagi-pagi buta seperti ini.Dan betapa terkejutnya Pak Rudi ketika membuka pintu rumahnya. Di hadapannya sekarang sudah berdiri Agus dengan keringat yang sudah mengucur di pelipisnya."Pak, gawat, Pak." Agus berkata dengan raut wajah yang panik."Gawat kenapa?" tanya Pak Rudi sembari meminta Agus untuk duduk di sofa ruang tamunya.Terlihat saat ini ke