"Oke kalau begitu, aku terima!" jawab Kevin dengan lantang.
"Bagus, gitu dong," ucap Harly dengan senyum liciknya.
**
"Kamu belum pulang, Ra?" tegur Miss Etha ke Ara yang sedang duduk di depan meja kasir."Eh, Miss Etha, sebentar lagi saya pulang kok hehe," sahut Ara dengan senyum manisnya.
"Bagaimana hari pertamamu? apakah menyenangkan?"
"Sangat menyenangkan! terima kasih banyak miss, berkat diterima di restoran ini, akhirnya saya bisa punya pekerjaan."
"Terima kasih kembali ya, berkat kamu melamar disini, kinerja restoran ini jadi terbantu, karena sebelumnya pelayan yang lain kewalahan, oh iya, saya turut berduka cita ya atas perginya sahabatmu."
"Iya miss, Jeni sudah tenang sekarang disana, saya yakin dia pasti juga bahagia kalau tahu saya bahagia disini."
"Semangat terus ya, Ara! kalau begitu saya tinggal duluan ya, kamu jangan kelamaan disini, segera istirahat karena besok harus kembali kerja," ujar Miss Etha dengan senyum manis, dan tulusnya.
"Iya miss, ini saya sudah mau pulang kok." Tidak lama kemudian Miss Etha pergi meninggalkan Ara sendirian di restoran itu, setelah itu Ara pun bergegas pula untuk kembali kosnya.
Sesampainya di kos, ia merasa sangat sunyi, ia memandangi sebuah foto cantik diatas meja riasnya sambil tersenyum.
"Hai sahabatku! aku pulang, kamu pasti sudah lelah menunggu, aku bahagia sekali bisa kerja di restoran itu, dan tadi aku berjumpa dengan pria tampan saat hendak mengantar makanan, ia keluar dari toilet, dan berlalu di hadapanku," ucap Ara dengan antusias menceritakan kegiatannya hari itu.
"Oh iya, aku juga mau cerita kalau bosku ternyata baik sekali, ia sangat perhatian denganku, aku pasti akan sangat betah bekerja di tempat itu, jadi kamu tidak perlu khawatir lagi dengan aku," lalu tiba-tiba Ara terdiam, dan kemudian menyambung kembali ceritanya dengan sebuah pertanyaan, "kira-kira mustahil enggak ya, gadis seperti aku menikah dengan pria tampan tadi? aku tidak mengenalnya, tapi entah mengapa aku merasa begitu nyaman melihatnya, aku merasa seolah aman jika aku bersama dengannya."
Setelah mengucapkan itu lalu Ara berbicara lagi, "tapi, dia kan orang kaya, walaupun di dunia ini enggak ada yang mustahil, tetap aja aku enggak boleh ngarep, aduh kenapa sih aku ini, kok makin aneh sekarang, aku kan harus segera istirahat, maaf ya Jeni, kamu jadi bingung gara-gara cerita randomku ini, sepertinya aku memang perlu istirahat sekarang!" ucap Ara dan setelah itu bergegas membersihkan diri, dan membanting tubuhnya ke spring bed kamar kosnya itu.
**
"Kevin," panggil seorang wanita paruh baya."Iya Ma?" sahut Kevin.
"Mama pengen punya cucu, apakah kamu tidak ada niatan untuk segera menikah? usiamu sekarang sudah menginjak 28 tahun! apa lagi yang kamu tunggu, Nak?"
"Ma, Kevin belum menemukan sosok yang pas di hati Kevin, maaf Ma," jawab Kevin.
"Belum menemukan yang pas, atau kamu nya yang terlalu pemilih?"
"Entah lah Ma, Kevin berangkat kerja dulu," ucap Kevin pamit kerja, dan segera pergi meninggalkan mamanya itu.
"Saveri Kevin Alterio, mama belum selesai bicara, mengapa kamu sudah meninggalkan mama?" kesal Kaila kepada Kevin.
"Kaila, berhentilah menuntut anak kita untuk segera menikah, dia sudah dewasa, dia pasti bisa menentukan jalan hidupnya sendiri," ucap Kenzo Julian Alterio, ayahnya Kevin kepada Kaila Lovata Alterio, mamanya Kevin.
"Usianya sudah 28, itu sudah sangat matang untuk menikah, mengapa harus menunda? apalagi yang mau ia cari? uang? tidak kerja pun kita tidak akan membuat kita miskin, rumah? banyak, apalagi? Kevin saja yang terlalu pemilih," ujar Kaila pasrah.
"Aku yakin, Kevin sudah menemukan dambaan hatinya, hanya saja ia belum siap untuk mengenalkannya ke kita, hari ini kan hari pemilihan takdir, kita lihat saja wanita mana yang akan ia pilih."
**
"Woy Kevin! kenapa wajahmu sangat kesal pagi ini? ada apa gerangan sih kawan?" ucap Harly menggoda Kevin."Biasa," sahut Kevin dengan santai.
"Pasti pertanyaan kapan nikah lagi ya?" tebak Harly.
"Apalagi kalau bukan itu, aku lelah, Oura kapan sih peka sama aku? apa perlu aku pilih dia secara paksa di pemilihan takdir hari ini?"
"Kalau gitu yang ada kamu yang rugi, karena kamu tahu sendiri lah ya, Oura itu keras kepala, jika bukan karena kemauannya ia pasti akan menentang, bagaimana pun caranya," ucap Harly berusaha menyadarkan Kevin.
"Lalu aku harus gimana Har? kamu kan sahabatku, bantulah aku, Oura itu adikmu, masa kamu enggak mau punya adik ipar seperti aku?"
"Bukan masalah itu Bro, masalahnya Oura sekarang lagi bucin-bucinnya sama pacarnya, dia tu garang, memang sih cantik, kalau bukan saudara pun sudah habis ku embat, tapi sayangnya itu, dia keras kepala, dan pemarah, jadi aku belum bisa bantu sekarang, kan aku sudah bilang, perjuangkan dulu pelayan restoran itu, baru kubantu untuk dekati Oura."
"Masalah hati enggak segampang itu Har, Oura kenapa sih nambahi beban pikiranku aja!"
"Nah kan, belum jadi apa-apa kamu sudah stress duluan, sudah lah mending kamu sama pelayan yang di restorannya Etha itu, dia manis loh, baik, sopan lagi, aku yakin mamamu pasti suka, coba dulu enggak ada salahnya kan?" usul Harly.
"Em, oke, akan kucoba," jawab Kevin pasrah.
**
Tepat pukul 2 siang, mereka berkumpul untuk memilih takdir, Ara pun ikut hadir walaupun ia tidak tahu apakah ia dapat kesempatan untuk memilih atau tidak, dan di tempat itu pula ia berjumpa dengan pria tampan yang ia temui di restoran semalam. Seketika Ara tersenyum bahagia, tetapi ia sadar, dirinya dan pria itu bagaikan langit dan bumi, sangat jauh, bahkan tidak saling kenal, jadi Ara tidak berani untuk berharap.
Sedangkan Kevin, dan Harly sedang bersiap-siap untuk menunggu giliran, karena mereka masuk kategori orang yang berkuasa, jadi mereka bisa memilih apapun yang mereka mau, selain itu, Kevin juga sudah menanyakan mengenai pelayan restoran itu kepada Etha, sehingga saat pemilihan jodoh nanti Kevin tidak akan kebingungan lagi untuk mencari namanya.
Tidak butuh waktu lama, tibalah giliran Kevin, Kevin mendapat giliran lebih dahulu daripada Harly, karena harta kekayaan keluarga Kevin pun lebih banyak daripada Harly. Kekayaan Kevin mencapai $1.000.000/hari, sedangkan Harly hanya sekitaran $500.000/ hari, kekayaan Kevin dua kali lipat lebih banyak daripada Harly.
Kini saatnya Saveri Kevin Alterio menentukan, siapakah sosok yang akan menjadi pendamping hidupnya, dan bagaimana keadaan ekonominya nanti, pemilihan hanya dapat dilakukan sekali, tahun-tahun sebelumnya Kevin belum pernah memilih, karena ia kalangan elit, sehingga tanpa memilih pun ia pasti hidup enak, tetapi kali ini ia harus ikut memilih, ini pun berkat paksaan orang tuanya yang sudah memaksa Kevin untuk segera menikah.
"Saveri Kevin Alterio, kehidupan yang anda pilih adalah kehidupan elit seperti yang anda alami sekarang, dan pendamping hidup anda adalah?"
Kevin mengetik nama Ara, dan muncullah nama Clara Felysia Jovanka beserta foto dirinya, lalu Kevin segera mengklik tombol setuju, setelah itu muncul kembali pesan konfirmasi."Saveri Kevin Alterio, kehidupan yang anda pilih adalah kehidupan elit, dan mewah dengan penghasilan minimal $1.000.000/hari, dan jodoh yang anda pilih adalah Clara Felysia Jovanka, usia 18 tahun, ketik setuju sekali lagi jika data ini benar, karena pemilihan ini hanya dapat dilakukan sekali seumur hidup, jadi tolong pastikan bahwa data anda sudah benar," Kevin pun mengklik lagi tombol setuju, dan sistem langsung memproses, lalu menutup portal Ara, dan memberikan pemberitahuan kepada Ara sehingga Ara tidak bisa, dan tidak perlu memilih takdir lagi."Atas nama Clara Felysia Jovanka, takdir anda sudah dipilih oleh pria bernama Saveri Kevin Alterio, usia 28 tahun, kehidupan ekonomi yang dipilih adalah hidup mewah, dan elit dengan penghasilan minimal $1.000.000/hari, berikut foto pasangan anda," lalu
"Memangnya enggak boleh ya aku tidur bareng kamu? kamu kan calon istriku," ucap Kevin dengan senyum jahilnya."Ih kamu apaan sih, jangan gitu ah," ujar Ara malu."Calon Nyonya Alterio, harus nurut dong," ucap Kevin lagi semakin menggoda Ara."Pergi sekarang, kita kan belum nikah, lagian juga mama enggak ada bilang kalau kamu boleh tidur sama aku!""Mama kan cuma enggak ada nyuruh, bukan berarti mama ngelarang iya kan? ayo lah, sekali aja, pembukaan sebelum sah," ujar Kevin semakin menggoda dan berusaha mendekati Ara.Tapi sayang, aksi Kevin tertangkap oleh Kaila."Kevin! apa yang kamu lakukan?" tanya Kaila sambil berkacak pinggang di hadapan Kevin."Enggak ngapa-ngapain Ma, cuma mau nengok Ara aja, kira-kira dia nyenyak enggak tidurnya malam ini, iya kan sayang?" sedangkan Ara yang ditanya hanya dapat mengangguk pasrah, sambil menahan tawa melihat tingkah calon suaminya itu."Awas aja ya kalau aneh-aneh, ayo kembali ke kamarmu
Clara Felysia Jovanka, atau yang kerap disapa Ara, bersama teman kecilnya Eugenia Aileen, atau Jeni, kini telah genap berusia 18 tahun, dan ini merupakan suatu pertanda bahwa mereka harus segera pergi dari tempat mereka menghabiskan masa kecil itu."Enggak kerasa ya Ra, usia kita sekarang sudah 18 tahun, kita sudah boleh memilih takdir, dan kehidupan kita sudah bukan urusan negeri ini lagi," ucap Jeni kepada Ara."Benar, akhirnya kita sudah harus meninggalkan tempat ini, pasti kita bakal rindu banget sama kenangan-kenangan yang pernah kita buat disini," sahut Ara."Bunda pasti akan sangat rindu kalian, main-mainlah kesini nanti ya," ucap Bunda pengurus asrama yang sudah merawat Ara, dan Jeni sejak kecil."Bunda, jaga kesehatan baik-baik ya, kami sudah harus pergi sekarang, doakan kami, agar kami memiliki takdir yang baik.""Pasti, sayang, bunda akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian," ucap Dellysa sambil membelai lembut kepala Ara, dan Jen
"Jen, kamu pasti bisa bertahan! kuat ya, bentar lagi bantuan datang kok!""Ra...a...ak...ku..s..su..dah..eng..gak..ku..at..la..gi..j..ja..ga..d..di..ri..ba..ik..ba..ik..ya!" ucap Jeni dengan suara yang terpotong-potong."Kamu kuat! ayo Jen, kamu kuat! pasti bisa bertahan, jangan tinggalin aku, aku enggak punya siapa-siapa lagi selain kamu!" ujar Ara sambil menangis histeris, tidak lama kemudian mata Jeni tertutup, ia meninggal di tempat."Jeni!! Jen, jangan tinggalin aku!" teriak Ara, bertepatan saat itu juga ambulan datang mengurus jenazah Jeni.Kini Ara tinggal seorang diri, tidak ada lagi kawan yang selalu ada untuknya, tidak ada lagi teman ceritanya, baru semalam mereka memulai kehidupan baru menjadi anak mandiri, tapi Jeni sudah meninggalkannya."Jen, kenapa kamu setega ini sih ninggalin aku sendirian, aku masih perlu kamu Jen," ucap Ara pada batu nisan bertuliskan nama 'Eugenia Aileen' yang ada di depannya itu."Tapi, aku janji,
"Memangnya enggak boleh ya aku tidur bareng kamu? kamu kan calon istriku," ucap Kevin dengan senyum jahilnya."Ih kamu apaan sih, jangan gitu ah," ujar Ara malu."Calon Nyonya Alterio, harus nurut dong," ucap Kevin lagi semakin menggoda Ara."Pergi sekarang, kita kan belum nikah, lagian juga mama enggak ada bilang kalau kamu boleh tidur sama aku!""Mama kan cuma enggak ada nyuruh, bukan berarti mama ngelarang iya kan? ayo lah, sekali aja, pembukaan sebelum sah," ujar Kevin semakin menggoda dan berusaha mendekati Ara.Tapi sayang, aksi Kevin tertangkap oleh Kaila."Kevin! apa yang kamu lakukan?" tanya Kaila sambil berkacak pinggang di hadapan Kevin."Enggak ngapa-ngapain Ma, cuma mau nengok Ara aja, kira-kira dia nyenyak enggak tidurnya malam ini, iya kan sayang?" sedangkan Ara yang ditanya hanya dapat mengangguk pasrah, sambil menahan tawa melihat tingkah calon suaminya itu."Awas aja ya kalau aneh-aneh, ayo kembali ke kamarmu
Kevin mengetik nama Ara, dan muncullah nama Clara Felysia Jovanka beserta foto dirinya, lalu Kevin segera mengklik tombol setuju, setelah itu muncul kembali pesan konfirmasi."Saveri Kevin Alterio, kehidupan yang anda pilih adalah kehidupan elit, dan mewah dengan penghasilan minimal $1.000.000/hari, dan jodoh yang anda pilih adalah Clara Felysia Jovanka, usia 18 tahun, ketik setuju sekali lagi jika data ini benar, karena pemilihan ini hanya dapat dilakukan sekali seumur hidup, jadi tolong pastikan bahwa data anda sudah benar," Kevin pun mengklik lagi tombol setuju, dan sistem langsung memproses, lalu menutup portal Ara, dan memberikan pemberitahuan kepada Ara sehingga Ara tidak bisa, dan tidak perlu memilih takdir lagi."Atas nama Clara Felysia Jovanka, takdir anda sudah dipilih oleh pria bernama Saveri Kevin Alterio, usia 28 tahun, kehidupan ekonomi yang dipilih adalah hidup mewah, dan elit dengan penghasilan minimal $1.000.000/hari, berikut foto pasangan anda," lalu
"Oke kalau begitu, aku terima!" jawab Kevin dengan lantang."Bagus, gitu dong," ucap Harly dengan senyum liciknya.**"Kamu belum pulang, Ra?" tegur Miss Etha ke Ara yang sedang duduk di depan meja kasir."Eh, Miss Etha, sebentar lagi saya pulang kok hehe," sahut Ara dengan senyum manisnya."Bagaimana hari pertamamu? apakah menyenangkan?""Sangat menyenangkan! terima kasih banyak miss, berkat diterima di restoran ini, akhirnya saya bisa punya pekerjaan.""Terima kasih kembali ya, berkat kamu melamar disini, kinerja restoran ini jadi terbantu, karena sebelumnya pelayan yang lain kewalahan, oh iya, saya turut berduka cita ya atas perginya sahabatmu.""Iya miss, Jeni sudah tenang sekarang disana, saya yakin dia pasti juga bahagia kalau tahu saya bahagia disini.""Semangat terus ya, Ara! kalau begitu saya tinggal duluan ya, kamu jangan kelamaan disini, segera istirahat karena besok harus kembali kerja," ujar Miss Etha dengan s
"Jen, kamu pasti bisa bertahan! kuat ya, bentar lagi bantuan datang kok!""Ra...a...ak...ku..s..su..dah..eng..gak..ku..at..la..gi..j..ja..ga..d..di..ri..ba..ik..ba..ik..ya!" ucap Jeni dengan suara yang terpotong-potong."Kamu kuat! ayo Jen, kamu kuat! pasti bisa bertahan, jangan tinggalin aku, aku enggak punya siapa-siapa lagi selain kamu!" ujar Ara sambil menangis histeris, tidak lama kemudian mata Jeni tertutup, ia meninggal di tempat."Jeni!! Jen, jangan tinggalin aku!" teriak Ara, bertepatan saat itu juga ambulan datang mengurus jenazah Jeni.Kini Ara tinggal seorang diri, tidak ada lagi kawan yang selalu ada untuknya, tidak ada lagi teman ceritanya, baru semalam mereka memulai kehidupan baru menjadi anak mandiri, tapi Jeni sudah meninggalkannya."Jen, kenapa kamu setega ini sih ninggalin aku sendirian, aku masih perlu kamu Jen," ucap Ara pada batu nisan bertuliskan nama 'Eugenia Aileen' yang ada di depannya itu."Tapi, aku janji,
Clara Felysia Jovanka, atau yang kerap disapa Ara, bersama teman kecilnya Eugenia Aileen, atau Jeni, kini telah genap berusia 18 tahun, dan ini merupakan suatu pertanda bahwa mereka harus segera pergi dari tempat mereka menghabiskan masa kecil itu."Enggak kerasa ya Ra, usia kita sekarang sudah 18 tahun, kita sudah boleh memilih takdir, dan kehidupan kita sudah bukan urusan negeri ini lagi," ucap Jeni kepada Ara."Benar, akhirnya kita sudah harus meninggalkan tempat ini, pasti kita bakal rindu banget sama kenangan-kenangan yang pernah kita buat disini," sahut Ara."Bunda pasti akan sangat rindu kalian, main-mainlah kesini nanti ya," ucap Bunda pengurus asrama yang sudah merawat Ara, dan Jeni sejak kecil."Bunda, jaga kesehatan baik-baik ya, kami sudah harus pergi sekarang, doakan kami, agar kami memiliki takdir yang baik.""Pasti, sayang, bunda akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian," ucap Dellysa sambil membelai lembut kepala Ara, dan Jen