Kevin mengetik nama Ara, dan muncullah nama Clara Felysia Jovanka beserta foto dirinya, lalu Kevin segera mengklik tombol setuju, setelah itu muncul kembali pesan konfirmasi.
"Saveri Kevin Alterio, kehidupan yang anda pilih adalah kehidupan elit, dan mewah dengan penghasilan minimal $1.000.000/hari, dan jodoh yang anda pilih adalah Clara Felysia Jovanka, usia 18 tahun, ketik setuju sekali lagi jika data ini benar, karena pemilihan ini hanya dapat dilakukan sekali seumur hidup, jadi tolong pastikan bahwa data anda sudah benar," Kevin pun mengklik lagi tombol setuju, dan sistem langsung memproses, lalu menutup portal Ara, dan memberikan pemberitahuan kepada Ara sehingga Ara tidak bisa, dan tidak perlu memilih takdir lagi.
"Atas nama Clara Felysia Jovanka, takdir anda sudah dipilih oleh pria bernama Saveri Kevin Alterio, usia 28 tahun, kehidupan ekonomi yang dipilih adalah hidup mewah, dan elit dengan penghasilan minimal $1.000.000/hari, berikut foto pasangan anda," lalu muncullah foto Kevin, sontak Ara terkejut, karena itu adalah sosok pria yang ia idam-idamkan.
"Hah? seriusan cowok ini milih aku? dan, usianya sudah 28 tahun? terpaut 10 tahun dengan aku, kukira usianya masih 20," ucap Ara heran, dan terkejut.
Tidak lama kemudian, ada petugas yang menjemput Ara untuk menemui Kevin di tempat pertemuan takdir.
"Atas nama Clara Felysia Jovanka, mari ikut kami ke tempat pertemuan takdir, jodoh anda sudah menunggu disana," ucap petugas tersebut, Ara pun hanya menuruti saja.
Kemudian sampailah Ara di suatu tempat yang disebut tempat pertemuan takdir itu, tetapi Ara belum melihat tanda-tanda kedatangan Kevin disitu. Ketika Ara berbalik badan, betapa terkejutnya ia ternyata Kevin sedari tadi di belakangnya.
"Eh, kaget ya? hehe," ucap Kevin dengan senyum manisnya, sedangkan Ara hanya dapat tersenyum malu dengan rona merah di pipinya.
"Kamu Clara Felysia Jovanka kan?" tanya Kevin ke Ara.
"Iya," jawab Ara sambil mengganggukkan kepalanya dan menunduk karena malu.
"Oke, berarti aku tidak salah orang, ayo ikut aku sekarang!" ajak Kevin sambil menggandeng tangan Ara, seketika Ara menjadi tegang.
"Jangan tegang gitu, aku bukan penculik kok, aku kan calon suamimu, aku mau ngajak kamu ke rumahku, untuk ku kenalkan ke kedua orang tuaku, mau ya?"
"Iya, aku mau," sahut Ara masih menunduk karena ia sangat malu.
Lalu Ara dipersilahkan untuk masuk ke dalam mobil Kevin, dan duduk di samping Kevin, suasana sangatlah sunyi, hingga akhirnya Ara berusaha untuk bersuara.
"Em, aku ingin bertanya," ucap Ara malu-malu.
"Iya, ada apa?" sahut Kevin.
"Mengapa kau memilihku? sebelumnya kan kita belum saling kenal," celetuk Ara.
"Next time ya kujawab, intinya hari ini kamu ketemu orang tuaku dulu, aku sudah kabari mereka kalau aku bakal bawa kamu ke rumah." Setelah mendengar jawaban Kevin, Ara hanya dapat mengangguk, dan kembali terdiam. Hingga kurang lebih lima belas menit perjalanan, sampailah mereka di rumah Kevin, Kaila menyambutnya dengan sangat gembira.
"Benarkah ini calon istrimu, Kevin?" tanya Kaila dengan sangat antusias.
"Iya Ma, ini calonnya Kevin."
"Wah, cantik sekali, orangnya pun manis, dan kalem, siapa namamu sayang?" tanya Kaila kepada Ara.
"Nama saya Ara, Tante," jawab Ara dengan malu-malu.
"Nama lengkapnya?"
"Clara Felysia Jovanka," sahut Ara lagi.
"Namanya cantik, seperti orangnya, mari kita makan bersama, kamu pasti lapar ya kan? apakah Kevin sudah mengajakmu makan tadi?"
"Belum, hehe," jawab Ara sambil menggeleng.
"Haduh Kevin, sudah mama tebak, ayo Ara kita makan bersama, akhirnya mama sudah punya menantu yeay!" ucap Kaila sangat gembira.
"Lihatlah Kevin, mamamu begitu bahagia melihat calon istrimu," ucap Kenzo kepada anaknya.
"Ya begitulah, Kevin sudah bisa menebaknya Pa, memang itu yang mama inginkan, Kevin pun turut bahagia jika mama senang dengan pilihan Kevin."
Setelah selesai makan bersama, saatnya kumpul keluarga untuk membahas kesiapan acara pernikahan Kevin, dan Ara.
"Jadi, kamu sudah siap kah jika acaranya kita laksanakan tiga hari lagi?" tanya Kaila kepada anaknya.
"Kevin sih ngikut saja, karena Kevin enggak paham sama urusan begituan Ma, Kevin kan cuma tahu kerja," jawab Kevin.
"Em oke kalau begitu, berarti kalau ada apa-apa, mama tanyakan ke Ara saja ya?"
"Iya, terserah mama, Kevin yakin kalau mama, dan Ara yang mengurusnya, pasti semua akan lancar."
"Ya sudah kalau begitu, Ara siap tidak sayang jika acara pernikahan kalian digelar tiga hari lagi?"
"Kalau Ara sih, ngikut saja," jawab Ara dengan lembutnya.
"Semuanya ngikut, berarti fix ya acaranya tiga hari lagi, karena mama sudah sediakan semuanya, jadi mama tinggal follow up saja mereka," ucap Kaila dengan bangganya.
"Jadi, mama sudah seyakin itu kalau Kevin bakal menikah dekat-dekat waktu ini?" tanya Kevin heran.
"Iyalah, kalau pun kamu belum siap, mama akan paksa bagaimana pun caranya, tapi untungnya kamu sudah menemukannya," ujar Kaila sambil melirik ke arah Ara.
"Padahal Kevin belum tua-tua amat, mama sudah seheboh itu."
"Heh! siapa bilang kamu belum tua? usiamu sudah dua puluh delapan tahun Kevin! sedangkan Ara usiamu masih delapan belas tahun ya kan, sayang?" ucap Kaila, dan mendapat anggukan dari Ara.
"Beda sepuluh tahun doang Ma, sudah lah, Kevin capek, mau istirahat, bye!" ujar Kevin lalu meninggalkan mereka semua di ruang keluarga.
"Maklumkan saja ya Ara, Kevin memang begitu, tapi sebenarnya dia perhatian kok anaknya, oh iya satu lagi, Ara enggak perlu ke kos lagi ya sayang, mulai hari ini Ara tinggal disini, biar lebih mudah juga untuk urusan pernikahan kalian, kayk fitting baju, pemilihan desain untuk dekorasi, dan sebagainya, selain itu kan biar Ara bisa lebih terbiasa dengan suasana rumah ini, dan oh iya jangan panggil tante ya sayang, panggil saja mama, kan Ara sebentar lagi akan menjadi istrinya Kevin," ucap Kaila menjelaskan panjang lebar dengan penuh antusias, sedangkan Ara yang mendengarnya jadi ikut bahagia juga karena memiliki sosok ibu mertua yang sayang kepadanya.
"Iya tante, eh mama maksudnya, Ara bakal turutin semua permintaan mama, terima kasih banyak ya sudah mau menerima Ara sebagai menantu mama," ucap Ara dengan terharu.
"Sudah jadi tugas mama untuk sayang sama kamu, sini peluk dulu," ujar Kaila dengan bahagia.
Tak terasa, hari sudah berganti malam, malam ini Ara sudah pindah ke rumah Kevin, bahkan Ara juga disuruh resign dari pekerjaannya sebagai waiters di restoran milik Miss Etha.
"Ara, besok kita ke butik ya, fitting baju, dan Kevin! ingat ya besok harus ikut, awas aja kalau kamu pura-pura lupa!" ancam Kaila.
"Iya Ma," sahut Kevin pasrah, setelah selesai makan, mereka pun kembali ke kamar masing-masing, Ara pun demikian. Tetapi, tiba-tiba Kevin jahil kepada Ara.
"Kamu ngapain disini?"
"Memangnya enggak boleh ya aku tidur bareng kamu? kamu kan calon istriku," ucap Kevin dengan senyum jahilnya."Ih kamu apaan sih, jangan gitu ah," ujar Ara malu."Calon Nyonya Alterio, harus nurut dong," ucap Kevin lagi semakin menggoda Ara."Pergi sekarang, kita kan belum nikah, lagian juga mama enggak ada bilang kalau kamu boleh tidur sama aku!""Mama kan cuma enggak ada nyuruh, bukan berarti mama ngelarang iya kan? ayo lah, sekali aja, pembukaan sebelum sah," ujar Kevin semakin menggoda dan berusaha mendekati Ara.Tapi sayang, aksi Kevin tertangkap oleh Kaila."Kevin! apa yang kamu lakukan?" tanya Kaila sambil berkacak pinggang di hadapan Kevin."Enggak ngapa-ngapain Ma, cuma mau nengok Ara aja, kira-kira dia nyenyak enggak tidurnya malam ini, iya kan sayang?" sedangkan Ara yang ditanya hanya dapat mengangguk pasrah, sambil menahan tawa melihat tingkah calon suaminya itu."Awas aja ya kalau aneh-aneh, ayo kembali ke kamarmu
Clara Felysia Jovanka, atau yang kerap disapa Ara, bersama teman kecilnya Eugenia Aileen, atau Jeni, kini telah genap berusia 18 tahun, dan ini merupakan suatu pertanda bahwa mereka harus segera pergi dari tempat mereka menghabiskan masa kecil itu."Enggak kerasa ya Ra, usia kita sekarang sudah 18 tahun, kita sudah boleh memilih takdir, dan kehidupan kita sudah bukan urusan negeri ini lagi," ucap Jeni kepada Ara."Benar, akhirnya kita sudah harus meninggalkan tempat ini, pasti kita bakal rindu banget sama kenangan-kenangan yang pernah kita buat disini," sahut Ara."Bunda pasti akan sangat rindu kalian, main-mainlah kesini nanti ya," ucap Bunda pengurus asrama yang sudah merawat Ara, dan Jeni sejak kecil."Bunda, jaga kesehatan baik-baik ya, kami sudah harus pergi sekarang, doakan kami, agar kami memiliki takdir yang baik.""Pasti, sayang, bunda akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian," ucap Dellysa sambil membelai lembut kepala Ara, dan Jen
"Jen, kamu pasti bisa bertahan! kuat ya, bentar lagi bantuan datang kok!""Ra...a...ak...ku..s..su..dah..eng..gak..ku..at..la..gi..j..ja..ga..d..di..ri..ba..ik..ba..ik..ya!" ucap Jeni dengan suara yang terpotong-potong."Kamu kuat! ayo Jen, kamu kuat! pasti bisa bertahan, jangan tinggalin aku, aku enggak punya siapa-siapa lagi selain kamu!" ujar Ara sambil menangis histeris, tidak lama kemudian mata Jeni tertutup, ia meninggal di tempat."Jeni!! Jen, jangan tinggalin aku!" teriak Ara, bertepatan saat itu juga ambulan datang mengurus jenazah Jeni.Kini Ara tinggal seorang diri, tidak ada lagi kawan yang selalu ada untuknya, tidak ada lagi teman ceritanya, baru semalam mereka memulai kehidupan baru menjadi anak mandiri, tapi Jeni sudah meninggalkannya."Jen, kenapa kamu setega ini sih ninggalin aku sendirian, aku masih perlu kamu Jen," ucap Ara pada batu nisan bertuliskan nama 'Eugenia Aileen' yang ada di depannya itu."Tapi, aku janji,
"Oke kalau begitu, aku terima!" jawab Kevin dengan lantang."Bagus, gitu dong," ucap Harly dengan senyum liciknya.**"Kamu belum pulang, Ra?" tegur Miss Etha ke Ara yang sedang duduk di depan meja kasir."Eh, Miss Etha, sebentar lagi saya pulang kok hehe," sahut Ara dengan senyum manisnya."Bagaimana hari pertamamu? apakah menyenangkan?""Sangat menyenangkan! terima kasih banyak miss, berkat diterima di restoran ini, akhirnya saya bisa punya pekerjaan.""Terima kasih kembali ya, berkat kamu melamar disini, kinerja restoran ini jadi terbantu, karena sebelumnya pelayan yang lain kewalahan, oh iya, saya turut berduka cita ya atas perginya sahabatmu.""Iya miss, Jeni sudah tenang sekarang disana, saya yakin dia pasti juga bahagia kalau tahu saya bahagia disini.""Semangat terus ya, Ara! kalau begitu saya tinggal duluan ya, kamu jangan kelamaan disini, segera istirahat karena besok harus kembali kerja," ujar Miss Etha dengan s
"Memangnya enggak boleh ya aku tidur bareng kamu? kamu kan calon istriku," ucap Kevin dengan senyum jahilnya."Ih kamu apaan sih, jangan gitu ah," ujar Ara malu."Calon Nyonya Alterio, harus nurut dong," ucap Kevin lagi semakin menggoda Ara."Pergi sekarang, kita kan belum nikah, lagian juga mama enggak ada bilang kalau kamu boleh tidur sama aku!""Mama kan cuma enggak ada nyuruh, bukan berarti mama ngelarang iya kan? ayo lah, sekali aja, pembukaan sebelum sah," ujar Kevin semakin menggoda dan berusaha mendekati Ara.Tapi sayang, aksi Kevin tertangkap oleh Kaila."Kevin! apa yang kamu lakukan?" tanya Kaila sambil berkacak pinggang di hadapan Kevin."Enggak ngapa-ngapain Ma, cuma mau nengok Ara aja, kira-kira dia nyenyak enggak tidurnya malam ini, iya kan sayang?" sedangkan Ara yang ditanya hanya dapat mengangguk pasrah, sambil menahan tawa melihat tingkah calon suaminya itu."Awas aja ya kalau aneh-aneh, ayo kembali ke kamarmu
Kevin mengetik nama Ara, dan muncullah nama Clara Felysia Jovanka beserta foto dirinya, lalu Kevin segera mengklik tombol setuju, setelah itu muncul kembali pesan konfirmasi."Saveri Kevin Alterio, kehidupan yang anda pilih adalah kehidupan elit, dan mewah dengan penghasilan minimal $1.000.000/hari, dan jodoh yang anda pilih adalah Clara Felysia Jovanka, usia 18 tahun, ketik setuju sekali lagi jika data ini benar, karena pemilihan ini hanya dapat dilakukan sekali seumur hidup, jadi tolong pastikan bahwa data anda sudah benar," Kevin pun mengklik lagi tombol setuju, dan sistem langsung memproses, lalu menutup portal Ara, dan memberikan pemberitahuan kepada Ara sehingga Ara tidak bisa, dan tidak perlu memilih takdir lagi."Atas nama Clara Felysia Jovanka, takdir anda sudah dipilih oleh pria bernama Saveri Kevin Alterio, usia 28 tahun, kehidupan ekonomi yang dipilih adalah hidup mewah, dan elit dengan penghasilan minimal $1.000.000/hari, berikut foto pasangan anda," lalu
"Oke kalau begitu, aku terima!" jawab Kevin dengan lantang."Bagus, gitu dong," ucap Harly dengan senyum liciknya.**"Kamu belum pulang, Ra?" tegur Miss Etha ke Ara yang sedang duduk di depan meja kasir."Eh, Miss Etha, sebentar lagi saya pulang kok hehe," sahut Ara dengan senyum manisnya."Bagaimana hari pertamamu? apakah menyenangkan?""Sangat menyenangkan! terima kasih banyak miss, berkat diterima di restoran ini, akhirnya saya bisa punya pekerjaan.""Terima kasih kembali ya, berkat kamu melamar disini, kinerja restoran ini jadi terbantu, karena sebelumnya pelayan yang lain kewalahan, oh iya, saya turut berduka cita ya atas perginya sahabatmu.""Iya miss, Jeni sudah tenang sekarang disana, saya yakin dia pasti juga bahagia kalau tahu saya bahagia disini.""Semangat terus ya, Ara! kalau begitu saya tinggal duluan ya, kamu jangan kelamaan disini, segera istirahat karena besok harus kembali kerja," ujar Miss Etha dengan s
"Jen, kamu pasti bisa bertahan! kuat ya, bentar lagi bantuan datang kok!""Ra...a...ak...ku..s..su..dah..eng..gak..ku..at..la..gi..j..ja..ga..d..di..ri..ba..ik..ba..ik..ya!" ucap Jeni dengan suara yang terpotong-potong."Kamu kuat! ayo Jen, kamu kuat! pasti bisa bertahan, jangan tinggalin aku, aku enggak punya siapa-siapa lagi selain kamu!" ujar Ara sambil menangis histeris, tidak lama kemudian mata Jeni tertutup, ia meninggal di tempat."Jeni!! Jen, jangan tinggalin aku!" teriak Ara, bertepatan saat itu juga ambulan datang mengurus jenazah Jeni.Kini Ara tinggal seorang diri, tidak ada lagi kawan yang selalu ada untuknya, tidak ada lagi teman ceritanya, baru semalam mereka memulai kehidupan baru menjadi anak mandiri, tapi Jeni sudah meninggalkannya."Jen, kenapa kamu setega ini sih ninggalin aku sendirian, aku masih perlu kamu Jen," ucap Ara pada batu nisan bertuliskan nama 'Eugenia Aileen' yang ada di depannya itu."Tapi, aku janji,
Clara Felysia Jovanka, atau yang kerap disapa Ara, bersama teman kecilnya Eugenia Aileen, atau Jeni, kini telah genap berusia 18 tahun, dan ini merupakan suatu pertanda bahwa mereka harus segera pergi dari tempat mereka menghabiskan masa kecil itu."Enggak kerasa ya Ra, usia kita sekarang sudah 18 tahun, kita sudah boleh memilih takdir, dan kehidupan kita sudah bukan urusan negeri ini lagi," ucap Jeni kepada Ara."Benar, akhirnya kita sudah harus meninggalkan tempat ini, pasti kita bakal rindu banget sama kenangan-kenangan yang pernah kita buat disini," sahut Ara."Bunda pasti akan sangat rindu kalian, main-mainlah kesini nanti ya," ucap Bunda pengurus asrama yang sudah merawat Ara, dan Jeni sejak kecil."Bunda, jaga kesehatan baik-baik ya, kami sudah harus pergi sekarang, doakan kami, agar kami memiliki takdir yang baik.""Pasti, sayang, bunda akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian," ucap Dellysa sambil membelai lembut kepala Ara, dan Jen