Home / Romansa / Takdir Jodohku / ONE NIGHT STAND

Share

ONE NIGHT STAND

Author: LoVelly09
last update Last Updated: 2021-10-04 16:31:38

"Sepertinya, nasib kita tidak hanya bertabrakan sekilas saja."

Enam  bulan kemudian….

Beberapa kursi model kubus ditata berjajar merenggang di kedua sisi. Bunga yang bermekaran diletakkan secara diagonal di sepanjang area catwalk. Puluhan pasang mata terkesima, pada busana yang melekat apik ditubuh sintal yang berlenggok mengikuti alunan musik instrumental. Tak sedikit yang mencoba mengabadikan momen itu.

Seorang wanita dengan surai blonde, memamerkan bralette renda dengan cetakan flora di bagian dadanya, serasi dengan rok tutu berwarna hijau. Bando kupu-kupu yang menghiasi kepalanya menambah kesan musim semi yang paling ditunggu. Diakhir perjalanan, wanita itu mengibaskan rok tutunya dan kembali melenggang. Membuat suara riuh tepuk tangan yang saling bersahutan. 

Karir modelling Rossie menjadi cukup bersinar. Walaupun belum setenar Gigi Hadid maupun Cara Delevingne, tetapi ia sudah mendapatkan beberapa kontrak dari dua brand terkenal. Rossie menarik kedua sudut bibirnya dan menghaturkan senyuman yang merekah. Ia melenggang menuju backstage dan mengakhiri pagelaran busana kali ini dengan sempurna. 

BRUKKK!!!

Rossie melempar ponselnya kasar, dengan raut wajah yang terlihat masam. Beberapa menit yang lalu semua tampak biasa-biasa saja, Rossie masih tertawa ha ha hi hi bersama rekan setim-nya. Sampai ia membaca pesan singkat yang dikirimkan ke nomornya. Ya, siapa lagi kalau bukan kekasih gilanya. Bukannya membaik, tetapi sikap Edric semakin parah. Bahkan ia harus melaporkan setiap kegiatannya pada Edric. 

"So Disgusting!" teriak Rossie. Ia sudah tidak tahan dengan sikap Edric, rasanya ingin berlari dan menghindar dari pria itu. Namun, bertahan bersama Edric adalah pilihan yang diambilnya enam bulan yang lalu. Ia masih terlalu takut untuk kehilangan semua guyuran kemewahan dari Edric. 

***

Chan melirik arloji yang melilit tangan, sambil mengamati beberapa supercar yang berjejer rapi di depan Club. Suara gahar Buggati Chiron, Lamborghini Aventador mengaung bersahutan memenuhi jalanan. Beverly Hills memang gudangnya orang kaya, banyak bintang Hollywood yang menetap disana. 

"Chan, sudah lama di sini?” tanya Thomas berlari kecil menghampiri Chan. 

“Sangat lama. Kebiasaan leletmu susah sekali dihilangkan,” kesal Chan sambil merangkul pundak sepupunya itu. 

Untuk menghilangkan penat karena pekerjaan di kantor, Chan cukup sering menghabiskan waktu di tempat tersebut selama satu bulan tinggal di Beverly Hills. Suara musik yang memekkan telinga dengan tegukan beberapa tequila akan sedikit mengurai beban berat sebagai CEO di perusahaan yang berpusat di California. Kali ini Chan akan membuka perusahaan baru di Beverly Hills. Ingin semuanya berjalan sesuai rencana, maka ia memilih untuk tinggal di kota itu sementara waktu.  

Baru saja duduk di kursi bulat tanpa sandaran, Chan sudah menghabiskan tiga sloki tequila. Hal itu membuat Thomas tidak berhenti memberikan godaan kepada sang sepupu. 

“Sedang pusing?” tanya Thomas sambil menelan tegukan pertama minumannya. 

“Seperti biasa, pekerjaan kantor tidak ada habisnya,” jawab Chan sambil mengedarkan kedua mata berkeliling. Alunan musik keras membuat beberapa orang menggoyangkan tubuh di lantai dansa.

“Perusahaan ayahmu berjalan dengan sangat baik. Aku rasa Paman Hwang akan sangat bangga kepadamu,” tutur Thomas. Well, sepeninggal sang ayah, Chan adalah satu-satunya penerus perusahaan Hwang. Pria berdarah campuran itu merupakan putra tunggal dari perusahaan yang menawarkan beberapa perhiasan elegan dan berkualitas tinggi—Hwang Jewelry.

Ia kembali meneguk sloki keempat, hingga kedua pupil miliknya membesar ketika menangkap sosok wanita yang selama ini masih memenuhi benak. 

“Chan! Mau kemana?” Panggilan Thomas yang terabaikan. 

    Seperti dituntun, Chan terus berjalan menghampiri wanita yang sedang asyik menggoyangkan tubuhnya di lantai dansa. Wanita dengan rambut blonde yang dibiarkan terurai tersebut tersenyum ketika melihat Chan. Nampaknya sebagian kesadaran sudah lolos dari diri wanita tersebut. 

    “Ro-Rossie?” panggil Chan memastikan. Ia yakin sekali bahwa wanita itu adalah Rossie yang sempat dikenal olehnya. Mantan kekasih yang lima tahun lalu tiba-tiba memutuskan hubungan keduanya tanpa sebab. Kemudian hilang seperti tertelan bumi. 

    Senyuman Chan semakin merekah ketika melihat wajah wanita itu secara jelas. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan mantan terindahnya. 

    Tiba-tiba Rossie mengalungkan kedua tangannya pada pundak Chan. Kepala wanita itu terasa berat. Entah apa yang mendorong diri Rossie untuk merapatkan tubuh dan memberikan kecupan pada bibir Chan. Kecupan yang cukup lama dan menantang. 

Chan yang mendapatkan serangan tiba-tiba tersebut, tentu saja terkejut. Namun, ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Rindu yang selama ini memenuhi relung hati tidak bisa dibendung lagi. Bagi Chan, tidak ada wanita yang bisa menggantikan sosok Rossie dalam hidupnya. Wanita itu masih sama seperti dulu, mampu menghidupkan rasa panas dalam tubuh. 

“Aku menyewa room, maukah kamu menemaniku malam ini?” bisik Rossie di salah satu telinga Chan. Di mana membuat bulu kuduk pria itu meremang. 

    Seperti dibimbing, Chan menurut saja. Melihat Rossie yang berjalan sempoyongan membuat Chan langsung membopong tubuh sintal wanita itu, dan membawanya masuk ke dalam kamar. 

    Rossie yang sudah dikuasai oleh alkohol, tidak bisa menahan diri lagi. Ditariknya tubuh Chan mendekat, ketika Chan baru saja menjatuhkan Rossie di atas ranjang. 

    Demi Tuhan, ini adalah godaan yang tidak bisa ditolak oleh pria yang memiliki nama lengkap Hwang Chaniago itu. Bibir ranum warna merah menyala seakan menantang Chan. Tatapan Rossie yang seakan menuntut lebih, membuat bagian dari dirinya memberontak. 

    Akhinya, Chan tidak kuasa lagi. Ia memberikan kecupan rakus untuk Rossie yang dibalas dengan senang hati. Wanita itu terus mengerang nikmat ketika lidah Chan bermain di sana. 

    Gerakan tangan Chan dengan cepat meloloskan helaian kain yang membungkus tubuh Rossie. Sekarang, wanita itu terlihat lebih menggoda tanpa sehelai kain yang menutupi tubuhnya. 

    Rossie mengerang, ketika penyatuan keduanya berlangsung. Dengan perlahan, Chan memompa tubuhnya dan membuat Rossie semakin menikmati permainan ini. Kedua kaki Rossie melingkari pinggang Chan, seolah tidak ingin mengakhiri kenikmatan yang disuguhkan. 

    Ini terasa lebih hangat dan berbeda dari penyatuan yang biasa ia lakukan bersama Edric. Tatapan dari pria yang Rossie tidak yakin siapa namanya seperti memberikan sengatan kasih. Seperti rasa cinta yang tercurah begitu dahsyat. 

TO BE CONTINUED....

Related chapters

  • Takdir Jodohku   DOBBY

    "Semuanya serba tiba-tiba dan tak terprediksi, memangnya siapa yang bisa memprediksi takdir?" Kring...kring...kring... Rossie memicingkan matanya dan mendapati nama Edric tercetak di layar ponsel. [“Babe, kamu masih tidur?]” “ Ehm, iya ada apa Edric? Kapan kamu pulang dari Yunani?” tanya Rossie sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang terkspos. [“Sore ini, aku akan kembali. Persiapkan dirimu. Baiklah, aku tutup dulu ya. I love you.”] Panggilan keduanya terputus, Edric yang melakukan. Tubuh Rossie

    Last Updated : 2021-10-04
  • Takdir Jodohku   The Wedding

    “Apakah arti dari sebuah pertemuan ulang? Apakah ini sebuah kesempatan untuk memperbaiki semuanya?”"Sial mengganggu saja!" umpat Edric yang sesenti lagi bisa meraup bibir mungil Rossie. Tangan kekarnya merogoh ponsel yang tertaut di saku celana dan menerima panggilan itu.Rossie mengembuskan napas lega. Siapapun yang menghubungi Edric, ia sungguh berterima kasih. Sedari tadi pria itu tidak membiarkan Rossie untuk menyampaikan maksudnya."Babe, aku harus terbang ke Vegas sekarang. Lagi ada masalah di Delight Demon. Lusa kita akan bertemu, kenakan gaun yang nanti akan kukirimkan, bersiaplah untuk memuaskanku," ucapnya sambil melepaskan kecupan tipis di bibir Rossie."Edric tapi ada yang---." Pria itu tidak menghiraukan ucapan

    Last Updated : 2021-10-04
  • Takdir Jodohku   LEAVE ME ALONE

    “Bisakah aku mengendalikan kehidupanku sendiri? Ini hidupku, dan hanya diriku yang berhak atas itu.” Kris menikmati potongan croissant yang mengkilap karena olesan butter. Netranya menatap ke arah sang putra yang sedang mengelus lembut buntalan hitam dipangkuannya, Toby. Satu-satunya makhluk hidup yang sangat manja apabila bersama Chan. Terlebih ketika majikannya itu selesai memberikan vaksin. Seperti yang baru saja ia lakukan, memberikan obat cacing pada Toby. Anjing poodle yang sudah berusia 6 bulan memang sebaiknya diberikan obat cacing untuk ketahanan tubuh, khususnya sistem pencernaan. "Chan," panggil Kris hati-hati. "Mommy

    Last Updated : 2021-10-04
  • Takdir Jodohku   Hwang Jewelry

    "Hanya dia yang aku punya di dunia ini. Akan kubuat jutaan senyum terukir di wajahnya."Mr. Ramos mengalami peningkatan gula darah hingga 350 mg/dL. Hal itu yang menyebabkan beliau mengalami pengurangan kesadaran. Selama ini pasien tidak melakukan pengobatan rutin. Kalau dibiarkan begini terus, tentu akan berakibat fatal.Kata-kata itu terngiang di kedua telinga Rossie. Kenapa ayahnya harus berbohong? Selama ini Alexander selalu bilang kalau rutin melakukan check up. Tetapi nyatanya tidak, sekarang Rossie harus melihat sang ayah terbaring di bed pesakitan.Rossie menggenggam tangan Alexander yang masih terlelap. Ia berusaha membuat matanya tetap terjaga. Dua belas jam perjalanan udara membuat tubuhn

    Last Updated : 2021-11-02
  • Takdir Jodohku   Bekerja dengan mantan

    "Hugo, jaga Daddy yah-" "Rossie, Daddy udah seperti baby saja ya. Sampai kamu harus menitipkan kepada Hugo seperti itu." Alexander terkekeh ketika mendengar percakapan Rossie dan Hugo di kursi yang tidak jauh dari ranjangnya. "Itu karena Daddy suka berbohong sama Rossie," ujar Rossie. Kemudian tatapannya beralih kepada Hugo. "Hugo, please perhatikan Daddy,

    Last Updated : 2021-11-06
  • Takdir Jodohku   Hukuman dari Edric

    Menyadari tatapan dari Rossie, Chan meluruskan posisi tubuh. "Apa yang kamu lihat?" "No-nothing, anyway thanks." Rossie meneguk ludah sembari merapikan letak pakaiannya. Tanpa menjawab Chan langsung berlalu begitu saja. Namun, langkahnya terhenti oleh ucapan dari sang mantan kekasih. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Ma-maksudku sebelum pertemuanku dengan Mamamu dan Granny?" Chan menoleh dan memeta tubuh Rossie dari ujung kaki hingga puncak kepala. "Iya, kita pernah bertemu sebelumnya di klub, saat kamu mabuk." Kembali menelan saliva ketika mendengar jawaban dari Chan. Rossie mulai mengingat serpi

    Last Updated : 2021-11-09
  • Takdir Jodohku   Kabur Sementara

    Catherine mencuri dengar percakapan Rossie. “Who?”Pandangan Rossie tertuju kepada Catherine dan menjawab, “Mom Kris, Mamanya Chan.”“Chan? Chan Who?” Catherine mengerutkan kening dan mencoba mengingat nama yang terdengar tidak asing di telinga. “Wait, jangan bilang Chan mantan kamu?” tambahnya.Menaikkan kedua bahu sambil bangkit dari duduknya. Rossie meraih jar yang berisi jus segar dan menuangkannya ke gelas panjang. Ia tidak memberikan jawaban kepada sang sahabat.“Are you serious?

    Last Updated : 2021-11-12
  • Takdir Jodohku   Tawaran dari Kris

    Mendorong tubuh Chan agar menjauh, Rossie menghela napas sebelum memulai ucapan. "Karena memang hubungan kita harus berakhir seperti itu." Chan masih menatap Rossie lurus-lurus, fokusnya tertarik pada warna merah di sudut bibir wanita tersebut. "Kau terluka?" Pertanyaan dari Chan diabaikan begitu saja. Kemudian Rossie berjalan melewati Chan begitu saja. Hingga langkahnya terhenti karena ucapan Chan yang tiba-tiba. "Jadi begitu?" Chan terkekeh. "Kau membuangku seperti sampah yang sudah tidak ada artinya." Rossie menoleh dengan tatapan dingin. "Apa kau masih mencintaiku?"

    Last Updated : 2021-11-14

Latest chapter

  • Takdir Jodohku   Akhir bahagia

    "Kenapa kau tidak merasakan betapa besarnya cintaku untukmu? Aku sangat mencintaimu, sangat, sangat, sangat dan tidak bisa diukur lagi. Bahkan seisi dunia tidak bisa menakar rasa cintaku. Aku mencintaimu, sangat." Serentetan kalimat yang diucapkan oleh Chan baru saja membuat jantung Rossie berdebar dengan sangat kencang. Sentuhan jemarinya yang perlahan menelusup ke dalam balik gaun tidur, membuat kedua mata Rossie memejam perlahan. Lembut bibir Chan pun ikut menyentuh bibirnya. Pelan dan menuntut. Dingin dan basah. Dengan intens, Chan memberikan kecupan penuh hisapan. Rossie mulai larut dalam permainan lidah suaminya yang selalu ahli. Meraih tengkuk pria itu ke posisi yang lebih nyaman. Beberapa saat kemudian napas keduanya terengah. Chan menghentikan ciumannya dan terkejut ketika ketahuan sedang mengatur napas sebab kelelahan. Mereka terkekeh. Memajukan kepala di salah satu telinga Rossie dan berbisik sangat lirih. "Rossie, kau sangat seksi malam ini. Bisakah kita melakukannya

  • Takdir Jodohku   Hidden Part (Part 2)

    "Ketika sang takdir sering mempertemukan kita, apa yang akan terjadi selanjutnya?""Stop!" titah Rossie, membuat Chan menghentikkan laju mobilnya.Lobby apartment Rossie masih jauh berada di depan, sekitar 80 meter. Kedua manik mata Rossie menelisik ke depan, melihat Edric yang sedang berdiri di depan lobby sambil berbicara pada ponselnya."Aku turun sini aja, thanks ya." Rossie bersiap untuk membuka pintu mobil Chan, tetapi tangannya dicekal oleh lengan kukuh pria itu. Chan menatap lekat-lekat Rossie, sangat dekat bahkan ia bisa melihat pantulan dirinya di mata Rossie.Chan merasa tidak salah, wanita yang sempat ia temui beberapa hari yang lalu adalah Rossie. "Who are you?" Bibir Chan bergumam perlahan. Membuat Rossie tersentak.Chan dan Rossie sesaat saling melempar tatap. Hening. Sampai pada akhirnya Rossie melepaskan cekalan tangan Chan dan berkata, "I'am Rossie, Rossie."Rossie membuka pintu mobil Chan dan segera turun. Ia berjalan perlahan menghampiri Edric yang masih belum sada

  • Takdir Jodohku   Hidden Chapter (Part 1)

    Dua tahun yang lalu …."Tutup kedua matamu dan rasakan kehadiranku, karena kau tidak butuh sebuah tatapan untuk mengenaliku."Chan meregangkan otot leher, menggerakkannya ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya terasa sedikit pegal. Alih-alih untuk berolahraga, untuk sekedar tidur cukup waktu saja, sudah bagus untuknya. Setiap malam ia begadang untuk mempelajari beberapa dokumen penting Saint Hills Hospital. Kalau saja tidak teringat amanah sang Ayah, mungkin ia sudah meminta manager lain untuk menanganinya. Yah, ia harus bertanggung jawab dengan keputusan yang ia pilih.Kaki jenjang Chan menapaki lantai yang merupakan perpaduan dari kayu dan marmer. Rumah dengan interior desain yang disesuaikan dengan seleranya itu, terlihat sangat elegant. Di beberapa sudut ruangan terdapat perabotan yang terkesan classy. Sementara untuk warna ruangannya, ia lebih memilih warna krem dominan.Dibukanya gorden emboss velvet warna hijau, kemudian membuka pintu kaca yang menghubungkannya ke balkon kamar. Chan me

  • Takdir Jodohku   Masih belum berakhir

    Suara raungan mobil sport menyeruak di dalam gedung yang sudah di desain untuk balapan itu. Kelima laju mobil itu saling salip dan mendahului. Rossie tersenyum tipis ketika mobil warna biru tua menyalipnya. "Well, let's see," ucap Rossie sambil menginjak gas dalam dan menambah kecepatan. Kemahiran Rossie dalam mengemudi memang tidak bisa diragukan. Hobi barunya melakukan balapan bersama rekan sesama modelnya membuat rasa lelah menguar begitu saja. Garis akhir semakin terlihat di depan, Rossie menaikkan salah satu sudut bibir. Ia merasa kemenangan semakin dekat. Namun, mobil centil warna hot pink mendahuluinya dan menjadi pemenang balapan kali ini. "Ash, sial," kesal Rossie. "Yippi!" Catherine memekik bahagia. Wanita itu keluar dari mobil disusul Jennie, Lisa, dan Jiso keluar dari mobil masing-masing. "Congratulation, Cath!" pekik Rossie sambil keluar dari mobilnya. "Okay, girls. Karena aku memang hari ini, so … party malam ini aku yang traktir!" Begitulah cara mereka merayakan

  • Takdir Jodohku   Menuju Akhir

    DOORRR!!!"Clara…" Kedua mata Rossie membulat sempurna ketika darah segar mengucur dari dada kiri pria itu. Pistol revolver yang masih mengepulkan asap terjulur tepat di sisi Rossie. Hal itu sontak membuat Rossie mengarahkan pandangan kepada si penembak. "Am-Amber?" ucap Catherine dengan kedua tangan yang menutup sebagian wajah. Ia mengintip dari sela-sela jemarinya yang merenggang. Rahang Amber bergetar, diikuti tangannya yang masih menodongkan pistol. Tanpa pikir panjang, Amber mengeluarkan senjata yang berada di balik bajunya. Kedua lutut Amber melemas, kemudian membuat tubuhnya terjatuh. Rossie yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi melihat Amber dan Clara secara bergantian. Tangan Amber memegang dada kirinya yang terus mengucurkan darah. Rossie yang sedari tadi bergeming, tiba-tiba merobek bagian bawah gaunnya dan berlari menuju kepada Amber. Ia menyumpalkan robekan tersebut pada luka tembak yang menganga. "Amber." Menekan dengan kuat dada kiri Edric agar darahnya

  • Takdir Jodohku   Belum berakhir

    Melihat raut wajah Rossie yang ketakutan, Clara berusaha memberikan usapan lembut pada wajah wanita itu. Ia menyelipkan beberapa helai rambut di belakang telinga Rossie. "Kenapa kau takut? Bukankah harusnya kau senang karena sudah mengingat cinta Tuan Edric yang sebesar cinta kepada ibunya?”Keheningan menyelimuti keduanya. Rossie tidak mengucapkan sepatah kata pun. Begitu pula dengan Clara yang tiba-tiba ikut bergeming. Pandangannya tertuju kepada Rossie, tetapi kosong. Memori lama dalam benak Clara kembali berputar. Memainkan adegan masa lampaunya bersama sang ibu. "Edric...Mommy akan bekerja. Kamu cepatlah istirahat dan naik ke loteng." titah Carissa sembari memasangkan kaitan teratas gaun seksinya. "Tapi, Mom. Aku masih ingin main," tolak Edric kecil yang masih asyik bermain dengan mobil-mobilannya. Dengan tatapan tajam yang mengintimidasi, Carissa segera menghampiri Edric. Dipegangnya rahang Edric dengan cengkeraman yang kuat. "Edric! Listen to me! Jangan membangkang, kamu

  • Takdir Jodohku   Ingatan tentang Edric

    "Rossie?" Amber mengucapkan nama itu kembali. Wanita yang sempat dikhianati oleh Amber itu, ternyata justru diam-diam membantu dirinya. Dilebarkannya langkah kaki Amber menuju ke mobil. Berulang kali ia mencoba menghubungi Rossie namun tidak tersambung.Amber merasa menjadi manusia yang tidak tahu rasa terima kasih. Selama ini, Rossie selalu membantunya. Mulai dari masuk ke dunia modelling, hingga membantu biaya operasi sang ibu. "Rossie, tolong angkat. Sungguh aku minta maaf," gumam Amber terus mencoba menghubungi Rossie. Teringat perkataan terakhirnya kepada Edric membuat Amber langsung menginjak rem mobil dan menepi. "Shittt!" Amber menyugar rambut ketika menyadari kebodohannya. Secara tidak langsung, ia membukakan pintu penderitaan untuk Rossie. "Apa yang sudah aku lakukan? Amber! Kau sungguh bodoh!" kata Amber yang sekarang mencoba mengetikkan nomor Catherine. Tidak cukup lama ia menunggu. Nada sambung berganti pada suara Catherine. Kali ini bukan suara ramah seorang kawan

  • Takdir Jodohku   Masa lalu Rossie

    Tetesan darah mengalir perlahan dari salah satu pelipis, dengan mata yang menutup sebagian karena lebam. Tatapan tanpa ketakutan terpancar jelas pada sepasang iris gelap milik Chan. Ia bisa melihat dengan jelas rupa Clara, tangan kanan ibu dari pria yang selama ini sudah menghisap kebahagiaan Rossie. Mengepal kuat dan ingin sekali memberikan hantaman. Sayang, kedua tangannya terikat kuat oleh tali temali. Clara menaikkan salah satu sudut bibirnya, "Kau telah membunuh Tuanku. Seharusnya kau tidak pernah muncul di hubungan mereka." Sambil menahan rasa perih di sudut bibirnya yang terluka, Chan terkekeh. "Membunuh? Edric mati karena ulahnya sendiri. Gelak tawa Clara menggema di ruangan kosong yang hanya ada satu kursi yang ditempati oleh Chan. "Kalau begitu, kau juga harus mati. Karena tidak ada yang bisa memiliki Rossie selain Tuan Edric.!" "Aku tidak bermaksud untuk memiliki Rossie. Aku hanya ingin membahagiakannya. Karena aku sangat mencintainya!" ungkap Chan dengan lugas. Mend

  • Takdir Jodohku   Penculikan Chan

    Amber melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata. Kurang lebih 30 menit, ia tiba di sebuah rumah sakit terdekat di Beverly Hills. Langkah kaki Amber lebar dan menuju lantai tiga, tempat di mana sang ibu dirawat. Ibunya harus segera melakukan operasi karena penyakit yang diderita. Itulah sebabnya Amber berusaha keras untuk mengumpulkan uang. "Permisi, saya mau melakukan pembayaran untuk pasien atas nama Summer Delacour," ucapnya pada salah satu petugas administrasi. "Baik ditunggu sebentar." Petugas itu terlihat mencari nama pasien di layar monitor dengan tangan yang sesekali menjetik pada mouse, "atas nama Summer Delacour?" tanyanya memastikan. "Yes, my mom." Amber menjawab tegas. "Atas nama Summer Delacour sudah dilakukan pembayaran dua hari yang lalu," jelas petugas tersebut yang kontan membuat Amber teeperanjat. Ia hanya hidup bersama sang ibu. Tidak ada saudara yang peduli atau bahkan rela membayar biaya rumah sakit dengan nominal besar. "Tidak mungkin. Pasti anda salah, sia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status