Beranda / Romansa / Takdir Jodohku / Bekerja dengan mantan

Share

Bekerja dengan mantan

Penulis: LoVelly09
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-06 14:13:03

"Hugo, jaga Daddy yah-" 

"Rossie, Daddy udah seperti baby saja ya. Sampai kamu harus menitipkan kepada Hugo seperti itu." Alexander terkekeh ketika mendengar percakapan Rossie dan Hugo di kursi yang tidak jauh dari ranjangnya. 

"Itu karena Daddy suka berbohong sama Rossie," ujar Rossie. Kemudian tatapannya beralih kepada Hugo. "Hugo, please perhatikan Daddy, jangan hanya bersenang-senang saja." 

Hugo mengernyitkan dahinya kemudian mencubit hidung Rossie dengan keras. "Aku juga menjaga Daddy! Jangan asal ya." 

"Sakit!" pekik Rossie sambil mengelus pipinya. 

Melihat kedua anaknya bertengkar kecil, Alexander terkekeh. Ia seperti melihat adegan beberapa puluh tahun yang lalu. Terkadang rindu akan kebersamaan yang dihabiskan bertiga. Waktu yang sekarang terasa langka. Well, itu karena kesibukan Rossie sebagai model dan Hugo yang sedang merintis perusahaan baru mereka. 

"Rossie." Suara bariton Edric terdengar muncul dari balik pintu. 

Wanita berambut blonde itu mendengkus kesal ketika melihat presensi Edric, teringat bagaimana cara pria itu bercumbu dengan seorang jalang di klub malam. 

"Edric, kamu sudah datang?" Alexander menoleh ke arah Edric sembari menyunggingkan senyuman. 

"Yes, Dad. Daddy gimana keadaannya? Sudah membaik?" tanya Edric sambil berjalan mendekat. 

"Sudah lebih baik," jawab Alexander singkat. 

Rossie melipat kedua tangannya di depan dada. Ekspresi kesal yang tersirat di wajah tidak bisa ditutupi dari pandangan Hugo. 

"Are you okay?" tanya Hugo berbisik. "Kamu sedang marahan sama Edric?" 

"Bukan urusan kamu Hugo." Rossie beranjak dari tempatnya berpijak dan mendekati Alexander. "Daddy, Rossie balik Beverly dulu ya." 

Alexander mengangguk dan memberikan pelukan perpisahan kepada Rossie. "Take care, Honey."

Tanpa memperdulikan Edric, Rossie melenggang berjalan menuju keluar ruangan. Di mana tidak lama kemudian suara sepatu yang beradu dengan lantai mendekati Rossie dengan langkah terburu-buru. 

"Babe!" panggil Edric. 

Rossie terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan dari Edric. Hingga tangannya ditarik oleh tangan Edric kuat-kuat. 

"Tunggu," seru Edric. 

Rossie berusaha melepaskan cekalan tangan dari Edric dan berteriak, "Edric lepasin! Sakit!" 

“Aku minta maaf soal kejadian kemarin, really sorry. Aku sama sekali tidak ada hubungan dengan jalang itu, aku hanya bermain-main saja. Trust me.” Edric melepaskan genggamannya sembari memberikan penjelasan kepada Rossie. 

“Main-main?” Rossie menghela napas kasar. Bagaimana bisa Edric main-main dengan mencium wanita lain. Permainan macam apa itu?

“Aku janji, nggak akan ulangi perbuatan itu lagi. Promise, please Babe maafin aku.” Meraih kembali kedua tangan Rossie dan menggenggamnya erat. Kedua mata Edric menyorot lurus-lurus ke arah Rossie. 

Rossie yang masih bergeming langsung ditarik ke dalam pelukan Edric begitu saja. Lengan kukuh Edric mengusap lembut kepala Rossie dan berbisik lirih, “Maafkan aku, janji tidak akan terulang lagi. Really sorry, Babe.” 

Entah mengapa lidah Rossie seperti kaku apabila di depan Edric, bukankah seharusnya ini adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri hubungan? Ah, entahlah. 

Masih dengan wajah yang kesal, Rossie mengikuti langkah Edric menuju ke dalam mobil. Mereka harus bergegas kembali ke Beverly Hills dan menempuh perjalanan sekitar 14 jam dari Milan. Edric akan membawa Rossie terbang dengan pesawat pribadinya. Well, pria itu memang sudah terbiasa pergi kemana pun dengan pesawat atau helikopter pribadi untuk menjaga privasi sebagai pemilik kasino di beberapa negara besar. 

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Rossie membuntuti Edric dan berjalan menuju ke dalam pesawat. Ia kemudian menjatuhkan tubuh pada kursi berbahan kulit sintesis untuk meregangkan otot-otot tubuh. Setelah tiba di Beverly Hills, Rossie sudah harus melakukan pekerjaan lagi. Ia terikat kontrak dengan salah satu perusahaan perhiasan besar yang berdomisili di California. Perusahaan tersebut membuat kantor baru di Beverly Hills untuk memperbesar jangkauan bisnisnya. 

Rossie merebahkan punggung pada sandaran kursi. Sementara Edric yang duduk di kursi yang lain tengah sibuk dengan tabletnya. Well, pria dengan brewok tipis itu sibuk berkutat dengan bisnis yang akhir-akhir ini mengalami masalah. 

Kedua mata Rossie tertarik pada beberapa majalah yang tergeletak di meja depannya. Ia menarik satu majalah yang berada di tengah dan mendapati potret Chan tercetak di sampul.

Salah satu alis Rossie terangkat ketika membaca judul di sampul tersebut. 

'Pewaris tunggal Hwang Jewelry terus membuat inovasi baru dan berambisi untuk memperbesar bisnisnya.' 

Rossie membaca kalimat demi kalimat yang menuliskan kehebatan Chan dalam berbisnis. Ia tidak menyangka jika mantan kekasihnya itu sekarang sudah menjadi CEO sekaligus pewaris tunggal perusahaan perhiasan terkenal milik keluarganya. Seingat Rossie, Chan sejak dulu tidak mau menangani bisnis keluarga. Well, ternyata pikiran Chan sekarang sudah berubah. 

"Jadi, aku akan bekerja sama dengan Chan? Aku pikir bisnis itu akan diserahka kepada orang lain." Rossie bergumam lirih. 

Ah, lagipula Rossie hanya akan menjadi talent model di photoshoot produk baru Hwang Jewelry, bukan sebagai brand ambassador. Sehingga sudah dipastikan tidak akan bisa bertemu dengan Chan. Well, masa lalu biarlah menjadi masa lalu. 

Setelah membaca artikel mengenai Chan, Rossie terlelap hingga tanpa sadar sudah tiba di Beverly Hills. Anakan rambut yang tumbuh di sekitar bibir Edric terasa menusuk kulit Rossie ketika kekasihnya itu menjatuhkan kecupan di sana. 

Rossie membuka kedua mata perlahan dan mendapati wajah Edric tersenyum lebar di depannya. “Welcome.”

“Sudah sampai?”Rossie menggeliat pelan dan tiba-tiba tubuhnya digendong ala bridal oleh Edric. “Edric! Apa yang kamu lakukan?” pekiknya. 

“Membawamu ke dalam mobil,” ucap Edric santai. 

Seorang anak buah Edric membukakan pintu mobil untuk sang tuan. Edric pun segera menjatuhkan tubuh Rossie di kursi penumpang. 

Pukulan kecil dijatuhkan oleh Rossie di bahu Edric. Pria itu terkadang memang bisa bersikap sangat manis, tetapi tidak jangan bersikap menyebalkan. 

Tanpa memprotes tindakan Rossie, Edric memajukan tubuhnya dan memberikan kecupan dalam di bibir Rossie. Awalnya Rossie mengelak, tetapi tangan Edric merengkuh tengkuk dan menahan kepala Rossie agar tidak menghindar. Hisapan dalam dari bibir Edric tidak bisa terelakkan lagi, diikuti lidah pria tersebut yang berselancar di dalam mulut Rossie. 

“Aku sangat merindukanmu,” ucap Edric di sela-sela kecupannya. 

Perlahan, Rossie mendorong tubuh Edric dan menghentikan ciuman panas tersebut. Ia juga membenarkan letak kausnya yang naik karena ulah Edric. “Aku harus bekerja setelah ini.”

“Sebenarnya kamu tidak perlu bekerja, apakah aku kurang mencukupi semua kebutuhanmu?” tanya Edric.

“Aku harus bekerja, kamu tahu ‘kan fashion show is my life,” jawab Rossie. 

Edric tidak membantah. Ia meraih ponsel Rossie dan memeriksa sambungan GPS di dalamnya. Well, Edric selalu memantau kegiatan Rossie melalui ponselnya. Ia bisa mengetahui kemana Rossie menghabiskan waktu seharian. Apakah benar bekerja atau pergi ke suatu tempat. Bahkan, Edric mengetahui siapa orang yang bersama dengan sang kekasih. Pria itu meminta salah satu anak buahnya untuk mengamati Rossie. Sehingga saat bisnis Edric mengalami masalah, Rossie merasa mendapatkan udara segar. Karena seluruh anak buah Edric ikut bersama sang tuan. 

“Ah...andaikan aku bisa mendapatkan kebebasan lagi sebentar lagi,” batin Rossie sambil melirik pada Edric yang tengah memperbarui sambungan GPS pada ponsel Rossie. 

“Ini.” Edric mengembalikan ponsel Rossie. “Sekarang kita mulai dari awal lagi, ya. Aku tidak akan mengulangi perbuatan kemarin. Kamu juga tidak boleh berhubungan dengan pria manapun selain aku.” 

Rossie menyeringai. “Well, selama ini bukankah kamu selalu menaruh anak buah untuk mengawasiku diam-diam? Apakah aku terlihat macam-macam?” 

“Tidak, kamu adalah wanita yang sangat setia,” ucap Edric kembali memberikan kecupan di puncak kepala Rossie. 

“Untuk itu, bisakah kamu berhenti memata-mataiku, Edric? Bukankah hubungan itu harus ada rasa saling percaya?” ujar Rossie. “Aku akan memaafkanmu, tetapi dengan satu syarat.”

Edric melirik ke arah Rossie dan menunggu ucapan selanjutnya dari bibir ranum milik sang kekasih. 

“Berhenti meminta anak buahmu untuk mengikutiku. Aku juga butuh privasi dengan teman-temanku Edric. Lagipula kamu juga sudah mengenal circle persahabatanku, aku selalu pergi bersama Catherine dan Amber,” tandas Rossie. 

“Baiklah,” jawab Edric pasrah. 

***

Rossie berjalan terburu-buru menuju ke ruang pemotretan. Namun, langkahnya terhenti ketika tersadar jika belum berganti baju sejak berangkat dari Milan. Ia pun mengendus kedua bagian ketiak yang tidak menguarkan aroma asam. Well, Rossie bukanlah wanita yang mempunyai masalah pada bau badan. Meskipun begitu, ia berniat untuk berganti pakaian agar tetap terasa nyaman. 

Kedua mata Rossie berkeliling ke sekitar, kemudian menemukan sebuah ruangan pemotretan lainnya yang kosong. Ia pun berjalan menuju ke salah satu ruang ganti dan mengeluarkan satu stel baju dari dalam tas. 

Setelah melepaskan pakaian, Rossie berusaha meraih zipper yang berada di bagian belakang tubuhnya namun ternyata tersangkut. 

“Ah, Sial!” pekik Rossie kesal. Ia kemudian keluar dari ruang ganti dan mencari cermin yang biasanya terpasang di luar ruang ganti. Benar saja, ada sebuah cermin besar yang dipersiapkan untuk para model sebelum memulai pemotretan. 

Dengan susah payah Rossie melirik pantulan tubuh bagian belakangnya sembari menarik zipper yang masih sukar untuk digerakkan. “Ah ternyata susah.”

Menghentikkan sebentar usahanya, kemudian menyugar rambut yang dibiarkan terurai agar tidak menghalangi. Namun, tiba-tiba sepasang tangan menyentuh bagian punggung Rossie yang terekspos dan meloloskan zipper yang sempat tersangkut. 

“Thanks-” Ucapan Rossie terhenti ketika melihat pantulan seorang pria dari cermin. “Chan?” 

TO BE CONTINUED….

Bab terkait

  • Takdir Jodohku   Hukuman dari Edric

    Menyadari tatapan dari Rossie, Chan meluruskan posisi tubuh. "Apa yang kamu lihat?" "No-nothing, anyway thanks." Rossie meneguk ludah sembari merapikan letak pakaiannya. Tanpa menjawab Chan langsung berlalu begitu saja. Namun, langkahnya terhenti oleh ucapan dari sang mantan kekasih. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Ma-maksudku sebelum pertemuanku dengan Mamamu dan Granny?" Chan menoleh dan memeta tubuh Rossie dari ujung kaki hingga puncak kepala. "Iya, kita pernah bertemu sebelumnya di klub, saat kamu mabuk." Kembali menelan saliva ketika mendengar jawaban dari Chan. Rossie mulai mengingat serpi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Takdir Jodohku   Kabur Sementara

    Catherine mencuri dengar percakapan Rossie. “Who?”Pandangan Rossie tertuju kepada Catherine dan menjawab, “Mom Kris, Mamanya Chan.”“Chan? Chan Who?” Catherine mengerutkan kening dan mencoba mengingat nama yang terdengar tidak asing di telinga. “Wait, jangan bilang Chan mantan kamu?” tambahnya.Menaikkan kedua bahu sambil bangkit dari duduknya. Rossie meraih jar yang berisi jus segar dan menuangkannya ke gelas panjang. Ia tidak memberikan jawaban kepada sang sahabat.“Are you serious?

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Takdir Jodohku   Tawaran dari Kris

    Mendorong tubuh Chan agar menjauh, Rossie menghela napas sebelum memulai ucapan. "Karena memang hubungan kita harus berakhir seperti itu." Chan masih menatap Rossie lurus-lurus, fokusnya tertarik pada warna merah di sudut bibir wanita tersebut. "Kau terluka?" Pertanyaan dari Chan diabaikan begitu saja. Kemudian Rossie berjalan melewati Chan begitu saja. Hingga langkahnya terhenti karena ucapan Chan yang tiba-tiba. "Jadi begitu?" Chan terkekeh. "Kau membuangku seperti sampah yang sudah tidak ada artinya." Rossie menoleh dengan tatapan dingin. "Apa kau masih mencintaiku?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-14
  • Takdir Jodohku   Wanita yang mempesona

    Lengan kukuh yang dipenuhi dengan bulu halus melingkar di pinggul Rossie. Wanita yang tadinya menatap langit malam dengan Kilauan bintang sontak terkesiap."Edric! Mengagetkan saja," ucap Rossie.Edric tertawa. "Apa yang kamu pikirkan, sampai terkejut?""Tidak ada." Menggerakkan tubuh dan berusaha terlepas dari dekapan Edric. "Aku lelah, Edric."Edric melepaskan pelukan dari tubuh Rossie. "Akan ada pesta malam ini, aku sudah siapkan gaun yang harus kamu pakai."Pandangan Rossie teralih pada gaun yang tergeletak di ranjang. Model gaun yang nyaris telanjang favorit Edric.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-14
  • Takdir Jodohku   Wanita penguji

    Tiba-tiba tubuh Chan membeku karena serangan ciuman tersebut. Ia bisa melihat kedua mata Rossie terpejam ketika memberikan kecupan dalam. Namun, saat Chan ingin membalas ciuman itu, Rossie mendorong tubuh Chan dan mengakhiri pagutan."Sial," batin Chan."Apakah ciuman tadi juga mengujimu? Apa itu yang kamu harapkan dariku?" Rossie menatap Chan lurus-lurus tanpa keraguan. "Apakah setelah ini kamu bisa membiarkanku bekerja dengan baik?""Kau menyogokku dengan ciuman?""Kau mau lebih?" tantang Rossie.Chan menyeringai sambil mengusap bibirnya yang masih basah karena ulah Rossie. Sementara wanita blonde itu mengulas senyum sembari berlalu begi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • Takdir Jodohku   Pria menyebalkan

    Rossie berjalan tertatih sambil membopong tubuh Chan. Kaki Catherine hampir terjatuh karena ikut menahan beban tubuh Chan yang tentu saja dua kali lebih berat. Keduanya kemudian melemparkan tubuh Chan di atas ranjang. Pria berlesung pipi itu terjatuh di sana tanpa sadar akibat pengaruh alkohol. “Oh my goodness, pria ini sungguh sangat berat,” ujar Catherine sembari merenggangkan otot lengannya. “Cath, seharusnya kita antar Chan ke rumah.” Rossie mengatur napasnya yang tersengal karena kelelahan. “Are you kidding me? Kau mengajakku kesini untuk bersenang-senang, dan baru saja aku datang aku harus mengantarkan pria ini ke lokasi yang jauh? Oh Rossie,” jelas C

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Takdir Jodohku   Rasa Penasaran Chan

    “Sial, ini pasti ulah si Dobby.” Rossie mendengkus kesal.Mendengar desisan Rossie, Amber melemparkan tatap dengan rasa ingin tahu yang tinggi. “Chan? Siapa Chan?”“Bukan orang penting,” jawab Rossie sekenanya. Ia lalu melipat ponsel dan memasukkannya ke dalam tas tangan. “I’m done.”“Mau pergi kemana?” tanya Amber.“Pulang, aku besok ada photoshoot,” jelas Rossie, kedua matanya melirik ke arah Catherine yang sudah tidak sadarkan diri. “Pesankan saja Catherine taksi, Amber.”“Ok

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • Takdir Jodohku   Kejailan Berujung Petaka

    Rossie berusaha keras melepaskan cekalan tangan dari Edric. Namun semakin ia memberontak cengkeraman itu semakin menguat. Dilemparkannya tubuh Rossie di sofa panjang hingga terpental. Sorot mata yang tajam layaknya elang pemangsa seperti mengunci pandangan Rossie. "Apa kau tidak memiliki telinga? Aku memintamu untuk tetap tinggal di mansion selama aku pergi. Tapi apa yang aku lihat?" geram Edric. "Kau benar-benar mau membantahku!" "Edric! Aku baru hari ini datang ke apartemen, karena ada barang yang harus aku bawa." Rossie berusaha menjelaskan. "Ada anak buahku yang bisa mengambilkannya untukmu. Apa sulitnya menurut kepadaku Rossie, apa sulitnya?" Sebuah vas bunga dibanting oleh Edric

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22

Bab terbaru

  • Takdir Jodohku   Akhir bahagia

    "Kenapa kau tidak merasakan betapa besarnya cintaku untukmu? Aku sangat mencintaimu, sangat, sangat, sangat dan tidak bisa diukur lagi. Bahkan seisi dunia tidak bisa menakar rasa cintaku. Aku mencintaimu, sangat." Serentetan kalimat yang diucapkan oleh Chan baru saja membuat jantung Rossie berdebar dengan sangat kencang. Sentuhan jemarinya yang perlahan menelusup ke dalam balik gaun tidur, membuat kedua mata Rossie memejam perlahan. Lembut bibir Chan pun ikut menyentuh bibirnya. Pelan dan menuntut. Dingin dan basah. Dengan intens, Chan memberikan kecupan penuh hisapan. Rossie mulai larut dalam permainan lidah suaminya yang selalu ahli. Meraih tengkuk pria itu ke posisi yang lebih nyaman. Beberapa saat kemudian napas keduanya terengah. Chan menghentikan ciumannya dan terkejut ketika ketahuan sedang mengatur napas sebab kelelahan. Mereka terkekeh. Memajukan kepala di salah satu telinga Rossie dan berbisik sangat lirih. "Rossie, kau sangat seksi malam ini. Bisakah kita melakukannya

  • Takdir Jodohku   Hidden Part (Part 2)

    "Ketika sang takdir sering mempertemukan kita, apa yang akan terjadi selanjutnya?""Stop!" titah Rossie, membuat Chan menghentikkan laju mobilnya.Lobby apartment Rossie masih jauh berada di depan, sekitar 80 meter. Kedua manik mata Rossie menelisik ke depan, melihat Edric yang sedang berdiri di depan lobby sambil berbicara pada ponselnya."Aku turun sini aja, thanks ya." Rossie bersiap untuk membuka pintu mobil Chan, tetapi tangannya dicekal oleh lengan kukuh pria itu. Chan menatap lekat-lekat Rossie, sangat dekat bahkan ia bisa melihat pantulan dirinya di mata Rossie.Chan merasa tidak salah, wanita yang sempat ia temui beberapa hari yang lalu adalah Rossie. "Who are you?" Bibir Chan bergumam perlahan. Membuat Rossie tersentak.Chan dan Rossie sesaat saling melempar tatap. Hening. Sampai pada akhirnya Rossie melepaskan cekalan tangan Chan dan berkata, "I'am Rossie, Rossie."Rossie membuka pintu mobil Chan dan segera turun. Ia berjalan perlahan menghampiri Edric yang masih belum sada

  • Takdir Jodohku   Hidden Chapter (Part 1)

    Dua tahun yang lalu …."Tutup kedua matamu dan rasakan kehadiranku, karena kau tidak butuh sebuah tatapan untuk mengenaliku."Chan meregangkan otot leher, menggerakkannya ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya terasa sedikit pegal. Alih-alih untuk berolahraga, untuk sekedar tidur cukup waktu saja, sudah bagus untuknya. Setiap malam ia begadang untuk mempelajari beberapa dokumen penting Saint Hills Hospital. Kalau saja tidak teringat amanah sang Ayah, mungkin ia sudah meminta manager lain untuk menanganinya. Yah, ia harus bertanggung jawab dengan keputusan yang ia pilih.Kaki jenjang Chan menapaki lantai yang merupakan perpaduan dari kayu dan marmer. Rumah dengan interior desain yang disesuaikan dengan seleranya itu, terlihat sangat elegant. Di beberapa sudut ruangan terdapat perabotan yang terkesan classy. Sementara untuk warna ruangannya, ia lebih memilih warna krem dominan.Dibukanya gorden emboss velvet warna hijau, kemudian membuka pintu kaca yang menghubungkannya ke balkon kamar. Chan me

  • Takdir Jodohku   Masih belum berakhir

    Suara raungan mobil sport menyeruak di dalam gedung yang sudah di desain untuk balapan itu. Kelima laju mobil itu saling salip dan mendahului. Rossie tersenyum tipis ketika mobil warna biru tua menyalipnya. "Well, let's see," ucap Rossie sambil menginjak gas dalam dan menambah kecepatan. Kemahiran Rossie dalam mengemudi memang tidak bisa diragukan. Hobi barunya melakukan balapan bersama rekan sesama modelnya membuat rasa lelah menguar begitu saja. Garis akhir semakin terlihat di depan, Rossie menaikkan salah satu sudut bibir. Ia merasa kemenangan semakin dekat. Namun, mobil centil warna hot pink mendahuluinya dan menjadi pemenang balapan kali ini. "Ash, sial," kesal Rossie. "Yippi!" Catherine memekik bahagia. Wanita itu keluar dari mobil disusul Jennie, Lisa, dan Jiso keluar dari mobil masing-masing. "Congratulation, Cath!" pekik Rossie sambil keluar dari mobilnya. "Okay, girls. Karena aku memang hari ini, so … party malam ini aku yang traktir!" Begitulah cara mereka merayakan

  • Takdir Jodohku   Menuju Akhir

    DOORRR!!!"Clara…" Kedua mata Rossie membulat sempurna ketika darah segar mengucur dari dada kiri pria itu. Pistol revolver yang masih mengepulkan asap terjulur tepat di sisi Rossie. Hal itu sontak membuat Rossie mengarahkan pandangan kepada si penembak. "Am-Amber?" ucap Catherine dengan kedua tangan yang menutup sebagian wajah. Ia mengintip dari sela-sela jemarinya yang merenggang. Rahang Amber bergetar, diikuti tangannya yang masih menodongkan pistol. Tanpa pikir panjang, Amber mengeluarkan senjata yang berada di balik bajunya. Kedua lutut Amber melemas, kemudian membuat tubuhnya terjatuh. Rossie yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi melihat Amber dan Clara secara bergantian. Tangan Amber memegang dada kirinya yang terus mengucurkan darah. Rossie yang sedari tadi bergeming, tiba-tiba merobek bagian bawah gaunnya dan berlari menuju kepada Amber. Ia menyumpalkan robekan tersebut pada luka tembak yang menganga. "Amber." Menekan dengan kuat dada kiri Edric agar darahnya

  • Takdir Jodohku   Belum berakhir

    Melihat raut wajah Rossie yang ketakutan, Clara berusaha memberikan usapan lembut pada wajah wanita itu. Ia menyelipkan beberapa helai rambut di belakang telinga Rossie. "Kenapa kau takut? Bukankah harusnya kau senang karena sudah mengingat cinta Tuan Edric yang sebesar cinta kepada ibunya?”Keheningan menyelimuti keduanya. Rossie tidak mengucapkan sepatah kata pun. Begitu pula dengan Clara yang tiba-tiba ikut bergeming. Pandangannya tertuju kepada Rossie, tetapi kosong. Memori lama dalam benak Clara kembali berputar. Memainkan adegan masa lampaunya bersama sang ibu. "Edric...Mommy akan bekerja. Kamu cepatlah istirahat dan naik ke loteng." titah Carissa sembari memasangkan kaitan teratas gaun seksinya. "Tapi, Mom. Aku masih ingin main," tolak Edric kecil yang masih asyik bermain dengan mobil-mobilannya. Dengan tatapan tajam yang mengintimidasi, Carissa segera menghampiri Edric. Dipegangnya rahang Edric dengan cengkeraman yang kuat. "Edric! Listen to me! Jangan membangkang, kamu

  • Takdir Jodohku   Ingatan tentang Edric

    "Rossie?" Amber mengucapkan nama itu kembali. Wanita yang sempat dikhianati oleh Amber itu, ternyata justru diam-diam membantu dirinya. Dilebarkannya langkah kaki Amber menuju ke mobil. Berulang kali ia mencoba menghubungi Rossie namun tidak tersambung.Amber merasa menjadi manusia yang tidak tahu rasa terima kasih. Selama ini, Rossie selalu membantunya. Mulai dari masuk ke dunia modelling, hingga membantu biaya operasi sang ibu. "Rossie, tolong angkat. Sungguh aku minta maaf," gumam Amber terus mencoba menghubungi Rossie. Teringat perkataan terakhirnya kepada Edric membuat Amber langsung menginjak rem mobil dan menepi. "Shittt!" Amber menyugar rambut ketika menyadari kebodohannya. Secara tidak langsung, ia membukakan pintu penderitaan untuk Rossie. "Apa yang sudah aku lakukan? Amber! Kau sungguh bodoh!" kata Amber yang sekarang mencoba mengetikkan nomor Catherine. Tidak cukup lama ia menunggu. Nada sambung berganti pada suara Catherine. Kali ini bukan suara ramah seorang kawan

  • Takdir Jodohku   Masa lalu Rossie

    Tetesan darah mengalir perlahan dari salah satu pelipis, dengan mata yang menutup sebagian karena lebam. Tatapan tanpa ketakutan terpancar jelas pada sepasang iris gelap milik Chan. Ia bisa melihat dengan jelas rupa Clara, tangan kanan ibu dari pria yang selama ini sudah menghisap kebahagiaan Rossie. Mengepal kuat dan ingin sekali memberikan hantaman. Sayang, kedua tangannya terikat kuat oleh tali temali. Clara menaikkan salah satu sudut bibirnya, "Kau telah membunuh Tuanku. Seharusnya kau tidak pernah muncul di hubungan mereka." Sambil menahan rasa perih di sudut bibirnya yang terluka, Chan terkekeh. "Membunuh? Edric mati karena ulahnya sendiri. Gelak tawa Clara menggema di ruangan kosong yang hanya ada satu kursi yang ditempati oleh Chan. "Kalau begitu, kau juga harus mati. Karena tidak ada yang bisa memiliki Rossie selain Tuan Edric.!" "Aku tidak bermaksud untuk memiliki Rossie. Aku hanya ingin membahagiakannya. Karena aku sangat mencintainya!" ungkap Chan dengan lugas. Mend

  • Takdir Jodohku   Penculikan Chan

    Amber melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata. Kurang lebih 30 menit, ia tiba di sebuah rumah sakit terdekat di Beverly Hills. Langkah kaki Amber lebar dan menuju lantai tiga, tempat di mana sang ibu dirawat. Ibunya harus segera melakukan operasi karena penyakit yang diderita. Itulah sebabnya Amber berusaha keras untuk mengumpulkan uang. "Permisi, saya mau melakukan pembayaran untuk pasien atas nama Summer Delacour," ucapnya pada salah satu petugas administrasi. "Baik ditunggu sebentar." Petugas itu terlihat mencari nama pasien di layar monitor dengan tangan yang sesekali menjetik pada mouse, "atas nama Summer Delacour?" tanyanya memastikan. "Yes, my mom." Amber menjawab tegas. "Atas nama Summer Delacour sudah dilakukan pembayaran dua hari yang lalu," jelas petugas tersebut yang kontan membuat Amber teeperanjat. Ia hanya hidup bersama sang ibu. Tidak ada saudara yang peduli atau bahkan rela membayar biaya rumah sakit dengan nominal besar. "Tidak mungkin. Pasti anda salah, sia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status