Irfan sudah kembali dari tempat Alma menginap,ada rasa lega merayapi seluruh relung hatinya.Irfan sudah berdiri di depan pintu rumahnya, dengan pelan-pelan Irfan membuka pintu dan masuk kedalam, Irfan berjalan sambil berjinjit agar derap langkah kakinya tidak terdengar oleh telinga kedua orang tuanya. Tak. Tak. Bunyi suara saklar lampu di tekan dengan keras, tiba-tiba saja seluruh ruang keluarga kediaman orang tuanya terlihat terang benderang,di sana sudah ada papa dan mamanya sedang menunggu kedatangannya dengan tatapan membunuh.'Gawat sepertinya malam ini saya akan di sidang habis habisan,mau tidak mau saya harus menceritakan semuanya kepada papa dan mama, karena kalau sampai saya berbohong sedikit saja,bisa di habisi sama papa' batin Irfan.Langkah kaki Irfan juga terhenti seketika. "Assalamualaikum...papa... mama.."Irfan menyapa dan sambil menyalami tangan kedua orang tuanya itu dengan perasaan was-was dan ketakutan. "Waallaikum salam.... dari mana kamu malam malam begini, buk
Mobil yang dikemudikan oleh Om Afandi menembus gelapnya malam,demi Irfan dia rela keluar malam malam untuk menjemput Alma, wanita yang telah di hamili oleh putranya itu. Mobilnya Om Afandi sudah berhenti di pelataran halaman rumah kos kosan yang salah satunya di tempati oleh Alma selama dia berada di Jakarta sini. Irfan mengetuk pintu tempat Alma menginap, sekitar 20 menit lalu Irfan baru saja dari sini,kini dia kembali tidak sendirian tapi bersama dengan kedua orang tuanya. Tok. Tok. Terdengar langkah kaki dari dalam mendekati pintu. Ceklek. Bunyi suara pintu terbuka dari dalam, Alma sangat kaget melihat Irfan kembali berdiri di depan pintu tempatnya menginap dan di temani oleh sepasang suami istri. "Assalamualaikum Nak... perkenalkan kami orang tuanya Irfan saya Afandi dan ini Vivi istri saya."Alma menyalami tangannya Om Afandi dan juga Tante Vivi. "Waallaikum salam.... silahkan masuk Om.. Tante..., silahkan duduk."Alma mempersiapkan kedua orang tuanya Irfan masuk dan duduk
"Sudah semuanya Nak... tidak ada lagi yang ketinggalan,coba di cek lagi.." "Sudah tidak ada lagi ma.... semuanya sudah Alma bereskan, saya hanya membawa beberapa potong pakaian saja." Alma hanya membawa beberapa potong pakaian gamis dan juga kardigan, dulunya Alma tidak berhijab, tapi semenjak dia hamil dia mulai hijrah pelan pelan dia bertekad untuk merubah hidupnya menuju kearah yang lebih baik lagi. "Irfan kamu bantu Alma, tolong bawakan kopernya." "Iya ma...."Irfan menarik koper Alma dengan susah payah,karena memang kondisi tubuhnya belum pulih, melihat Irfan kesusahan menarik koper Alma, akhirnya Om Afandi sendiri yang turun tangan. "Minggir sana... biar papa saja yang angkat, jalan saja masih susah, apalagi mau angkat koper ini, jangan sok kuat...."Om Afandi menegur Irfan dengan suara baritonnya. "Iya pa.... makasih ya..."Irfan hanya cengar-cengir saja. "Ayo kamu bantu bukain pintu untuk Alma, itukan tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra."lagi lagi Om Afandi mengeluarkan
Om Afandi tidak bisa memejamkan kedua matanya karena ada sebuah pertanyaan di dalam benaknya tentang kehidupan Alma sebelumnya.Setelah mendengarkan nama lengkap Alma tadi,Om Afandi menjadi ragu dengan kehamilan Alma apakah itu benar-benar anak Irfan atau anak laki laki lain. Om Afandi kembali teringat dengan cerita Irfan kalau sebelumnya almarhum Brian pernah menikah dengan wanita lain yang namanya sama persis dengan nama Alma, Om Afandi bimbang, kalau benar Alma adalah wanita yang pernah menikah dengan almarhum Brian, jangan jangan anak yang ada dalam kandungannya itu anaknya almarhum Brian bukan anaknya Irfan.Huhh....Om Afandi membuang nafasnya dengan kasar.'nanti besok saya harus menanyakan secara langsung kepada Alma tentang semua pikiran yang bergelayut di atas kepalanya saat ini. Tante Vivi juga belum bisa memejamkan kedua matanya.Ada berbagai macam pikiran yang berseliweran di dalam benaknya, mendengarkan suaminya membuang nafas dengan kasar, sontak saja menarik perhatiannya.
"Selamat pagi ma...pa..."Alma menyapa kedua orang tuanya Irfan. "Pagi juga Nak... gimana tidurnya nyenyak tidak,kamu betah tidak di sini."Tante Vivi menanyakan Alma apakah dia merasa nyaman atau tidak. Irfan menarikkan kursi untuk Alma dan mempersilahkannya untuk duduk. "Silahkan duduk... Dani."Irfan melayani Alma dengan telaten. "Makasih ya mas..."sahut Alma malu malu. "Alhamdulillah ma... saya sangat nyaman." "Syukur Alhamdulillah kalau begitu..ayo Nak.... silahkan di cicipi,ini semua yang masak Irfan lho... harap maklum ya kalau rasanya tidak pas di lidah kamu."Tante Vivi mempersilahkan Alma untuk segera mencicipi nasi goreng buatan Irfan. Irfan terlebih dahulu dia melayani kedua orang tuanya baru dia melayani Alma dan juga menyiapkan untuk dirinya sendiri. Alma mulai memasukkan makanannya suap demi suap sampai tandas, mungkin ini pertama kalinya dia makan makanan yang di masak langsung oleh ayah sang bayi dalam kandungannya, makanya dia makan dengan lahap dan perutnya tid
"Iya pa...mau bagaimana lagi saya tidak bisa menolak pernikahan itu,karena papa saya sudah termakan bujuk rayuannya Om Airlangga dan juga Tante Rima, Om Airlangga menjanjikan sesuatu kepada papa asalkan kami menikah,30 persen saham perusahaan Airlangga Aditama Group yang merupakan sahamnya Mas Brian akan menjadi bagian saya setelah menikah dengan Mas Brian dan juga kalau papa mau membantu meminjamkan untuk dana operasional perusahaan Airlangga Aditama Group." "Oh... begitu ya... sekarang papa jadi mengerti, sepertinya karena masalah ini juga Pak Airlangga menghabisi nyawa Brian dan keluarganya,dia dengan sengaja meminta papa kamu untuk segera menikah dengan almarhum Brian walaupun pak Airlangga tau kalau kamu sedang hamil anak laki laki lain,dia sengaja mau menjebak almarhum Brian, setelah kalian resmi menikah pasti kalian melakukan hubungan suami istri dan kamu positif hamil anaknya, dengan menggunakan anak itu dia akan mendapatkan tanda tangannya almarhum Brian dengan alasan saham
Bang Rendi terbangun dari tidurnya karena merasa terganggu kedua matanya menangkap cahaya yang sangat terang. "Hoamm...."Bang Rendi secara perlahan membuka kedua kelopak matanya hal pertama yang dia lihat adalah sang mama Tante Inda sedang membuka tirai jendela kamarnya 'pantas saja tadi mata saya terasa silau,ini to penyebabnya' batin Bang Rendi. "Selamat pagi ma....ini jam berapa ya." "Pagi juga Nak....ini sudah jam 8 pagi Nak, tadi mau mama bangunin tapi kamunya tidak sangat pulas." "Maaf ma... saya kecapean sampai sampai bablas tidak shalat subuh." "Sana mandi dulu...baru kita sarapan bareng,papa sudah menunggu di bawah." "Iya ma...." Cup. Bang Rendi mencium pipi Tante Inda dengan sangat cepat. "Dasar anak nakal...masih bau juga sudah main sosor aja...he..he.." "Terserah Rendi dong... mulut mulut Rendi..mau bau kek... atau tidak itu nggak pengaruh..."Bang Rendi sambil berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Tante Inda terkesiap melihat putranya itu tidur hanya dengan mengg
Tante Inda yang melihat pemandangan yang mengharukan didepan matanya itu,dia langsung berdiri dan tidak mau melewatkan kesempatan bahagia seperti ini, dia berusaha masuk kedalam pelukannya Pak Hermawan dengan memposisikan dirinya di tengah tengah.Pak Hermawan melepaskan pelukannya dan meraih tubuh sang istri dan membawanya kedalam pelukannya dan sang putra. "Makasih ya Nak....kamu itu adalah harta yang paling berharga dalam hidup kami berdua,kamu jangan tinggalkan kami lagi ya....hiks..hiks..."Tante Inda menangis terisak-isak dalam pelukan kedua orang belahan jiwanya. "Iya Rendi... tidak akan tinggalkan mama dan papa lagi...."bang Rendi mengurai pelukannya dan menuntun sang mama untuk kembali duduk di kursinya yang semula. Bang Rendi melayani kedu orang tuanya dengan penuh kasih sayang,dia menyiapkan 2 piring kosong dan mengisinya dengan nasi bakar serta lauk yang telah tersaji di atas meja makan, Bang Rendi menyerahkannya kepada sang mama lebih dulu baru kepada sang papa. "Trimak