"Iya pa...mau bagaimana lagi saya tidak bisa menolak pernikahan itu,karena papa saya sudah termakan bujuk rayuannya Om Airlangga dan juga Tante Rima, Om Airlangga menjanjikan sesuatu kepada papa asalkan kami menikah,30 persen saham perusahaan Airlangga Aditama Group yang merupakan sahamnya Mas Brian akan menjadi bagian saya setelah menikah dengan Mas Brian dan juga kalau papa mau membantu meminjamkan untuk dana operasional perusahaan Airlangga Aditama Group." "Oh... begitu ya... sekarang papa jadi mengerti, sepertinya karena masalah ini juga Pak Airlangga menghabisi nyawa Brian dan keluarganya,dia dengan sengaja meminta papa kamu untuk segera menikah dengan almarhum Brian walaupun pak Airlangga tau kalau kamu sedang hamil anak laki laki lain,dia sengaja mau menjebak almarhum Brian, setelah kalian resmi menikah pasti kalian melakukan hubungan suami istri dan kamu positif hamil anaknya, dengan menggunakan anak itu dia akan mendapatkan tanda tangannya almarhum Brian dengan alasan saham
Bang Rendi terbangun dari tidurnya karena merasa terganggu kedua matanya menangkap cahaya yang sangat terang. "Hoamm...."Bang Rendi secara perlahan membuka kedua kelopak matanya hal pertama yang dia lihat adalah sang mama Tante Inda sedang membuka tirai jendela kamarnya 'pantas saja tadi mata saya terasa silau,ini to penyebabnya' batin Bang Rendi. "Selamat pagi ma....ini jam berapa ya." "Pagi juga Nak....ini sudah jam 8 pagi Nak, tadi mau mama bangunin tapi kamunya tidak sangat pulas." "Maaf ma... saya kecapean sampai sampai bablas tidak shalat subuh." "Sana mandi dulu...baru kita sarapan bareng,papa sudah menunggu di bawah." "Iya ma...." Cup. Bang Rendi mencium pipi Tante Inda dengan sangat cepat. "Dasar anak nakal...masih bau juga sudah main sosor aja...he..he.." "Terserah Rendi dong... mulut mulut Rendi..mau bau kek... atau tidak itu nggak pengaruh..."Bang Rendi sambil berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Tante Inda terkesiap melihat putranya itu tidur hanya dengan mengg
Tante Inda yang melihat pemandangan yang mengharukan didepan matanya itu,dia langsung berdiri dan tidak mau melewatkan kesempatan bahagia seperti ini, dia berusaha masuk kedalam pelukannya Pak Hermawan dengan memposisikan dirinya di tengah tengah.Pak Hermawan melepaskan pelukannya dan meraih tubuh sang istri dan membawanya kedalam pelukannya dan sang putra. "Makasih ya Nak....kamu itu adalah harta yang paling berharga dalam hidup kami berdua,kamu jangan tinggalkan kami lagi ya....hiks..hiks..."Tante Inda menangis terisak-isak dalam pelukan kedua orang belahan jiwanya. "Iya Rendi... tidak akan tinggalkan mama dan papa lagi...."bang Rendi mengurai pelukannya dan menuntun sang mama untuk kembali duduk di kursinya yang semula. Bang Rendi melayani kedu orang tuanya dengan penuh kasih sayang,dia menyiapkan 2 piring kosong dan mengisinya dengan nasi bakar serta lauk yang telah tersaji di atas meja makan, Bang Rendi menyerahkannya kepada sang mama lebih dulu baru kepada sang papa. "Trimak
Bang Rendi segera melakukan kendaraannya dengan santai kebetulan jalanan lagi lenggang kendaraan yang lalu lalang hanya satu dua mobil saja.Karena ini memang sudah jam kantor jadi wajar kalau jalanan agak sepi. Kurang lebih 15 menit mobilnya Bang Rendi sudah berhenti dengan mulus di halaman depan rumahnya almarhum Brian.Secara kebetulan mobil yang kendarai oleh Om Afandi dan keluarganya juga memasuki halaman depan rumah almarhum Brian. Bang Rendi yang tadinya mau langsung masuk menyapa Humairah dan keluarganya, terhenti sejenak karena dia melihat Om Afandi serta lainnya sedang turun dari mobil.Bang Rendi cukup tau diri,dia segera menghampiri sang paman sambil menyapanya. "Assalamualaikum Om.... Tante... Irfan..."sapa Bang Rendi sambil menyalami tangan Om Afandi dan yang lainnya. "Waallaikum salam... Nak." "Waallaikum salam Bang...." Sahut mereka secara bersamaan. "Apa kabar Om.. Tante..." "Alhamdulillah kami sehat, kamu juga apa kabar Nak." "Alhamdulillah saya juga sehat." "I
Humairah menyeret langkah kakinya menuju ruang tamu untuk menemui Alma juga yang lainnya. "Assalamualaikum ...."sapa Humairah. "Waallaikum salam ... "Sahut mereka serentak. "Gimana keadaan kamu Nak..."Om Afandi menanyakan keadaan Humairah. "Alhamdulillah sudah lebih baik Pak...."Humairah berusaha untuk tersenyum kepada orang orang tengah berada di sekitarnya walaupun hanya secara samar. "Mbak... saya sengaja ke sini saya mau pamit pulang ke Bogor... maaf kemarin saya tidak sempat mengantar almarhum Mas Brian sampai ke pemakaman,karena kondisi saya tiba-tiba saja tidak fit." "Oh... tidak apa-apa, terimakasih juga kamu sudah mau datang melayat dan mendoakan kepergian Mas Brian." "Sama sama Mbak... maaf kalau saya lancang, Mbak Humairah harus kuat dan sabar demi anak anak,karena kalau mereka melihat Mbak sedih terus,mereka juga akan ikut sedih terutama bayi yang sedang Mbak Humairah kandung saat ini, Mbak harus memikirkan mereka juga."Alma berusaha memberikan support kepada Humair
Pak Yuda membawa Bang Rendi berbicara di halaman depan kediamannya almarhum Brian mereka bertiga duduk di dalam tenda yang masih berdiri kokoh di depan rumah almarhum Brian itu. "Maaf Nak Rendi ada apa.... apakah ini ada hubungannya dengan kepergian Brian anak saya." "Iya pak..." "Nak Rendi... kalau bisa mulai sekarang kamu panggil saya papi dan istri saya dengan mommy,karena orang yang satu satunya memanggil kami dengan sebutan tadi itu sudah pergi untuk selama lamanya,kami tidak akan pernah di panggil lagi papi dan mommy sepanjang sisa hidupku kami berdua, jadi kalau bisa mulai sekarang kamu panggil kami dengan papi dan mommy ya, untuk mengobati rasa rindu kami kepada Brian,kamu tidak keberatan kan Nak Rendi!."pinta Pak Yuda. "Iya Pi... insya Allah saya tidak keberatan, maaf sebelumnya sebenarnya ini bukan waktu yang pantas untuk membicarakan semua ini, tapi saya tidak bisa memutuskan langkah apa yang harus saya lakukan untuk menghukum orang orang yang telah menghabisi nyawa Bri
Alma di dampingi oleh Om Afandi dan keluarganya, mobil yang membawa mereka sudah berhenti di halaman depan rumah pak Darsono di Bogor. Irfan segera turun duluan untuk membukakan pintu mobil agar sang Mama dan juga Alma bisa keluar dari mobil.Pintu mobil sudah terbuka lebar. "Ma... Alma... silahkan turun."Irfan mengintruksikan mereka berdua agar segera turun. "Makasih Nak..." "Makasih Mas..." Mereka berdua menyahut secara bersamaan. Om Afandi, Tante Vivi, irfan dan juga Alma sudah berdiri di depan pintu kediamannya Pak Darsono.Om Afandi rencananya hari ini akan langsung melamar Alma untuk Irfan sekaligus membicarakan hari pernikahan mereka berdua. Tok. Tok. Terdengar bunyi langkah kaki mendekati pintu. Ceklek. Pintu rumah kediaman Pak Darsono sudah terbuka lebar,yang empunya rumah sudah berdiri tegak persis di depan pintu berhadapan langsung dengan Om Afandi dan juga keluarganya serta putri semata wayangnya,Pak Darsono sendiri merasa heran kenapa tiba-tiba saja ada orang yan
Hanya berselang beberapa menit Alma sudah kembali bersama dengan kedua orang tuanya sambil membawa nampan yang berisikan beberapa gelas minuman dingin,dan juga makanan ringan serta sepiring puding coklat Alma meletakkan semuanya di atas meja sofa yang tempat mereka duduk. "Silahkan di minum dulu.... maaf ala kadarnya."Alma mempersiapkan tamunya untuk menikmati suguhan yang barusan dia sajikan. "Terimakasih banyak Nak...." Om Afandi melihat kedua orang tuanya Alma sudah duduk bergabung dengan mereka semua,dia segera menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya menemui kedua orang tuanya Alma. "Maaf... Pak.. Bu.. sebelumnya saya memperkenalkan diri dulu agar terlihat tidak kaku,saya Afandi,ini istri saya Vivi dan ini putra saya Irfan,kami datang dari Jakarta."Om Afandi segera memperkenalkan dirinya dan juga keluarganya. "Sepertinya tidak pantas kalau hanya bapak saja yang memperkenalkan diri,kami juga harus melakukan hal sama, perkenalkan saya Darsono,ini istri saya Vera dan ini p
Mobil yang membawa Papi Yuda, Mommy Meta, Abah Malik dan Ummi Salamah sudah berhenti di dalam area parkiran sekolah bersebelahan dengan mobilnya Humairah.Mereka semua sudah turun dari mobil.Secara bersamaan juga mobil orang tuanya Mas Sony, Pak Candra Sanjaya juga parkir tidak jauh dari mobilnya Papi Yuda. Dengan setengah berlari Sony menghampiri sang ayah,dia takut jangan sampai ayahnya mencari cari keberadaannya. "Selamat pagi Daddy...."sapa Mas Sony. "Selamat pagi juga Sony....mana Mommy kamu..."jawab Pak Candra sambil mencari keberadaan sang istri. "Itu Mommy...."jari tangan Mas Sony menunjuk ke arah Mommy Shinta yang sedang berdiri tidak jauh dari Papi Yuda dan Abahnya Humairah. Pak Candra menghampiri sang istri, secara tidak sengaja matanya bersitatap dengan Papi Yuda.Dengan langkah tidak sungkan dia memanggil Papi Yuda. "Selamat pagi Yuda....apa kabar...."sapa Pak Candra tanpa embel-embel Pak di depannya. "Selamat pagi juga Candra.... Alhamdulillah baik, setelah sekian p
Mommy Shinta yang sedang kesal karena sang putra tiba tiba meninggalkan dirinya dalam mobil,menyeret langkah kakinya dengan cepat setelah melihat Sony yang sedang berdiri mematung melihat Humairah dan Kendrick ngobrol. "Sony....kamu tuh ya... keterlaluan masa Mama di tinggal sendiri dalam mobil...mana di sini banyak sekali mobil yang sedang parkir, Mama itu kesulitan mencari kamu, terus lari kemana lagi itu Kendrick...."Mommy Shinta sangat kesal dengan kelakuan sang putra,karena meninggalkan dirinya sendiri dalam mobil. "Maaf mom....tadi Sony kejar Kendrick yang lagi ngambek karena Sony tidak membawakan Mommy untuk menyaksikan penampilannya di acara pentas sebentar...."jawab Sony tanpa mengalihkan perhatiannya dari sang putra. "Oh gitu....kamu liatin apa sih,terus Kendrick lari kemana, kenapa kamu berhenti di sini dan tidak mencari Kendrick... Mama takut jangan sampai dia kenapa-napa,mana banyak sekali mobil yang sedang berseliweran....ayo cepat kita cari dia..."Mommy Shinta dengan
Mobil yang di kendarai oleh Humairah sudah memasuki gerbang sekolah.Petugas keamanan yang kerja di sekolahnya Almeera dan Al Jazair ini berhubungan baik dengan Humairah dan almarhum Brian semasa hidupnya.Brian adalah salah satu orang yang menjadi donatur tetap sekolah ini dan dia juga sering berbagi rezeki dengan para petugas keamanan di sekolah ini. Jadi tidak heran lagi begitu melihat mobil yang di gunakan oleh Humairah petugas itu langsung berlari menghampirinya dan mengarahkan Humairah agar memarkirkan mobilnya di dalam area sekolah persis di tempat parkir mobil kepala sekolah.Tadinya Humaira sudah bingung mau parkir di mana karena didalam halaman sekolah maupun lahan kosong yang berada di luar pagar sekolah sudah penuh dengan mobil mobil orang tua wali murid yang datang menyaksikan acara pentas seni hari ini. Humairah melangkah dengan anggun keluar dari mobil dan menghampiri pintu yang ada di sebelahnya, dengan sekali hentakan dia sudah membukakan pintu untuk sang ibu mertua
Bang Rendi langsung memasukkan handphonenya kedalam saku jas yang dia kenakan,dan kembali masuk menemui para dewan direksi yang sedang menunggu dirinya di dalam ruangan khusus untuk melakukan rapat rapat penting yang berhubungan dengan perusahaannya. Bang Rendi langsung memutuskan untuk mengakhiri rapat kali ini, karena masih ada hal penting lainnya yang harus di kerjakan,dia harus ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair,dia sudah berjanji akan menyaksikan penampilan kedua anak sambungnya itu. "Saya kira pertemuan kita kali ini cukup sampai di sini, nanti kita lanjutkan lagi di kesempatan berikutnya,apa yang telah kita bahas tadi... semua laporannya tolong serahkan kepada sektretaris saya Pak Wira.... terimakasih sudah mau memenuhi undangan saya untuk ikut rapat hari ini."Bang Rendi menyampaikan rasa terimakasihnya kepada seluruh dewan direksi yang hadir pada rapat hari ini. Dengan langkah terburu buru Bang Rendi kembali ke ruangannya di ikuti oleh Pak Wira sekretaris pribadinya. "Maa
Dalam perjalanan Mama Inda langsung sibuk dengan handphonenya.Aku hanya memperhatikan lewat lirikan ekor mata saja,karena kedua netraku fokus kedepan, takut jangan sampai aku menabrak kendaraan orang lain, semua orang yang berada di dalam mobil yang aku kemudikan saat ini adalah tanggung jawabku. Bibir Mama Inda tidak pernah lepas dari senyum manisnya,pada saat menatap layar handphonenya yang sedang berada di dalam genggaman tangannya.Karena Al Keenan sudah tertidur kembali, Mama Inda langsung menyerahkannya kepada Bi Jumi untuk di gendong. Mama Inda sangat sibuk mengirimkan pesan singkat kepada orang lain,aku sendiri tidak tau dengan siapa di berkirim pesan singkat,aku diam saja ,karena untuk menanyakannya secara langsung sepertinya tidak mungkin,itu sama saja aku mencampuri urusan orang lain, Mama Inda juga butuh privasi. 'Mama kerjain aja itu anak nakal...gimana ya reaksinya setelah melihat foto Humairah ini,mama mau lihat apakah dia diam saja atau langsung menghubungi Humairah
Setelah merasa cukup bersih,aku langsung keluar dan segera masuk kedalam walk in closet untuk segera berpakaian, semua aku lakukan dengan cepat karena waktu sudah menunjukkan jam 9.30,kami harus segera ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair.Terakhir tinggal aku memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan juga hijabku, dengan segera aku hampiri Bi Jumi,aku mengatakan agar beliau siap siap juga."Bi.... silahkan bersiap siap,aku sudah selesai hanya tinggal memulaskan makeup dan mengenakan hijab saja, Al Keenan di tinggal saja.... nanti aku yang jagain..."segera aku suruh bi Jumi untuk bersiap-siap."Iya Bu....bibi tinggal dulu ya...."jawab Bi Jumi."Iya Bi.... silahkan...."Setelah Bi Jumi berlalu menuju kamarnya meninggalkan aku dan Al Keenan.Segera aku memulaskan makeup yang telah tersedia di atas meja rias yang di siapkan oleh Bang Rendi untuk meletakkan semua peralatan makeup milikku.Aku hanya memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan tidak menor,ini aku
Aku menghampiri Mama Inda yang sedang duduk santai di ruangan keluarga, beliau lagi nonton acara favoritnya yang di siarkan oleh salah satu stasiun televisi di negeri ini.Dengan pelan aku menjatuhkan bobot tubuhku di samping Mama Inda,aku menyampaikan keinginanku secara perlahan-lahan, takut saja jangan sampai beliau tersinggung. "Ma.... sebentar jam 10 Humairah ijin keluar ya,mau menghadiri acara pentas seni yang di ikuti Almeera dan Al Jazair di sekolah mereka..."aku menyampaikan maksud ku kepada Mama Inda, bagaimana pun sekarang beliau sudah menjadi orang tuaku juga. "Iya ... tidak apa-apa, Mama ikut juga ya.... Mama pengen lihat aksi mereka berdua, pasti seru.... nggak apa-apa kan kalau Mama ikut melihat mereka tampil..."Mama Inda ingin ikut juga ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair. "Benar mama mau ikut....mama tidak bercanda kan..."aku senang sekali mendengarkan keinginan ibu mertuaku itu. "Iya benar..... Mama serius.... Almeera dan Al Jazair pasti senang kalau semua Oma dan
Sepanjang perjalanan menuju perusahaannya Bang Rendi wajahnya berseri seri, senyum indahkan tidak lepas dari bibirnya.Walaupun tadi dia sempat dongkol karena ulah jahil sang papa,tapi kini moodnya sudah baik kembali.Masih segar dalam ingatannya.... melihat wajah Humairah yang ketangkap basah olehnya karena secara diam-diam mencium bibirnya tadi malam. "Sudah sebulan saya menikah Humairah... baru tadi malam saya menyentuh kulitnya halus sekali seperti pualam.... argkhhh....kenapa juga benda pusaka kesayangan saya ini langsung bereaksi, padahal saya hanya mengingat kelakuan Humairah tadi malam, rasanya saya sudah tidak sabar menunggu 5 hari lagi..... bersabarlah 'adik kecil' sebentar lagi kamu akan mendapatkan sangkar baru yang selama ini kamu belum pernah kamu singgahi...."Bang Rendi bergumam sendiri sambil memegang benda pusaka kesayangannya. "Untung saja tadi pagi saya sudah mengirim semua foto Humairah tadi malam ke ponsel saya .... saya tidak bisa bayangkan kalau ada orang yang s
Humairah setelah mengantar kedua buah hatinya sampai mobil yang membawa mereka berdua keluar dari pekarangan rumahnya Bang Rendi, hendak masuk kembali kedalam untuk menyamperin sang suami, tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti karena dia melihat sang suami sudah berada persis di depan pintu utama. "Baby.... Abang berangkat dulu ya .. insya Allah jam10 nanti Abang langsung ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair....kamu nggak apa-apa kan ke sekolah mereka di antar oleh sopir....atau Abang jemput kamu kesini baru kita berangkat bareng bareng kesana..."Bang Rendi merasa tidak enak kalau Humairah berangkat ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair di antar oleh sopir,dan akhirnya menawarkan diri untuk datang menjemputnya. "Iya tidak apa-apa.... Abang tidak usah jemput lagi ke sini, Abang langsung saja dari kantor ke sekolahan anak anak, nanti aku diantar sama sopir saja..."Humairah menolak di jemput oleh sang suami.Rencananya Humairah akan bawa mobil sendiri,karena Mang Udin nanti sore akan men