Bang Rendi terbangun dari tidurnya karena merasa terganggu kedua matanya menangkap cahaya yang sangat terang. "Hoamm...."Bang Rendi secara perlahan membuka kedua kelopak matanya hal pertama yang dia lihat adalah sang mama Tante Inda sedang membuka tirai jendela kamarnya 'pantas saja tadi mata saya terasa silau,ini to penyebabnya' batin Bang Rendi. "Selamat pagi ma....ini jam berapa ya." "Pagi juga Nak....ini sudah jam 8 pagi Nak, tadi mau mama bangunin tapi kamunya tidak sangat pulas." "Maaf ma... saya kecapean sampai sampai bablas tidak shalat subuh." "Sana mandi dulu...baru kita sarapan bareng,papa sudah menunggu di bawah." "Iya ma...." Cup. Bang Rendi mencium pipi Tante Inda dengan sangat cepat. "Dasar anak nakal...masih bau juga sudah main sosor aja...he..he.." "Terserah Rendi dong... mulut mulut Rendi..mau bau kek... atau tidak itu nggak pengaruh..."Bang Rendi sambil berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Tante Inda terkesiap melihat putranya itu tidur hanya dengan mengg
Tante Inda yang melihat pemandangan yang mengharukan didepan matanya itu,dia langsung berdiri dan tidak mau melewatkan kesempatan bahagia seperti ini, dia berusaha masuk kedalam pelukannya Pak Hermawan dengan memposisikan dirinya di tengah tengah.Pak Hermawan melepaskan pelukannya dan meraih tubuh sang istri dan membawanya kedalam pelukannya dan sang putra. "Makasih ya Nak....kamu itu adalah harta yang paling berharga dalam hidup kami berdua,kamu jangan tinggalkan kami lagi ya....hiks..hiks..."Tante Inda menangis terisak-isak dalam pelukan kedua orang belahan jiwanya. "Iya Rendi... tidak akan tinggalkan mama dan papa lagi...."bang Rendi mengurai pelukannya dan menuntun sang mama untuk kembali duduk di kursinya yang semula. Bang Rendi melayani kedu orang tuanya dengan penuh kasih sayang,dia menyiapkan 2 piring kosong dan mengisinya dengan nasi bakar serta lauk yang telah tersaji di atas meja makan, Bang Rendi menyerahkannya kepada sang mama lebih dulu baru kepada sang papa. "Trimak
Bang Rendi segera melakukan kendaraannya dengan santai kebetulan jalanan lagi lenggang kendaraan yang lalu lalang hanya satu dua mobil saja.Karena ini memang sudah jam kantor jadi wajar kalau jalanan agak sepi. Kurang lebih 15 menit mobilnya Bang Rendi sudah berhenti dengan mulus di halaman depan rumahnya almarhum Brian.Secara kebetulan mobil yang kendarai oleh Om Afandi dan keluarganya juga memasuki halaman depan rumah almarhum Brian. Bang Rendi yang tadinya mau langsung masuk menyapa Humairah dan keluarganya, terhenti sejenak karena dia melihat Om Afandi serta lainnya sedang turun dari mobil.Bang Rendi cukup tau diri,dia segera menghampiri sang paman sambil menyapanya. "Assalamualaikum Om.... Tante... Irfan..."sapa Bang Rendi sambil menyalami tangan Om Afandi dan yang lainnya. "Waallaikum salam... Nak." "Waallaikum salam Bang...." Sahut mereka secara bersamaan. "Apa kabar Om.. Tante..." "Alhamdulillah kami sehat, kamu juga apa kabar Nak." "Alhamdulillah saya juga sehat." "I
Humairah menyeret langkah kakinya menuju ruang tamu untuk menemui Alma juga yang lainnya. "Assalamualaikum ...."sapa Humairah. "Waallaikum salam ... "Sahut mereka serentak. "Gimana keadaan kamu Nak..."Om Afandi menanyakan keadaan Humairah. "Alhamdulillah sudah lebih baik Pak...."Humairah berusaha untuk tersenyum kepada orang orang tengah berada di sekitarnya walaupun hanya secara samar. "Mbak... saya sengaja ke sini saya mau pamit pulang ke Bogor... maaf kemarin saya tidak sempat mengantar almarhum Mas Brian sampai ke pemakaman,karena kondisi saya tiba-tiba saja tidak fit." "Oh... tidak apa-apa, terimakasih juga kamu sudah mau datang melayat dan mendoakan kepergian Mas Brian." "Sama sama Mbak... maaf kalau saya lancang, Mbak Humairah harus kuat dan sabar demi anak anak,karena kalau mereka melihat Mbak sedih terus,mereka juga akan ikut sedih terutama bayi yang sedang Mbak Humairah kandung saat ini, Mbak harus memikirkan mereka juga."Alma berusaha memberikan support kepada Humair
Pak Yuda membawa Bang Rendi berbicara di halaman depan kediamannya almarhum Brian mereka bertiga duduk di dalam tenda yang masih berdiri kokoh di depan rumah almarhum Brian itu. "Maaf Nak Rendi ada apa.... apakah ini ada hubungannya dengan kepergian Brian anak saya." "Iya pak..." "Nak Rendi... kalau bisa mulai sekarang kamu panggil saya papi dan istri saya dengan mommy,karena orang yang satu satunya memanggil kami dengan sebutan tadi itu sudah pergi untuk selama lamanya,kami tidak akan pernah di panggil lagi papi dan mommy sepanjang sisa hidupku kami berdua, jadi kalau bisa mulai sekarang kamu panggil kami dengan papi dan mommy ya, untuk mengobati rasa rindu kami kepada Brian,kamu tidak keberatan kan Nak Rendi!."pinta Pak Yuda. "Iya Pi... insya Allah saya tidak keberatan, maaf sebelumnya sebenarnya ini bukan waktu yang pantas untuk membicarakan semua ini, tapi saya tidak bisa memutuskan langkah apa yang harus saya lakukan untuk menghukum orang orang yang telah menghabisi nyawa Bri
Alma di dampingi oleh Om Afandi dan keluarganya, mobil yang membawa mereka sudah berhenti di halaman depan rumah pak Darsono di Bogor. Irfan segera turun duluan untuk membukakan pintu mobil agar sang Mama dan juga Alma bisa keluar dari mobil.Pintu mobil sudah terbuka lebar. "Ma... Alma... silahkan turun."Irfan mengintruksikan mereka berdua agar segera turun. "Makasih Nak..." "Makasih Mas..." Mereka berdua menyahut secara bersamaan. Om Afandi, Tante Vivi, irfan dan juga Alma sudah berdiri di depan pintu kediamannya Pak Darsono.Om Afandi rencananya hari ini akan langsung melamar Alma untuk Irfan sekaligus membicarakan hari pernikahan mereka berdua. Tok. Tok. Terdengar bunyi langkah kaki mendekati pintu. Ceklek. Pintu rumah kediaman Pak Darsono sudah terbuka lebar,yang empunya rumah sudah berdiri tegak persis di depan pintu berhadapan langsung dengan Om Afandi dan juga keluarganya serta putri semata wayangnya,Pak Darsono sendiri merasa heran kenapa tiba-tiba saja ada orang yan
Hanya berselang beberapa menit Alma sudah kembali bersama dengan kedua orang tuanya sambil membawa nampan yang berisikan beberapa gelas minuman dingin,dan juga makanan ringan serta sepiring puding coklat Alma meletakkan semuanya di atas meja sofa yang tempat mereka duduk. "Silahkan di minum dulu.... maaf ala kadarnya."Alma mempersiapkan tamunya untuk menikmati suguhan yang barusan dia sajikan. "Terimakasih banyak Nak...." Om Afandi melihat kedua orang tuanya Alma sudah duduk bergabung dengan mereka semua,dia segera menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya menemui kedua orang tuanya Alma. "Maaf... Pak.. Bu.. sebelumnya saya memperkenalkan diri dulu agar terlihat tidak kaku,saya Afandi,ini istri saya Vivi dan ini putra saya Irfan,kami datang dari Jakarta."Om Afandi segera memperkenalkan dirinya dan juga keluarganya. "Sepertinya tidak pantas kalau hanya bapak saja yang memperkenalkan diri,kami juga harus melakukan hal sama, perkenalkan saya Darsono,ini istri saya Vera dan ini p
Om Afandi dan keluarganya sudah kembali ke Jakarta,dia harus segera mengurus semua keperluan yang berhubungan dengan pernikahannya Irfan dan Alma, dalam kurun waktu satu minggu ini Om Afandi harus menyiapkan semuanya, jangan sampai ada yang terlewatkan. "Irfan... insya Allah minggu dengan kamu sudah menikah, papa hanya pesan kamu harus lebih dewasa lagi Nak...kamu jangan terbawa emosi apabila ada masalah datang menghadang dalam keluarga kamu Nak.. kalian harus menyelesaikannya dengan kepala dingin,kamu jangan pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga Nak... nanti kalian setelah menikah, kalian tinggal di rumah saja sampai Alma selesai melahirkan, Oh ya..papa hampir lupa sekarang kamu kan masih dinas di Malang,nanti Papa coba bicarakan dengan atasan kamu agar kamu kembali dinas di mabes agar kamu bisa mendampingi Alma selama kehamilannya dan juga pada saat melahirkan nanti."Om Afandi memberikan nasehat kepada Irfan agar dalam berumah tangga nanti,dia bisa lebih dewasa lagi. "Iya