Almeera dan Al Jazair mendekati wajah Mas Brian, mereka berdua bergantian menciumi wajah sang ayah, air mata mereka berdua mengalir deras membasahi pipi pipi mereka."Ayah....ayah...kami janji akan jadi anak yang baik,kami selalu menjaga dan menyayangi Bunda serta dede bayi,kami berdua akan menjalankan semua pesan ayah untuk bahagiain bunda dan dede bayi,kami berdua sangat menyayangi ayah dan tidak akan pernah lupakan ayah."Almeera dan Al Jazair setelah puas menciumi wajah Mas Brian mereka juga bergantian memeluk tubuhnya."Brian.... seperti janjiku padamu, saya akan menjaga Humairah serta anak anak kamu, saya akan menyayangi mereka semua seperti kamu menyayanginya, saya janji Brian, saya akan menjaga mereka dengan segenap jiwa ragaku,dan melindungi mereka semua dengan nyawaku Brian.... saya akan membahagiakan hidup mereka semua.Satu hal yang aku minta darimu untuk yang terakhir kalinya,tolong restui hubungan saya dengan Humairah kedepannya nanti.Saya berjanji Brian.... tidak akan me
Baru saja bang Rendi mau melangkah kakinya, tiba tiba saja salah seorang anak buah mendekatinya terlihat di kedua tangan anak buahnya itu memang dua kantong plastik dan kelihatannya agak berat. "Maaf bos.... tadi saya masuk cek kedalam untuk mengantarkan pesanan bos,tapi di sana sudah tidak ada orang akhirnya saya menunggu kedatangan bos di sini saja." "Tidak apa-apa...ini semua kesalahan saya seharusnya tadi saya menghubungi kamu kembali tapi karena saya terlalu sibuk dan pada akhirnya saya melupakannya." "Semua pesanan bos ini apakah saya masukkan kedalam jet pribadi bos sendiri atau kedalam jet pribadinya almarhum." "Aha... itu semua antarkan kedalam jet pribadinya almarhum kebetulan mereka semua sudah berada di atas semua, tolong berikan pada anak anak almarhum dan juga istrinya serta semua orang yang berada di dalam jet pribadinya almarhum." "Siap bos...." Bang Rendi sudah menyampaikan kepada Pak Heri serta yang lainnya ikut pulang dengan menggunakan jet pribadinya,dan Bang
Halaman rumah kami sudah di penuhi dengan tenda yang berdiri kokoh dan di dalamnya sudah di penuhi dengan kursi kursi plastik yang berjejer rapi, semua kursi sudah terisi, tidak ada yang kosong walaupun satu. Semua pelayat yang datang langsung menghampiri dan menyalami kami satu persatu,aku perhatikan mata mereka tertuju pada papi Yuda dan Mommy Meta, mereka merasa kalau wajah papi Yuda tidak asing bagi mereka, memang secara spesifik wajah papi Yuda sama persis dengan wajah Mas Brian. Merasa menjadi bahan perhatian, dengan serta merta papi Yuda memperkenalkan dirinya dan juga Mommy Meta. "Assalamualaikum... untuk para semua pelayat sudah datang mendoakan almarhum Brian anak kami, tiada kata yang bisa saya ucapkan selain terimakasih yang sebanyak banyaknya karena kalian sudah menyiapkan semuanya untuk menyambut kedatangan jenazah anak kami Brian Aditama, mungkin ada yang bertanya tanya tentang keberadaan saya dan istri, lewat kesempatan ini saya akan memperkenalkan diri, saya Yuda A
Alma segera berlalu menjauh dari kami,dia melakukan itu untuk menghindari tatapan mata Irfan yang tidak pernah lepas dari muka dan perutnya. Irfan kelimpungan baru saja dia menoleh kearah lain begitu tatapan tertuju kembali ke arah Alma berada, ternyata Alma sendiri sudah tidak berada di sana.Irafan sangat gelisah.Semua gerak gerik Irfan ini tidak luput dari perhatian Om Afandi,dan Tante Vivi. "Irfan....kamu sedang cari siapa dari tadi papa dan mama perhatikan kamu celingak-celinguk mencari seseorang." "Tidak ada pa... Irfan hanya tegang saja, makanya Irfan menggerakkan otot leher Irfan agar rileks kembali."Irfan berusaha menutupi kekalutan hatinya. "Ya sudah...kita harus segera siap siap karena jenazah almarhum Brian akan segera di berangkat ke TPU yang dekat dengan perkampungan sini." "Iya pa...." Aku, Abah, ummi, Papi Yuda, mommy Meta, Almeera dan Al Jazair kami semua ikut mobil ambulance yang membawa jenazah Mas Brian, mobil ambulance yang membawa jenazah almarhum suamiku su
Setelah menyampaikan pesan bang Rendi kepada bi Jumi untuk segera menyiapkan hidangan untuk santap malam semua orang yang berada di rumah ini, Winda kembali menghampiri aku. Aku sedang duduk meluruskan otot otot punggungku di salah satu kursi yang ad di ruang keluarga. "Al...kamu mandi dulu ya,itu baju kamu kotor sekali ada bercak darahnya Mas Brian dan juga di penuhi dengan tanah,ayo sini saya antar ke kamar kamu..."Winda menuntut langkah kakiku menuju kamar aku dan Mas Brian. "Iya Winda... makasih ya sudah mau menemani aku di saat saat aku terpuruk seperti sekarang ini." "Tidak apa-apa.... kita kan sahabat,bukan hanya sekedar sahabat bagi saya kamu itu Al... sudah seperti saudara." "Oh ya... Winda... setelah kamu antar aku ke kamar, tolong persiapkan kamar tamu ya, untuk papi Yuda dan juga mommy Meta istirahat, maaf ya aku harus merepotkan kamu sekarang ini,kamu lihat sendiri keadaan aku, untuk berjalan saja aku masih butuh bantuan orang lain, tolong ya...." "Iya.... nanti se
Bi Jumi sudah menata meja makan dengan berbagai macam hidangan, Ummi Salamah juga turut membantu bi Jumi agar cepat selesai.Ummi Salamah juga menyiapkan beberapa gelas air putih. "Abah.... tolong panggil semuanya untuk makan malam dulu." "Iya ummi...." Orang pertama yang Abah panggilan itu Papi Yuda dan juga mommy Meta, Winda dan Mas Reno kemudian Abah menghampiri kamar Almeera dan Al Jazair untuk segera keluar untuk makan malam, tidak lupa Abah juga memanggil aku untuk makan malam. Semua orang sudah duduk mengelilingi meja makan termasuk Winda dan juga Mas Reno,aku juga ikut bergabung,aku lihat ada sebuah kursi yang masih kosong, itu kursi yang biasa di duduki Mas Brian.'Mas...biasanya kita makan bersama di meja ini,kamu dan anak anak selalu mengoceh kalau aku terlalu lama menyiapkan hidangannya, Mas...aku kangen sekali sama kamu...'aku berusaha kuat agar tidak menjatuhkan air mata didepan orang orang yang sedang duduk bersama mengelilingi meja makan kami. Tiba-tiba Abah berdiri
Abah, Papi Yuda dan juga Rendi serta para tetangga yang melakukan yasinan dan tahlilan baru juga menyudahi santap malam mereka. Sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang dia duduki saat ini, Bang Rendi melirik jam yang melingkar di tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 9.30,ini sudah larut waktu untuk dia pamit pulang. Kebetulan Abah sama papi Yuda masih berada di dalam tenda, bang Rendi langsung pamit pulang. "Abah, Pak Yuda.... saya pamit pulang dulu,ini sudah jam 9 lewat, Abah dan yang lainnya pasti kelelahan dan harus segera istirahat, begitu juga dengan saya, insya Allah besok baru saya kesini lagi,karena banyak hal yang harus saya bahas dengan Pak Yuda." "Iya Nak.... tidak apa-apa,ayo Abah antar pamit dulu sama Ummi dan yang lainnya di dalam rumah." "Iya Abah..." Bang Rendi dan papi Yuda mengikuti langkah Abah dari belakang masuk menemui ummi Salamah dan juga yang lainnya, untuk pamit pulang. "Ummi,Bu... Humairah.... saya pamit pulang dulu ya, ini sudah la
Bang Rendi tidak menyadari kalau Mas Reno menghentikan mobilnya di halaman depan rumah orang tuanya karena sepanjang perjalanan Bang Rendi tertidur dengan pulas karena kelelahan, Mas Reno berusaha untuk membangunkan bang Rendi . "Pak... Pak....ayo bangun kita sudah sampai di rumah bapak ini." "Hoamm....ya.. maaf aku ketiduran ."bang Rendi membuka kedua kelopak matanya sambil merentangkan kedua tangannya untuk melemaskan otot-otot punggungnya yang tegang. "Tidak apa-apa.... Pak." "Reno... Winda... makasih ya sudah mau antarin saya pulang,ayo mampir dulu..." "Sama sama Pak.. terimakasih juga atas ajakannya Pak, maaf nanti lain kali saja ini sudah larut malam juga, bapak harus segera istirahat." "Okelah... kalau begitu, hati hati dijalan, selamat malam." "Selamat malam juga Pak..." Setelah tidak melihat mobilnya Mas Reno, Bang Rendi baru beranjak masuk kedalam rumah.Untung saja dia selalu membawa kunci rumah orang tuanya, jadi kalau dia pulang terlambat, Bang Rendi tidak lagi mem