Share

Bab 45

Author: Patricia
Dengan sedikit tidak nyaman di hatinya, Eva menggoyangkan lengan Reagan sambil bertanya, "Sayang, ada apa?"

Reagan kembali sadar. Dia melambaikan tangan seraya membalas, "Bukan apa-apa. Aku sudah baikan. Kamu fokus saja dengan kuliahmu, nggak usah bolak-balik ke sini lagi."

"Beberapa hari ke depan, aku akan sangat sibuk dengan urusan perusahaan. Jadi, mungkin nggak punya waktu untuk menemanimu," lanjut Reagan.

Eva terdiam sejenak, lalu mengangguk dan berucap sambil tersenyum, "Oke, aku mengerti."

Setelah keluar dari vila, senyum di wajah Eva perlahan memudar. Hatinya terasa berat dan tatapannya terlihat sedikit muram. Tadi, jelas sekali Reagan teringat dengan sesuatu. Padahal sebelumnya tidak begitu.

Setelah ragu beberapa saat, Eva akhirnya mengeluarkan ponselnya dan menelepon Teddy. Dari semua teman dekat Reagan, dia hanya punya kontak Teddy.

Begitu telepon tersambung, Eva berbicara dengan ceria, "Malam, Kak Teddy. Apa ada sesuatu yang terjadi di rumah sakit akhir-akhir ini? Aku baru
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 46

    Taufan memang pantas menjadi murid kesayangan dosen. Meskipun dia dan Nadine tidak mengambil jurusan yang sama, mereka sering menemukan banyak kesamaan saat berbicara. Saat obrolan mulai mendalam, Nadine merasa cukup senang.Nadine sedang mempersiapkan ujian masuk pascasarjana. Sebagian besar materi sudah dikuasainya, tetapi dia belum terlalu memahami arah penelitian utama di bidangnya. Dia harus banyak membaca makalah. Ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.Dalam hal ini, sebagai mahasiswa pascasarjana yang masih berkuliah, Taufan lebih unggul dibandingkan Nadine yang sudah meninggalkan kampus beberapa tahun.Di belakang mereka, Reagan melihat keduanya berbicara dengan gembira. Dia pun mengepalkan tangannya erat-erat.Reagan merasa sakit hati karena Nadine begitu keras hati padanya. Tak peduli bagaimana dia memohon, Nadine tetap tidak mau menemuinya. Namun kepada pria lain, dia bisa tersenyum begitu bahagia.Nadine memasak banyak hidangan dengan berbagai rasa. Taufan sudah tahu

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 47

    "Nadine, sekarang kamu makin hebat ya. Kamu terus gonta-ganti pasangan, liar sekali," sindir pria itu. Dia bertanya dengan ketus, "Siapa pria itu? Apa yang kalian lakukan di lantai atas?"Ekspresi Nadine menjadi muram. Dia kesakitan karena tangannya dicengkeram pria itu. Nadine berusaha melepaskan diri, tetapi tenaga pria itu sangat kuat.Cengkeraman pria itu makin kuat saat Nadine memberontak. Nadine membentak, "Reagan, lepaskan aku!""Jawab aku dulu!" tegas Reagan.Nadine mengernyit. Dia berusaha menahan rasa sakit dan membalas, "Apa urusannya denganmu?"Reagan menimpali, "Sebagai mantan pacar, nggak ada salahnya kalau aku memperhatikan hubungan asmaramu, 'kan?"Nadine tersenyum, lalu menatap Reagan dan menanggapi, "Ternyata kamu tahu kamu itu mantan pacarku. Jadi, untuk apa kamu datang?"Reagan terdiam sejenak sebelum menimpali, "Aku hanya lewat."Kemudian, seorang pria tua berjalan masuk ke gang sambil marah-marah, "Siapa yang menghentikan mobil di depan gang? Jalannya begitu sempi

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 48

    Setelah masuk ke kamar, Reagan langsung membuka lemari pakaian dan pergi ke ruang ganti Nadine. Dia menemukan tas, baju, jam tangan, dan perhiasan mewah yang diberikannya kepada Nadine masih tersusun rapi di lemari. Semuanya masih lengkap.Tatapan Reagan tertuju pada gelang dengan bandul ceri. Reagan menghela napas dan tatapannya menjadi muram.Reagan ingat ini adalah hadiah ulang tahun yang dibelinya dari luar negeri untuk Nadine. Kala itu, mereka sudah bersama selama 3 tahun.Bahasa inggris ceri adalah cherry. Pelafalannya mirip dengan cherish, yang artinya menghargai. Itu berarti Nadine adalah orang yang paling berharga bagi Reagan.Waktu itu, Nadine sangat menyukai gelang ini dan selalu memakainya. Sekarang Nadine bahkan tidak menginginkan gelang ini lagi, seperti melupakan cintanya pada Reagan.Reagan terduduk di samping tempat tidur. Dia tiba-tiba menyadari Nadine bukan merajuk. Dia serius dengan setiap perkataannya. Nadine benar-benar ingin berpisah dengan Reagan.....Tiba-tiba

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 49

    Teddy menepuk bahu Reagan dan berujar dengan antusias, "Kapan kamu datang? Kenapa nggak beri tahu kami? Kami berkumpul di ruangan lantai atas. Ayo, kita minum-minum bersama!"Reagan memijat keningnya dan menolak, "Aku nggak mau minum lagi. Kalian lanjutkan saja."Melihat Reagan pergi, Teddy merasa bingung. Sebelumnya, Reagan selalu hadir dalam acara seperti ini. Apa ... Reagan dan Nadine sudah berbaikan? Mungkin memang begitu, jadi Reagan tidak bisa bersenang-senang dengan temannya."Teddy, apa yang kamu lihat? Kami semua tunggu kamu," seru seseorang yang berdiri di samping tangga. Teddy menggeleng dan mengabaikan pemikirannya tadi. Dia kembali berkumpul bersama teman-temannya.....Reagan sampai di vila pada pukul 10 malam. Kamar Reagan dan ruang ganti sudah dibereskan Julia. Barang-barang milik Nadine juga sudah dirapikan kembali.Reagan pergi ke ruang kerja. Rak buku di ruangan dipenuhi dengan buku-buku biologi. Nadine memang tidak mengikuti ujian masuk pascasarjana, tetapi dia tida

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 50

    Di sepanjang perjalanan, Nadine dan Arnold hanya berbincang di awal. Kemudian, mereka sama-sama terdiam.Hari ini, Arnold mengendarai mobil listrik. Dia bisa merasakan Nadine agak murung. Jadi, Arnold mempertahankan kecepatan mobilnya tetap stabil agar Nadine merasa nyaman.Sesampainya di kompleks vila, satpam di depan gerbang menyapa Nadine, "Bu Nadine, aku sudah lama nggak lihat kamu. Apa kamu pergi dinas?"Nadine hanya tersenyum dam tidak menanggapi ucapan satpam. Arnold juga tidak bertanya setelah melihat wajah Nadine.Nadine dan Arnold tetap terdiam. Setelah sampai di depan pintu vila, Arnold menghentikan mobilnya."Tolong tunggu aku sebentar. Aku akan segera keluar setelah memindahkan bukunya," kata Nadine. Selesai bicara, dia turun dari mobil."Apa kamu memerlukan bantuanku?" tanya Arnold.Nadine menggeleng dan menjawab, "Nggak usah. Bukunya nggak banyak, aku bisa pindahkan sendiri."Setelah itu, Nadine berjalan masuk. Dia menekan bel, lalu terdengar suara Julia. "Sebentar!"Mel

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 51

    Suara Nadine yang serak terdengar gemetaran. Bak seekor burung yang ketakutan, dia tampak begitu putus asa nan memesona. Tubuh Reagan semakin panas. Dia melepaskan bajunya dan tangannya langsung merayap masuk dari bawah rok.Nadine panik. "Reagan, wanita seperti apa yang nggak bisa kamu dapatkan? Kenapa harus maksa mantan pacar yang sudah putus? Kalau kamu mau, aku bisa telepon Eva untuk datang sekarang.""Ah ... jangan!" teriak Nadine.Melihat Nadine yang berusaha untuk menghindar dan sepasang matanya yang memancarkan perlawanan, emosi Reagan langsung memuncak. "Kenapa? Baru pisah beberapa hari saja sudah asing? Kita bukannya nggak pernah tidur bersama sebelumnya. Kamu mau pura-pura suci?"Saking marahnya, sekujur tubuh Nadine gemetaran. "Berengsek!" makinya.Reagan tertawa dingin dan mencengkeram dagunya. "Kamu pikir kamu masih berharga setelah meninggalkanku? Cuma orang bodoh yang mau nerima wanita yang sudah pernah ditiduri pria lain."Air mata Nadine berderai tanpa henti. Dia mena

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 52

    Namun, Reagan juga bukan orang yang lemah. Dia mengangkat tangan dan mengarahkan tinjunya kepada Arnold."Mukul aku? Kamu kira kamu siapa?" Sambil mengayunkan tinju, Reagan memakinya, "Waktu kami jatuh cinta, kamu masih entah ada di mana ...."Arnold menangkap tinju yang dilayangkan Reagan. Berbeda dengan Reagan yang marah dan panik, Arnold tampak jauh lebih tenang dan rasional, meskipun sorot dingin di matanya tak bisa disembunyikan."Lalu kamu siapa? Mantan pacar yang sudah putus tapi terus menerornya atau pelaku pemerkosaan?" Setiap ucapan Arnold bagaikan pisau tajam yang menusuk di titik kelemahan Reagan."Kamu cari mati ...." Reagan mengerahkan kekuatan untuk menarik kembali tinjunya. Namun, genggaman Arnold tak bergerak sedikit pun."Cukup!" Saat itu Nadine sudah sepenuhnya sadar. Dia bangkit dari sofa sambil memegang erat jaket yang diberikan Arnold dengan tangan gemetaran. Tanpa melirik Reagan sedikit pun, Nadine berbicara sambil menunduk pada Arnold, "Arnold, maaf membuatmu me

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 53

    Saat masih kuliah, Nadine paling suka makan di lantai dua, khususnya di stan makanan nusantara. Ada seorang bibi yang selalu tersenyum ramah saat melayaninya. Setiap kali Nadine datang, bibi itu selalu mengobrol dengannya, lalu menambah porsi daging ke piringnya.Dari kejauhan, Nadine sudah melihat stan tempat bibi itu berada. Semuanya masih sama seperti dulu.Tiga tahun setelah lulus, Nadine tidak yakin apakah bibi itu masih ingat dirinya. Namun, ketika dia berdiri dalam antrean dan maju untuk mengambil makanan, bibi itu sibuk menyiapkan porsi tanpa berkata apa pun.Akan tetapi, saat merasakan berat makanan di piringnya, Nadine tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Bibi."Arnold kemudian membayar dengan kartunya dan mencari tempat duduk."Sudah lama nggak makan di sini, rasanya masih sama seperti dulu," kata Nadine sambil tersenyum puas. Keterampilan memasak koki di sini masih tetap mempertahankan kualitasnya, bahkan mungkin semakin baik.Nadine teringat masa-masa kuliah. "Waktu kulia

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 661

    Saat ini, Nadine tertarik pada sesuatu di rak lain, sama sekali tidak menyadari bahwa dua pria di sampingnya sedang berkonflik sengit.Setelah Arnold selesai membayar, dia menoleh dan melihat Nadine sedang menatap sebuah kue fondan di dalam etalase. Lima tingkat, setiap tingkat menampilkan figur karakter yang unik."Bagus?""Bagus." Nadine mengangguk. "Dibuat dengan sangat detail."Dia menunjuk ke tingkat kedua. "Pak, menurutmu orang yang berkacamata dan mengerutkan dahi ini mirip kamu nggak?"Arnold menatapnya sejenak, lalu menyahut dengan serius, "Nggak mirip. Aku 'kan nggak sering mengerutkan dahi."Nadine berujar, "Tapi, bisa jadi kamu sering mengerutkan dahi tanpa sadar? Misalnya, sekarang ini."Arnold langsung termangu, seperti anak kecil yang ketahuan melakukan kesalahan. Dia mendadak merasa malu dan canggung."Hahaha ...." Nadine tidak bisa menahan tawa. "Kamu lucu juga."Saat mereka bertiga baru saja keluar dari toko kue, ponsel Arnold berbunyi."Halo, Ibu?""Arnold, pulang ke

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 660

    Selesai makan, Inez pergi membayar tagihan.Keduanya hampir tidak menyentuh makanan mereka, masih tersisa cukup banyak di meja.Kedua ibu ini tenggelam dalam pikirannya masing-masing, dengan kekhawatiran yang berbeda. Sementara itu, Stendy dan Arnold bisa dibilang sama-sama mendapatkan hasil yang memuaskan.Yang satu membeli jas, yang satu membeli sepatu kulit. Semuanya berjalan lancar.Stendy menawarkan, "Di depan ada jual teh susu, mau beli?"Arnold juga menawarkan, "Toko kue di sebelah situ cukup terkenal ...."Keduanya berbicara hampir bersamaan. Kemudian, mereka saling bertukar pandang, seakan-akan ada ketegangan yang tak terlihat.Stendy bertanya, "Nad, kita beli teh susu?"Arnold bertanya, "Mau lihat-lihat nggak?"Dua pria dewasa itu sama-sama menatapnya dengan penuh harap.Nadine sungguh kehabisan kata-kata. Lagi-lagi begini!"Gimana kalau kalian pergi beli sendiri dan aku ke toilet?"Stendy mengangguk. "Oke." Kemudian, dia menoleh ke Arnold dan bertanya dengan nada santai, "Pa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 659

    Begitu mendongak dan melihat Nadine, wajah yang awalnya tanpa ekspresi langsung tersenyum tipis.Nadine berpikir, karena ini untuk orang tua, memilih sepatu tidak bisa hanya mempertimbangkan modelnya, tetapi juga kenyamanannya. Namun, tidak bisa juga hanya mengutamakan kenyamanan dan mengabaikan modelnya.Dia teringat pertemuan di toko buku. Pria tua itu bertongkat, mengenakan rompi, rambut tersisir rapi, memancarkan aura seorang gentleman dari ujung kepala hingga kaki. Dalam hal berpakaian, beliau pasti juga sangat memperhatikan detail.Karena itu, Nadine menghabiskan lebih banyak waktu untuk memilih.Umumnya, bahan kulit untuk sepatu hanya ada beberapa jenis. Dia menunjuk 2 sepatu yang paling nyaman, lalu meminta pramuniaga untuk mengeluarkan semua model yang tersedia dengan bahan tersebut.Sementara itu, Arnold pergi ke toilet.Tak lama kemudian, Nadine sudah memilih 2 pasang."Menurutku dua-duanya bagus. Pak Stendy, kamu pilih salah satu?"Stendy langsung mengeluarkan kartu. "Pilih

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 658

    Arnold berpikir sejenak. "Abu muda saja."Mata Nadine langsung berbinar-binar. Itu juga warna yang dia sukai!Arnold memberi isyarat pada pramuniaga. "Ambil yang ini, tolong gesek kartunya."Setelah Arnold berganti kembali ke pakaiannya sendiri, Nadine menunjuk ke kerah bajunya. "Ini belum rapi."Arnold mencoba merapikannya, tetapi tetap belum benar. Akhirnya, Nadine mengambil inisiatif untuk membantunya.Arnold cukup tinggi, jadi Nadine harus sedikit berjinjit. Keduanya berdiri sangat dekat, begitu dekat hingga bisa merasakan napas satu sama lain.Aroma khas dari tubuh Nadine meresap ke dalam indra penciuman Arnold. Jantungnya berdetak kencang, bahkan dia refleks menelan ludah.Arnold bisa merasakan dengan jelas jari-jari ramping Nadine yang merapikan kerah bajunya. Ujung jari hangatnya tanpa sengaja menyentuh kulit lehernya, mengirimkan sensasi seolah-olah ada aliran listrik yang menyentuh jiwanya.....Hari ini, Yenny ada janji makan malam dengan seseorang. Karena masih ada waktu, d

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 657

    Henry langsung bersemangat. Bukan hanya memasukkan patung tanah liat ke dalam kotak, tetapi juga memberikan tas kertas sebagai tambahan."Hati-hati di jalan! Kapan-kapan mampir lagi ...."Henry melambaikan tangan ke arah punggung Arnold, lalu mendekat ke layar ponsel dengan bangga dan berkata, "Lihat, 'kan? Aku sudah bilang kalau aku jago membuat patung. Kakak tadi jelas sangat menyukainya!"[ Ehem! Sadar sedikit! Yang dia suka itu wanita tadi, bukan patung tanah liatmu! ][ Jadi, cowok tadi diam-diam kembali sendiri untuk membeli patungnya? ][ Aku tebak mereka berdua pasti masih belum mengungkapkan perasaan untuk satu sama lain. ][ Detektif di atas, aku salut padamu! ]....Nadine melihat Arnold kembali dengan sebotol air, tetapi di tangannya ada satu tas tambahan. Dia tidak bisa menahan rasa penasaran. "Itu apa?"Arnold menjawab dengan santai, "Cuma beli sedikit barang sekalian."Nadine tidak berpikir terlalu jauh. Mereka menyeberang dan berjalan menyusuri pusat perbelanjaan di dep

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 656

    "Maaf!""Maaf ya ...."Keduanya berbicara dan mundur pada saat yang sama. Tatapan mereka bertemu. Selain rasa canggung, ada juga sedikit kehangatan yang mulai muncul."Kamu ....""Aku ....""Pak, gimana kalau kamu bicara dulu?"Arnold menunduk sedikit, seperti sedang berpikir atau mungkin ragu. Saat dia mendongak, sepertinya dia sudah mengambil keputusan besar. "Nad, sebenarnya aku ....""Lihat, sudah jadi ...." Suara santai dari pemilik lapak terdengar.Nadine yang wajahnya sudah merah karena malu, merasa seperti diselamatkan. Dia buru-buru menoleh ke arah pemilik lapak. "Secepat ini?""Gimana lagi? Aku memang seberbakat itu." Sambil menanggapi, dia menyodorkan patung tanah liat ke arah Nadine.Nadine hanya melirik sekilas, lalu sudut bibirnya langsung berkedut. Benar saja, tidak boleh berharap terlalu banyak.Patung-patung sebelumnya memang tidak begitu jelas, tetapi setidaknya masih memiliki fitur wajah. Namun, yang ini ....Tidak ada wajah, hanya dua bentuk manusia yang samar, deng

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 655

    Arnold mengamati figur tanah liat itu dengan saksama. Sekilas memang terlihat seperti sosok manusia, tapi bentuknya hanya berupa garis besar yang samar. Bahkan, jika dibilang berbentuk manusia pun rasanya agak dipaksakan.Apalagi tentang detail ekspresi dan gerakannya, tidak ada satu pun yang terlihat! Akhirnya, Arnold mengutarakan pendapatnya dengan jujur. "Hmm ... sepertinya dibuat agak asal-asalan. Aku nggak bisa tebak."Dia melirik ke arah kerajinan lain yang dipajang di lapak itu. Ternyata, semua figur tanah liat di sini memiliki gaya yang sama. Singkatnya, mereka semua jelek. Namun, yang lebih aneh lagi, tidak ada penjual di lapak ini.Di sana hanya ada sebuah tripod dengan sebuah ponsel terpasang di atasnya. Yang lebih mencurigakan lagi, kamera ponsel itu menghadap ke arah mereka.Nadine berpikir sejenak, lalu berkata, "Memang terlihat asal-asalan, tapi kalau dilihat dari sudut ini ... sepertinya agak mirip Cupid, bukan?"Begitu dia selesai berbicara, seseorang tiba-tiba muncul

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 654

    "Sudah makan siang?" tanya Arnold."Belum. Kamu?""Kebetulan, aku juga belum."Tatapan mereka bertemu. Sesuatu yang disebut "kekompakan" perlahan menyelimuti mereka.Dua puluh menit kemudian ....Nadine dan Arnold duduk di sebuah restoran barbeku. Di atas panggangan, lemak dari potongan daging sapi mulai meleleh dan mengeluarkan suara desisan menggoda.Daging yang sedang dipanggang itu berwarna keemasan dengan sedikit bagian yang renyah, menciptakan perpaduan sempurna antara lemak dan daging. Dengan gerakan terampil, Arnold membalikkan daging beberapa kali, memastikan bagian luarnya matang sempurna.Kemudian, dia mengambil selembar selada segar, meletakkan daging di atasnya, membungkusnya dengan rapi, lalu menyodorkannya ke arah Nadine.Nadine yang sedang sibuk membalas pesan di ponselnya, tidak langsung menyadari. Ketika mendongak, dia terkejut sesaat. "Pak Arnold, aku bisa ambil sendiri ...."Namun, Arnold tidak menarik kembali tangannya. "Buka mulut."Nadine terdiam.Arnold terkekeh

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 653

    Nadine bercanda, "Kak, kamu mau berinvestasi di semua proyek laboratorium kami hanya dengan 200 juta? Murah sekali!"Aditya tertawa. "Mana berani aku punya mimpi sebesar itu? Satu proyek saja sudah cukup!"Karena dia sudah berbicara sejauh ini, Nadine akhirnya menerima uang itu.Aditya sendiri tidak pernah menyangka bahwa 200 juta yang dia berikan begitu saja dengan alasan sederhana ini, suatu hari nanti akan membawa keuntungan yang luar biasa besar baginya.....Setelah laboratorium baru mulai beroperasi, laboratorium sementara di Universitas Teknologi dan Bisnis tidak lagi digunakan. Dulu, Moesda berbaik hati meminjamkan tempat itu kepada mereka. Meskipun itu lebih karena koneksi dengan Arnold, Nadine tetap sangat berterima kasih.Oleh karena itu, dia membeli bunga dan buah-buahan pada hari Sabtu, lalu datang langsung untuk mengembalikan kunci laboratorium serta mengungkapkan rasa terima kasihnya.Kantor Moesda berada di lantai tiga gedung administrasi Universitas Teknologi dan Bisni

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status