Share

Bab 94: Diculik

Penulis: Ngolo_Lol
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-13 20:04:08

Melihat Bagas yang turun dari mobil, tanpa banyak bicara Joshi langsung mencengkeram kerah baju pria itu. Hampir saja dia melayangkan bogem mentah ke hidungnya. Namun, seorang wanita berjilbab merah yang ikutan turun dari mobil Bagas, menghentikan aksi Joshi. Tangan polisi itu terhenti di udara dengan pandangan kebingungan pada wanita berjilbab merah tersebut.

"Kamu? Bukannya ...." Joshi menggantung kalimatnya. Dia memandang Bagas dan wanita itu secara bergantian.

"Iya, ini saya? Emang kenapa?" Sang wanita menyolot. Wanita yang tak lain adalah Karin itu merasa gemas melihat Joshi yang datang-datangnya hendak ingin langsung memukul kakaknya Bagas.

"Kamu makai ...."

"Diam! Ini paksaan." Karin membuang muka.

Ada pengajian yang dilakukan di panti asuhan, maka dari itulah Karin mau tidak mau memakai jilbab. Wanita tomboi itu masih sungkan jika harus memakai jilbab. Sebab hal itu menjadikan gaya geraknya terbatas dengan gamis panjang hingga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 95: Aksi Penyelamatan

    Tania mengerjap berkali-kali, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sebuah ruangan yang tampak temaram juga berdebu. Ada banyak barang-barang rusak yang dipenuhi jaring laba-laba memenuhi setiap pojok. Tania mengingat-ingat kejadian sesaat sebelum dia tak sadarkan diri. Saat Tania hendak menjauh dari pria tua bercambang putih itu, seketika dia berucap dan memanggil nama Tania dengan nama panggilan. Yang di mana panggilan tersebut hanya di berikan Fadli padanya. Seketika mata Tania membelalak lebar ketika mengingat pria tua bercambang putih itu membuka cambang dan rambut putihnya. Tania hendak kabur, tetapi dia dihadang oleh Pak Jarot. Lantas, sebuah kain yang sudah ditaburkan obat bius, membekap mulut Tania dari belakang. "Di mana aku?" Tatapan mendelik Tania layangkan ke sekeliling. Dia hendak bangkit, tetapi baru tersadar jika tangannya terikat oleh pegangan kursi kayu, begitu pun juga dengan kakinya yang terikat. Tania terjebak. "Tolong!" Je

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 96: Aksi Penyelamatan ll

    Sebelum moncong senjata api itu di arahkan padanya, Joshi segera menggenggam debu di lantai dan melemparkannya pada Pak Jarot. Alhasil pria tua itu mengerang kesakitan kala debu masuk di matanya. Dia mundur beberapa langkah dan asal menembak di depan. Joshi menghindar dan menjegal kaki pria tua itu, membuat dia tumbang dengan siku sebagai daratan. Lagi-lagi dia mengerang tatkala tulang sikunya menghantam lantai. Patah seketika. "Tidak berguna!" Fadli emosi melihat Pak Jarot yang meringis kesakitan. Dia beralih menatap pistol yang ada di tangan pria tua tersebut. Joshi yang menyadari tatapan Fadli, memilih menendang pistol itu menjauh, karena untuk mengambilnya pakai tangan pasti akan lebih dulu Fadli yang menjangkaunya. Sekarang, pistol itu terlempar ke pojok yang gelap. "Kurang ajar!" Fadli menghampiri Joshi, bersiap untuk menghajarnya. Joshi bangkit dan mundur beberapa langkah, dia melemas-lemaskan badan yang teramat sakit akibat t

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 97: Kritis

    Sirine ambulans memecah keheningan malam, dua brankar diturunkan untuk mengangkat sepasang sejoli itu. Tangan Tania berusaha untuk tetap bertaut pada tangan Joshi yang diangkat terlebih dahulu masuk ke dalam ambulans. "Kamu pasti akan selamat, Polisi Joshi," lirih Tania. "Kamu yang sabar, ya. Joshi pasti selamat," sahut seorang pria dengan kemeja biru langit. Di tengah kekalutan Tania setelah Joshi hilang kesadaran tadi, dia merogoh saku suaminya itu. Segera mencari kontak yang bisa dimintai tolong. Kontak Bagaskara yang menjadi tujuannya untuk meminta tolong atas keadaan yang sedang memimpa mereka. "Terima kasih, Pak Bagas." Setelah mengucapkan hal itu, perlahan-lahan pandangan Tania mulai menggelap. "Apa pun, Tania."Sepasang sejoli itu segera dilarikan ke rumah sakit. Begitu pun juga dengan Pak Jarot, pria tua itu butuh perawatan, tentunya dengan diawasi para polisi. Sementara mayat Fadli segera diurusi kepolisian. Pria i

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 98: Ibu Tania

    Tania langsung mengayunkan kaki cepat dengan perasaan kalut. Meninggalkan Joshi di ruangannya dengan berbagai tanda tanya, tentang apa yang terjadi pada mertuanya itu. Apakah ...? Sesampainya di ambang ruang rawat inap ibunya, Tania mematung di tempat. Matanya sontak berkaca-kaca seiring debaran yang perlahan melambat. Dia sampai tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. "Ma-Mamah ...." Air mata Tania luruh seketika."Ibu Anda sud---""Mamah!" Tania langsung menghambur di pelukan malaikat tak bersayapnya itu, menumpahkan segala kerinduan selama ini. Memberi kecupan di pipi berkali-kali. "Ibu Anda sudah siuman. Selamat, yah." Sang perawat melanjutkan kalimatnya seraya menitikan air mata. Merasa terbawa perasaan dengan kasih cinta Tania pada ibunya. Bu Rania--ibunya sendiri ikutan tersenyum tipis dengan lelehan air mata, melihat putrinya yang menangis tersedu-sedu di pelukannya. Dia hanya bisa mengusap pucuk kepala Tania dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 99: Polisi Mesum

    Tania tiba-tiba merasakan punggungnya terhimpit oleh sesuatu, lantas sebuah lengan kekar melingkar di atasnya. Jantung wanita itu pun makin berdebar kencang, berlarian seperti sedang lomba lari. Tania berusaha tidak menghiraukan perilaku Joshi, dia memilih menutup mata dan berusaha tidur. "Dingin." Ucapan Joshi membuat Tania membuka mata. Dia berbalik menghadap suaminya. Joshi menatap Tania lekat, memerhatikan wajah natural istrinya yang tanpa sepoles make-up pun. Mata bulat bening Tania menjadi titik fokus petugas kepolisian itu. "Cantik," komentarnya. "Kamu belum tidur?" Tania bertanya seraya bangun. Melihat suaminya tidak membungkus tubuhnya pakai selimut. Pantas saja dingin. Joshi tidak menjawab pertanyaan istrinya. Dia hanya menatap Tania yang sedang menarik selimut untuk membungkus tubuhnya sampai ke batas pinggang. "Masih dingin." Ucapan Joshi membuat Tania menarik lagi selimut itu hingga ke batas dada. "Masih dingin juga." Tania kembali menarik selimut hingga ke batas le

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 100: Bu Rasti Kabur

    Kebakaran terjadi di kantor polisi yang di mana tempat ibunya Alina ditahan. Masih belum diketahui apa penyebab kebakaran tersebut. Dugaan sementara ialah, kemungkinan diakibatkan oleh puntung rokok yang dibuang sembarangan tanpa mematikan baranya terlebih dahulu. Di kegelapan malam, para polisi berlalu lalang dengan cepat, menelepon ambulans dan pemadam kebakaran untuk segera datang. Kantor kepolisian dipenuhi asap yang membumbung tinggi. Si raja merah melahap apa saja yang dia dapat. Para tahanan segera dimasukan ke mobil, hendak dipindahkan ke kantor polisi lain. Sayang, panasnya keadaan membuat polisi sedikit lengah. Hal itu langsung dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh Bu Sarti. Ketika polisi sedang membawanya ke mobil, melihat polisi itu mengucek matanya akibat paparan asap, Bu Sarti langsung menggigit lengan si polisi dan langsung kabur dari tempat tersebut. "Berhenti!" teriak si polisi seraya mengejar Bu Sarti.Wanita itu tidak mende

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 101: Makan Malam Istimewa

    Tania melirik Joshi sekilas. Petugas kepolisian itu melihat jelas pipi sang istri kemerah-merahan. Membuat dia mengulum senyum. Lelahnya seharian bekerja seketika hilang melihat senyum manis yang melelehkan jiwa itu. Joshi menyandarkan punggungnya ke dinding seraya melihat Tania menuju ke meja makan. "Kamu mau makan? Aku panaskan dulu makanannya, yah?"Joshi hanya mengedikan kedua alisnya sambil melipat tangan di dada. Matanya fokus mengejar Tania yang sedang sibuk menyiapkan piring, makanan, juga minuman untuk dirinya. Sesekali Tania menyibak rambut panjang bergelombangnya ke belakang, lalu melemparkan senyum manis pada Joshi. "Emm, Mamah mana?" Joshi memecah keheningan. "Sudah tidur dari tadi. Ini sudah larut malam." Tania menjawab sambil meletakan ayam goreng di meja makan. "Kamu beberapa hari ini sibuk sekali di kantor sampai lupa pulang. Apa ada masalah serius?" Mata bulat indah itu menatap Joshi lekat. Joshi tersenyum tipis, lalu mengayunkan kaki mendekat ke Tania, tanpa mel

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 102: Penemuan Mayat Aneh

    Setelah memutuskan panggilan dengan Irul, Joshi langsung menyelesaikan makan malamnya. Lantas, bersiap-siap untuk ke lokasi yang diberitahukan sang bawahan di mana tempat ditemukannya Bu Sarti. "Apa benar, Bu Sarti telah meninggal dunia?" Mata Tania berkaca-kaca mengantar Joshi sampai ke depan pintu. "Saya pastikan dulu mayat tersebut." Joshi mengecup kening Tania. Wanita itu langsung menahan dengan mencekal jaket kulit Joshi. Menahannya agar tidak pergi. "Aku takut," lirih Tania sambil memeluk suaminya. Pikiran Tania melayang dengan semua perilaku Bu Sarti kemarin, di mana Bu Sarti menjadikan mayat putrinya sendiri untuk bahan balas dendam. Membangkitkan, lalu mengisi kebencian pada arwah Alina untuk meneror dirinya. Masih jelas di pikiran Tania di mana dia harus melewati hari-hari berat dengan adanya teror menyeramkan yang selalu mengincar nyawanya. Hal tersebut membuat dia terpikir, bagaimana jika Bu Sarti meninggal, lalu arwahnya gentayang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21

Bab terbaru

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 120: Menjemput Istri di Alam Gaib

    Joshi melajukan mobilnya dengan kencang. Di kirinya, terdapat Pak Arto yang sedang mendiamkan Alisa. Sementara di belakang, terdapat Tania yang terbaring dengan mata terbuka, tetapi tidak terlihat adanya sorot kehidupan di mata indah itu. Tania seperti mayat hidup. Sesekali Joshi menoleh ke belakang, memeriksa keadaan istrinya. Memanggil-manggil 'Tania', agar istrinya itu sadar. Namun, Tania masih terdiam membisu. "Gelang yang dikenakan oleh Tania harus dihancurkan. Gelang itu diisi kekuatan hitam oleh Sarti agar mengikat Tania.""Saya akan minta tolong pada Mbah Aji." Jawaban Joshi membuat Pak Arto mengangguk. Tak butuh waktu lama, mobil jeep Joshi sudah sampai di depan rumah Mbah Aji. Sementara Bu Rania yang mendengar mobil menantunya, langsung membuat dia beranjak dari tempat tidurnya. Dia memang tidak bisa tidur sejak tadi. "Apa yang terjadi pada Tania?" Bu Rania panik melihat Joshi yang menggendong Tania masuk ke rumah Mbah Aji.

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 119: Aksi Penyelamatan

    Terdengar suara seseorang memasuki pekarangan rumah. Joshi dan Pak Arto yang sedang berada di samping rumah menjadi terpatung mendengar suara Bu Sarti yang terbatuk-batuk di depan sana. Joshi segera berlari ke arah belakang rumah, sedangkan Pak Arto mengejar. Namun, kedua orang itu tidak mengeluarkan suara apa pun. Entahlah, mungkin takut didengar oleh wanita iblis itu. Sesampainya di depan pondok yang menguarkan bau kemenyan yang begitu tajam, Pak Arto menahan lengan Joshi. "Pak Joshi, tolong selamatkan cucu saya juga. Istri saya itu sudah dibutakan oleh dendam, dia sudah tidak punya belas kasih walau pada cucunya sendiri." Sorot penuh harap terpancar di mata tua Pak Arto. Joshi hanya mengangguk samar, dia juga tidak yakin kemampuannya sejauh apa. Dia hanya akan berusaha melakukan yang terbaik demi Tania dan calon bayi mereka. Kemungkinan juga sekarang, dia harus berusaha menyelamatkan balita yang begitu dicintai Tania itu. Ya, Joshi juga harus berusah

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 118: Tania atau Alisa

    Joshi melajukan mobilnya, meninggalkan suara Dinda yang menjerit lemah di belakang sana. Entah apa yang telah diperbuat oleh Bu Sarti pada wanita masa lalunya itu, Joshi berusaha agar tidak peduli, walaupun hatinya merasa sesak akan hal itu. Bukan karena masih mencintainya, tetapi karena kemanusiaan. Namun, biar bagaimanapun juga, Joshi harus berusaha menyelamatkan Tania. Dengan kecepatan kilat, mobil jeep Joshi sampai di depan rumah. Dia langsung turun dan berhadapan dengan Mbah Aji. Terlihat pria tua itu sedang berbincang-bincang dengan mertuanya. Joshi turun dari mobil, hanya ingin memastikan Tania sudah datang atau belum. "Kamu dari mana saja? Tania sudah ketemu?" Wajah Bu Rania makin terlihat cemas. Joshi menggeleng, lalu menceritakan tentang apa yang ditemuinya barusan. Bahwa Bu Sarti masih hidup dan kemungkinan besar wanita itulah yang menjadi penyebab hilangnya Tania. Jelas hal itu membuat Bu Rania syok, tidak percaya dengan yang didengarnya.

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 117: Perasaan Bersalah

    Dalam kondisi pandangan yang sedikit memburam, Joshi terperangah menangkap sesosok wajah yang dia pikir telah meninggal dunia. Bu Sarti. Walau wajah wanita itu ada bekas luka yang lumayan besar, tetapi Joshi tahu betul, dia adalah Bu Sarti. Rasa takut langsung menjalar ke tubuh petugas kepolisian itu. Bukan takut dengan dirinya, tetapi takut dengan keselamatan nyawa istri dan calon bayinya. Joshi hendak bangkit bangun dari sofa yang terasa menyesakkan itu, tetapi tubuhnya seolah-olah terkunci oleh sesuatu. Di saat pria itu tadi menatap ke dalam mata sang mantan, Dinda sengaja memerangkap Joshi dengan sebuah mantra yang diajarkan Bu Sarti untuk menjerat pria tersebut. Alhasil, Joshi mau mengikuti langkah Dinda walau terpaksa, dan melupakan misinya yang sedang mencari Tania. Sekarang, petugas kepolisian itu terjebak. "Jangan apa-apakan dia! Aku sudah nggak menginginkan dia lagi." Sambil memegang tubuhnya yang kesakitan akibat berbenturan dengan dinding, Dinda berse

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 116: Jebakan Mantan

    Lelah mencari Tania dengan berlari ke sana kemari, Joshi berinisiatif mencari Tania menggunakan mobil jeep-nya. "Tania belum ditemukan, Nak Joshi?" Ketika mendengar suara mobil jeep menantunya berderu, Bu Rania keluar rumah. Raut khawatir terlihat jelas di wajah tua itu. "Iya, Mah. Saya cari dulu." Joshi menancap gas. "Pergi ke mana anak itu? Cepat sekali hilangnya." Bu Rania meremas punggung tangan sendiri, cemas. Ketika hendak masuk kembali ke rumah, dari kejauhan, Mbah Aji baru saja datang dengan diantar oleh seseorang. Sepertinya pria tua itu baru saja selesai menolong orang. Segera Bu Rania menghampiri pria tua tersebut. "Ada apa, Nak?" tanya Mbah Aji yang melihat jelas raut kecemasan pada Bu Rania. "Tania, Mbah. Dia tiba-tiba saja hilang. Perasaan dia baru saja keluar rumah, tapi tiba-tiba dia menghilang entah kemana." Pandangan wanita itu celingukan ke sama kemari. Menatap tajam pada kegelapan, berharap ada putrinya

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 115: Mimpi Beruntun

    Segera petugas kepolisian itu bangkit berdiri dari lantai. Pintu kamar mereka yang terbuka setengah, membuat Joshi yakin bahwa istrinya pergi keluar. Indra penglihatan Joshi tidak menangkap siapa pun di luar kamar, baik istri ataupun ibu mertuanya. Mendadak rumah sederhana itu sunyi, bahkan sangat sunyi sampai Joshi bisa mendengar detak jantungnya sendiri. "Tania!" Joshi mencoba memanggil nama istrinya, tetapi hanya disahuti oleh gema ruangan. Joshi mencoba mengetuk pintu kamar ibu mertuanya. "Mah, apa Tania ada di dalam?" Ucapan Joshi tidak juga mendapat sahutan dari dalam kamar tersebut. Dia memberanikan diri untuk membuka pintu, dan ternyata kosong. Ibu mertuanya juga tidak ada di dalam rumah. Joshi makin panik, dia mengayunkan langkah menuju keluar rumah. Sementara langit malam yang penuh gerimis langsung menyambut Joshi di luar rumah. Hati pria itu kalut, memikirkan di mana sang istrinya berada. Ditambah dengan mertuanya yang juga ikut menghilang.

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 114: Memelihara Setan?

    Joshi segera menahan tangan tua Mbah Aji, muncul rasa takut yang menggelayuti hatinya. Jangan sampai calon anak mereka dibunuh oleh sosok yang sedang mengendalikan raga istrinya. Namun, Mbah Aji malah melepaskan cekalan tangan Joshi pada tangannya. "Jangan takut dengan mereka. Harusnya mereka yang takut dengan kita. Manusia lebih tinggi kedudukannya daripada setan." Ucapan lembut Mbah Aji sedikit mengurangi kecemasan Joshi. Dia melepaskan tangannya dari tangan tua Mbah Aji. Mundur menjauh sedikit darinya, lalu kembali melantunkan ayat suci Al-Quran sambil menatap dengan hati nelangsa pada Tania. Istrinya terlihat begitu kepanasan dan kesakitan saat ini. "Sakiiiiitt! Hentikan, Pria Tua!" Suara Tania berat, seperti suara pria. "Allah Akbar!"Tubuh Tania perlahan melemas seiring dengan tepisan tangan Mbah Aji ke arahnya. Melihat Tania yang sudah pingsan, gegas Joshi memangku istrinya itu. Sementara Mbah Aji meminta Bu Rania untuk mengamb

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 113: Kerasukan

    Terpaksa Joshi melayangkan tamparan pada Tania. Namun, sebelum tubuh istrinya itu jatuh membentur lantai, segera Joshi tahan. Memeluknya dengan perasaan bersalah. Pisau masih Tania genggam dengan erat walau sudah kehilangan kesadaran. Joshi membuka kepalan tangan istrinya dengan paksa, lalu mengeluarkan pisau tersebut. Melemparkannya menjauh. "Tania, bangun, Tania!" Pipi tembem istrinya, Joshi tepuk-tepuk pelan. Namun, tidak ada respon. Tania telah kehilangan kesadaran. "Ayo, Nak Joshi, angkat bawa ke kamar." Bu Rania berucap setelah degup ketakutan berhasil dia netralkan. Tidak bisa dipungkiri, rasa takut menyerang wanita tua itu, ketika melihat putri dan menantunya saling adu tarik benda tajam. Segera Joshi mengangkat tubuh istrinya tersebut dengan perasaan cemas. Apa-apaan ini, sebelumnya dia menggendong ibu mertuanya yang pingsan, lalu sekarang istrinya juga. Apa yang sebenarnya terjadi di keluarganya, pikiran itu terngiang-ngiang di kepala Joshi. P

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 112: Acara yang Kacau

    Joshi langsung menggendong Bu Rania, membawanya ke kamar. Membaringkan tubuh yang tampak pucat itu di ranjang. Sementara Tania panik sambil mencari-cari minyak kayu putih. Segera dia mengoleskan minyak tersebut ke telapak kaki, tangan, juga ceruk leher ibunya. "Mamah kenapa, sih?" ucap Tania resah sambil mendekatkan botol minyak kayu putih itu ke hidung Bu Rania. Sementara Joshi sendiri, memeriksa seluruh rumah. Mencari-cari apakah ada barang yang hilang atau tidak. Dia menduga kemungkinan mertuanya itu pingsan sebab adanya maling, mengingat pintu rumah tadi yang tidak terkunci. Joshi yang sudah memeriksa seluruh rumah dan tidak menemukan apa pun, beralih ke ruang tamu, tempat di mana mertuanya tadi tergeletak. Namun, dia malah melihat sang mantan di teras. Dinda masih belum pergi dari sekitaran rumah mereka. Mendengar Tania yang berteriak tadi, membuat Dinda penasaran apa yang terjadi. Dia menguping di luar rumah, sampai ketahuan oleh Joshi.

DMCA.com Protection Status