“Sudah siap?” tanya Winda pada Selina.“Sudah! Let’s go!” seru Hanum, bukan Selina. Selina malah fokus mencari sosok Zahrana. Ia penasaran, akankah Zahrana ikut rombongan sekolah ke Jakarta mengingat Zahrana saat ini telah berstatus menjadi istri Aqsa.Terdengar memilukan, tapi Selina masih saja belum sepenuhnya menerima takdir cintanya yang kandas.‘Argh, ngapain aku cari dia,’Sisi baik Selina mengingatkannya. Seketika sisi buruknya tenggelam.Para guru sudah memasuki mobil sekolah dan duduk di tempat masing-masing. Kali ini mereka akan melakukan registrasi dan administrasi lomba secara langsung yang bertempat di salah satu hotel Jakarta.“Kok Bu Zahrana gak ikut ya?” celetuk Hanum mengedarkan pandangannya.“Bu Zahra ijin gak ikut. Nanti pas hari H aja katanya,” sahut Elvira yang duduk dekat supir.“Kenapa gak ikut Bu Selina?” tanya Winda melirik Selina. Ia berpikir Selina tahu tentang Zahrana karena sahabatnya.“Um, aku gak tahu,” jawab Selina berusaha santai.“Masa gak tahu?”Hanu
“Panggil Andra saja, kan sekarang aku adik Teh Nisa. Meskipun lebih tua,” kekehnya.Kiran ikut tersenyum mendengar perkataan Mahendra yang mulai cair dan tak terlihat kaku lagi.“Boleh lah,” sahut Nisa manggut-manggut.“Kami akan honeymoon di villa Lembang saja, menikmati keindahan pemandangan alam yang masih sejuk. Maaf, Alana, saya belum bisa mengajak honeymoon ke luar negeri atau ke luar pulau. Saya masih sibuk di rumah sakit,”Mahendra bicara sembari melirik Alana yang malah membuang muka.Semua orang tahu, Kiran dan Nisa sadar ke dua pengantin baru itu masih canggung level akut. Tak ada pacaran atau taaruf sama sekali. Apalagi rasa cinta benar-benar belum bersemi. Saat ini mungkin fase perkenalan.Usai sarapan Nisa kembali ke kosannya di Cisarua sedangkan Alana mengikuti perintah suaminya, pergi ke Lembang. Mereka tiba di salah satu villa yang berada di dekat danau. Sebuah villa yang diperuntukan untuk pasangan suami istri yang tengah honeymoon.Rumah berdinding kayu dengan peman
Para guru telah melakukan registrasi dan administrasi lomba. Minggu depan mereka akan memboyong peserta lomba pidato. Setelahnya mereka tak langsung pulang. Mumpung masih di kota, mereka memutuskan pergi ke mall untuk belanja dan mencari foodcourt untuk makan siang yang hampir menjelang sore.Mereka pun memilih memasuki area foodcourt terlebih dahulu. Selina berjalan bersisian dengan Winda dan Hanum yang seperti dayang terus membersamai Selina.“Makan apa? Seafood? Junk food?” ucap Hanum sembari terus mengedarkan pandangannya melihat-lihat papan nama yang memperlihatkan menu makanan sepanjang foodcourt.“Seafood!” seru Winda antusias. “Kalau junk food bosen di Cianjur juga udah banyak banget. Kalau seafood aku penasaran apa lebih enak di kota atau di desa,” kekehnya.“Boleh, kita makan seafood,” sahut Selina. “Ada kepiting saus padang di sini terkenal enak,”“Gak, ah, aku lagi bokek, gak mau seafood. Takut dompetku menjerit dan minta tolong!” ucap Hanum terkekeh.“Lah, kamu yang ngasi
Setelah acara ijab qabul sang putra, Ayu sempat collaps karena mengalami henti jantung. Namun dengan takdir Allah, di luar dugaan, ia kembali sadar, denyut jantungnya kembali normal. Seperti sebuah mukjizat, ia bahkan lebih baik. Apalagi setelah melihat putra kesayangannya menikah atas keinginannya. Aqsa tak menolak permintaannya. Hal itu sudah membuktikan bahwa sang anak teramat menyayanginya, bahkan lebih menyayangi ibunya daripada cinta dalam hatinya.Ayu sudah dipindahkan ke ruang operasi karena harus menjalani beberapa operasi kecil setelah sebelumnya menjalani operasi besar yang membuatnya kehilangan banyak darah. Ia juga harus melakukan berbagai macam terapi karena leher dan kakinya patah dan mengharuskannya memakai gip.Zahrana selalu berada di sisi keluarga mertuanya, memberinya support. Sementara itu ke dua orang tuanya pulang lebih dulu ke Cianjur. Zahrana, Shiza, Aqsa dan Gendis bergantian menjaga Ayu. Sesekali menengoknya meskipun ada beberapa perawat yang menjaganya deng
Tak terasa Selina, Winda, Hanum dan Elvira menghabiskan waktu di mall cukup lama. Nyaris lupa waktu. Mereka bahkan menunaikan shalat isya di masjid mall yang terletak di lantai paling atas mengingat akan segera pulang ke Cianjur. Mereka tak berniat menunda waktu shalat. Para guru yang lain sudah pulang terlebih dahulu. Mereka seperti anak kecil yang asik bermain hingga lupa kapan waktu untuk pulang.Selina pergi ke gerai ponsel bersama Elvira, melihat-lihat ponsel model keluaran terbaru dari negeri Gingseng yang lebih canggih. Sementara itu Hanum dan Winda lebih suka berbelanja outfit terbaru. Seperti kebanyakan kaum hawa, Hanum yang cukup berhati-hati menggunakan uangnya akhirnya tergoda juga berbelanja padahal sebelumnya tak ada niatan sama sekali. Ceritanya hanya window shopping malah real shopping. Berbeda dengan lelaki yang memang tak memiliki nafsu berbelanja yang tinggi. Mereka hanya berbelanja jika memang berniat berbelanja.Apalagi para wanita senang mengikuti trend terbaru f
“Mau kemana Mas?”Shiza menghadang jalan Aqsa yang hendak meninggalkan Zahrana seorang diri di kamar hotel.“Ada apa?” tanya Aqsa berwajah datar.“Mas, punya adik perempuan ‘kan? Bagaimana jika apa yang dialami Zahrana itu aku? Adikmu?”Seketika Aqsa terdiam.“Aku sudah mendengar apa yang Mas katakan pada Zahra. Aku tak habis pikir Mas. Bisa-bisanya kamu membahas pernikahan kontrak dengan istri sahmu? Sadarlah Mas! Selina bukan jodohmu,” ucap Shiza dengan penuh penekanan. Saat ini memang benar apa yang ia katakan. Lebih bijak.“Kamu menguping?” Aqsa membuang nafas kasar.“Iya, aku menguping! Mas tahu, apa yang Mas bahas pasti melukai hati Zahrana. Aku saja sebagai adikmu merasa sakit mendengarnya, karena aku juga perempuan,” ucap Shiza dengan jengah. “Ini! Form reservasi villa untuk bulan madu kalian! Aku sudah mengurusnya, semuanya. Tinggal berangkat!”Shiza menaruh kertas form reservasi itu dan mengepalkannya pada tangan sang kakak.“Apa maksudmu bulan madu? Bagaimana bisa Mas mela
Lelaki itu mendecak sebal. “Lemah sekali! Hanya sekali tamparan saja sudah pingsan. Padahal aku ingin menikmati dirinya saat kamu sadar. Bagaimana kamu bisa merasakan tubuhku di dalam dirimu,”Ia mengusap dagunya.Lelaki itu menelepon orang suruhannya lagi.“Bawa dia ke cottage sekarang!”Ia berjalan meninggalkan Selina seorang diri di dalam mobilnya.Orang suruhannya yang ternyata berada di belakang mobilnya, langsung menghampirinya. Dua orang lelaki berpakaian hitam. Yang satu berkulit coklat terang dan yang satu lagi berkulit coklat busuk. Perkiraan usia mereka sekitar tiga puluhan.“Siap Bos!”Mereka berusaha membawa Selina dari dalam mobil. Selina yang baru saja sadar setelah syok hingga membuatnya pingsan langsung berteriak lagi.“Tolong!” jeritnya. “Lepasin!”Salah satu orang suruhan lelaki itu membekap mulutnya, mengikat matanya dengan kain dan yang lain mengunci tangannya ke belakang. Mereka menyeret Selina menuju cottage, penginapan.Bugh,Terdengar suara seseorang menyerang
118.Mahendra panik. Ia terlalu fokus dengan dirinya sehingga mengabaikan Alana yang jelas-jelas kedinginan karena terserang hipotermia. Ia langsung menangkap tubuh Alana bahkan sampai melemparkan surat kontrak itu entah kemana. Tak peduli dengan secarik kertas itu. Yang ia pedulikan kini apa yang berada di hadapannya. Lalu mau tak mau ia membuka pakaiannya dengan sedikit memaksa. Perlahan ia melepaskan tanktopnya lalu celana pendeknya dan semua yang melekat.Ada desir aneh yang merambat melihat sosok istri kecilnya. Gadis itu terlihat imut dan menggemaskan. Maklumlah ia lelaki normal. Namun sedetik kemudian ia menyangkal lagi, Alana istrinya tetapi tetap menurutnya ia adalah orang lain. Um, ia menganggapnya seperti orang asing.Alana tak menolak sama sekali. Ia benar-benar kedinginan dan sudah pasrah. Suhu tubuhnya di bawah tiga puluh lima derajat celcius. Sangat dingin hingga wajahnya tampak pucat. Mahendra membopongnya ke atas ranjang dan menyelimutinya dengan selimut tebal sehingg
Sebulan kemudian Hari paling bahagia telah tiba. Pernikahan Dave dan Selina berlangsung meriah, dilaksanakan di sebuah resort milik Meliani di mana memiliki konsep nature atau alam. Selina sangat menyukai pemandangan alam sehingga dia memilih mengadakan acara walimah dan resepsi di ruangan outdoor atau terbuka. Ada banyak pepohonan pinus yang rimbun dan hijau. Dekorasi didominasi warna putih dengan aneka bunga mawar warna-warni di mana-mana. Sebuah lantunan sholawat syahdu dan merdu terdengar. Acara ijab qabul dilaksanakan terpisah. Hanya dihadiri oleh penghulu, calon mempelai lelaki Davendra Diraya,wali Selina yang tak lain Rayyan Sanjaya, saksi yaitu Ustaz Bashor dan Adam serta kerabat. “Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Hafla Selina Almaqhvira binti Rayyan Sanjaya Alal Mahril wa madzkuur ala radhiitu bihi wallahu waliyyu taufiq,” Dave mengucapkan kalimat ijab kabul dalam bahasa Arab dengan lantang. Dia mengucapkan puji syukur karena lancar membaca ijab qabul. Terlihat dia begitu bah
Selina memasukkan surat tersebut ke dalam amplopnya lagi. Selepas sekolah dia meremas surat tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah. Tidak ada waktu meladeninya.Jika Selina mau membuktikan foto tersebut dia hanya perlu meminta bantuan Dave dan Arman. Dave akan menjelaskan soal foto-foto tersebut dengan lebih gamlang. Mungkin di resort milik ibunya Dave ada CCTV yang akan menampilkan sosok orang yang diam-diam menguntitnya dan mencuri foto dirinya dengan angle yang menyudutkan posisi Selina.Adapun Arman akan menjelaskan soal foto dirinya saat keluar dari dokter kandungan. Selina hanya mengantar Nunik Nirmala dan Arman mengetahui hal tersebut.Selina merasa tidak terima perlakuan Ummi Sarah yang seolah meragukannya. Hatinya perih saat diinterogasi olehnya. Jalan yang terbaik adalah Selina ingin keluar dari kehidupan ke dua orang tua asuhnya dan menjalani kehidupannya sendiri. Dia tak ingin menjadi beban keluarga apalagi mereka adalah keluarga agamis.Sudah beberapa hari Selina tin
“Tentu saja Dokter. Saya akan memberi restu. Andra sudah menceritakan segalanya. Saya ingin Anda menjaganya dan menyayanginya dengan tulus. Saya merasa menyesal karena terlambat mengetahuinya. Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini hukuman dunia bagi saya karena telah menyia-nyiakan orang yang mencintai saya dengan tulus,”Rayyan menunduk lesu.“Sabar ya Pak Rayyan, Anda sudah bertindak benar. Menyadari kesalahan dan ingin memperbaikinya. Yang terpenting sudah berusaha.”“Kamu masih muda, terlihat dewasa cara berpikirnya,”Dave menaikkan alisnya sebelah. “Masih muda? Yang benar saja Pak. Saya sudah kepala tiga,”Beberapa orang sering mengatakan hal serupa.“Serius?”“Iya, covernya saja terlihat dua puluh,”Akhirnya ke dua pemuda tampan yang berbeda usia tersebut tertawa bersama untuk pertama kalinya. Mereka berjalan beriringan keluar dari lobi apartemen sembari terus berbincang.“Ngomong-ngomong, apa hubungan Pak Rayyan dengan Andra?”“Andra anak teman saya, Darius. Saya, Darius dan Di
Mahendra mengunjungi Dave di apartemennya. Dia ingin mempertemukan seseorang padanya.“Seseorang ingin bertemu denganmu,” ucap Mahendra merangkul pundak sahabatnya.“Siapa? Sejak kapan kamu bikin penasaran,”“Ayah kandung Selina,” bisik Mahendra ke telinga Dave. Dave terkejut sekali mendengar perkataan temannya. “Bela-belain langsung terbang dari Singapura. Padahal kakinya masih sakit akibat kecelakaan.”“Jangan bercanda, Andra!”Dave tertawa renyah.“Kalian bisa mengobrol empat mata,”“Baiklah,”Dave melirik sekilas pada lelaki paruh baya yang sangat tampan di belakang Mahendra. Dia berjalan dengan langkah lamban seperti tengah kesakitan. Dave mengulurkan tangannya terlebih dahulu padanya dan memperkenalkan diri.“Saya Davendra Diraya. Biasa dipanggil Dave,” ucap Dave dengan menampilkan senyum terbaiknya.“Saya Rayyan Sanjaya,” ucapnya dengan penuh wibawa.Dave seketika tertegun melihat penampilan Rayyan dan cara bicaranya. Dia bukan lelaki biasa. Dari penampilannya saja terlihat ber
Dave merasa bersalah karena telah membuat Selina menunggu kabar darinya. Mendadak, dia memiliki urusan penting di mana dia harus menangani pasien yang ternyata salah satu karyawan sang ibu-yang tengah berusaha mengakhiri hidupnya akibat depresi dengan meloncat dari rooftop gedung. Dengan kemampuannya Dave berhasil membujuk karyawan tersebut untuk mengurungkan niatnya. Padahal masalahnya sepele. Lelaki yang baru berusia dua puluh lima tahun itu baru saja memergoki kekasihnya selingkuh.Setelah semua masalahnya usai, Dave langsung memencet nomor Selina. Namun Selina tidak mengangkat teleponnya sebab dia tidak mengaktifkannya.‘Pasti my Selin marah,’ gumamnya.Tak menyerah, kali ini Dave benar-benar nekad. Dia mengirim voice note.[Assalamualaikum Sel, maaf aku baru bisa menghubungimu sebab ada urusan yang harus aku selesaikan.Sel, maaf, aku tak bisa bertemu apalagi berbincang denganmu langsung. Suatu hal yang sulit sebab aku tahu kamu begitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Maaf, aku
“Ummi, ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Rois.“Tidak ada, makasih Kang! Tolong jangan sampe bocor ya!” Sekali lagi Ummi Sarah menegaskan. Dia masih tidak percaya dengan foto-foto yang menampilkan wajah putri cantiknya.“Iya, Ummi, tenang aja. Seperti yang Ustaz katakan, jika kita menutup aib orang lain kelak di akhirat Allah akan menutup aib kita, Ummi,” ucapnya dengan begitu sopan.“Masyaallah, betul Kang,”Ummi Sarah kagum dengan respon Rois tersebut. Sempat terpikir ingin menjodohkan Selina dengan pemuda itu tetapi usianya jauh di bawah Selina.Selepas ashar, Ummi Sarah langsung menghampiri Selina yang baru saja pulang mengajar. Selina terlihat sudah mandi dan tengah duduk seperti biasa di meja belajar sembari memainkan kelopak bunga mawar warna-warni dalam vas bunga kaca.“Ummi boleh masuk?” ujar Ummi Sarah di ambang pintu kamarnya.“Ya,” jawab Selina singkat.“Ummi ingin bicara denganmu,”“Ya, bicaralah!” “Ummi percaya padamu. Tapi Ummi hanya ingin kamu menjelaskan soal fo
Ummi Sarah menarik nafas dalam setelah melihat foto-foto Selina yang dia peroleh dari tangan Ceu Sari. Dilihatnya lekat-lekat foto tersebut satu per satu. Betul memang foto tersebut foto-foto Selina. Namun lelaki yang bersamanya tidak terlihat wajahnya. Hanya terlihat saja tubuhnya yang menjulang tinggi.“Bagaimana Ummi? Foto itu fitnah bukan?” seru wanita yang melempar foto tersebut ke arahnya. Lalu dia pergi meninggalkan kerumunan.“Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman. Silahkan bubar kalian semua!” seru Ummi Sarah pasrah pada para orang tua santri. Mereka tidak bisa diajak kompromi lagi terlebih adanya foto-foto tersebut yang semakin membuat spekulasi yang di luar kendali. Ummi Sarah langsung melambaikan tangannya pada Rois, menyuruhnya untuk membubarkan mereka setelah membawa anak mereka.Beberapa anak menolak dijemput oleh ke dua orang tua mereka. Bahkan ada yang sampai menangis tak ingin pulang karena sudah betah tinggal di pesantren. Mereka berlarian pada Ummi Sarah, mencium
“Ceu, Ummi mau mendatangi mereka saja,” ucap Ummi Sarah seraya merapikan kerudungnya. Perlahan, Ummi Sarah menggerakan tangannya untuk menarik knop pintu rumah. Saat pintu terbuka tampaklah pemandangan para orang tua murid santri kelas tsanawiyah atau setingkat SMP tengah berkerumun di halaman rumah. Mereka langsung mendelik pada pintu dan menatap Ummi Sarah dengan tatapan yang tajam. “Ummi, saya mau mencabut anak saya dari pondok. Namanya Syamsul Hamid,” seru salah satu ayah santri. “Saya juga mau menjemput anak saya, Putri Annisa Lavina,” “Sebentar, sebentar, mohon maaf Ayah dan Bunda. Mari masuk terlebih dahulu. Kita bicara di dalam,” tawar Ummi Sarah bersikap sopan. Yang benar saja, mereka mengobrol masih di halaman itu pun dalam keadaan berdiri. “Tidak! Kami tidak sudi masuk ke rumah Anda, Ummi,” pekik salah satu orang tua murid yang lain. “Iya, jangan banyak basa-basi! Sudahlah jangan munafik kalau jadi orang! Saya sebagai orang tua murid sangat kecewa pada Ummi dan Ustaz
Sambungan telepon dari Davendra Diraya kembali terdengar di telinga Selina. Gegas, Selina menyambar ponselnya dengan kecepatan sepersekian detik. Terlihat sangat bersemangat. Tanpa ba-bi-bu Dave berucap salam lalu mengatakan maksud pembicaraannya yang tertunda.[Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku … suka sama kamu, Sel! Aku jatuh cinta padamu. Aku ingin melamarmu,] ucap Dave dengan serius.[Apa?]Selina yang mendengar perkataan Dave via telepon benar-benar terkejut. Tak percaya jika memang dokter yang menjelma guardian angel yang selalu menolongnya tersebut menyatakan cinta padanya. Dia mengipasi wajahnya yang bersemu merah beberapa kali.[Maukah kamu menerima cintaku? Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku bersedia menunggu. Jika kamu bersedia, aku akan merasa menjadi seorang lelaki yang paling beruntung di dunia ini. Aku akan melamarmu langsung pada Abahmu, kalau perlu hari ini juga,] katanya begitu bersemangat.[Um … ][Baiklah, kamu pasti syok aku menembakmu melalui sambungan te