Setelah acara ijab qabul sang putra, Ayu sempat collaps karena mengalami henti jantung. Namun dengan takdir Allah, di luar dugaan, ia kembali sadar, denyut jantungnya kembali normal. Seperti sebuah mukjizat, ia bahkan lebih baik. Apalagi setelah melihat putra kesayangannya menikah atas keinginannya. Aqsa tak menolak permintaannya. Hal itu sudah membuktikan bahwa sang anak teramat menyayanginya, bahkan lebih menyayangi ibunya daripada cinta dalam hatinya.Ayu sudah dipindahkan ke ruang operasi karena harus menjalani beberapa operasi kecil setelah sebelumnya menjalani operasi besar yang membuatnya kehilangan banyak darah. Ia juga harus melakukan berbagai macam terapi karena leher dan kakinya patah dan mengharuskannya memakai gip.Zahrana selalu berada di sisi keluarga mertuanya, memberinya support. Sementara itu ke dua orang tuanya pulang lebih dulu ke Cianjur. Zahrana, Shiza, Aqsa dan Gendis bergantian menjaga Ayu. Sesekali menengoknya meskipun ada beberapa perawat yang menjaganya deng
Tak terasa Selina, Winda, Hanum dan Elvira menghabiskan waktu di mall cukup lama. Nyaris lupa waktu. Mereka bahkan menunaikan shalat isya di masjid mall yang terletak di lantai paling atas mengingat akan segera pulang ke Cianjur. Mereka tak berniat menunda waktu shalat. Para guru yang lain sudah pulang terlebih dahulu. Mereka seperti anak kecil yang asik bermain hingga lupa kapan waktu untuk pulang.Selina pergi ke gerai ponsel bersama Elvira, melihat-lihat ponsel model keluaran terbaru dari negeri Gingseng yang lebih canggih. Sementara itu Hanum dan Winda lebih suka berbelanja outfit terbaru. Seperti kebanyakan kaum hawa, Hanum yang cukup berhati-hati menggunakan uangnya akhirnya tergoda juga berbelanja padahal sebelumnya tak ada niatan sama sekali. Ceritanya hanya window shopping malah real shopping. Berbeda dengan lelaki yang memang tak memiliki nafsu berbelanja yang tinggi. Mereka hanya berbelanja jika memang berniat berbelanja.Apalagi para wanita senang mengikuti trend terbaru f
“Mau kemana Mas?”Shiza menghadang jalan Aqsa yang hendak meninggalkan Zahrana seorang diri di kamar hotel.“Ada apa?” tanya Aqsa berwajah datar.“Mas, punya adik perempuan ‘kan? Bagaimana jika apa yang dialami Zahrana itu aku? Adikmu?”Seketika Aqsa terdiam.“Aku sudah mendengar apa yang Mas katakan pada Zahra. Aku tak habis pikir Mas. Bisa-bisanya kamu membahas pernikahan kontrak dengan istri sahmu? Sadarlah Mas! Selina bukan jodohmu,” ucap Shiza dengan penuh penekanan. Saat ini memang benar apa yang ia katakan. Lebih bijak.“Kamu menguping?” Aqsa membuang nafas kasar.“Iya, aku menguping! Mas tahu, apa yang Mas bahas pasti melukai hati Zahrana. Aku saja sebagai adikmu merasa sakit mendengarnya, karena aku juga perempuan,” ucap Shiza dengan jengah. “Ini! Form reservasi villa untuk bulan madu kalian! Aku sudah mengurusnya, semuanya. Tinggal berangkat!”Shiza menaruh kertas form reservasi itu dan mengepalkannya pada tangan sang kakak.“Apa maksudmu bulan madu? Bagaimana bisa Mas mela
Lelaki itu mendecak sebal. “Lemah sekali! Hanya sekali tamparan saja sudah pingsan. Padahal aku ingin menikmati dirinya saat kamu sadar. Bagaimana kamu bisa merasakan tubuhku di dalam dirimu,”Ia mengusap dagunya.Lelaki itu menelepon orang suruhannya lagi.“Bawa dia ke cottage sekarang!”Ia berjalan meninggalkan Selina seorang diri di dalam mobilnya.Orang suruhannya yang ternyata berada di belakang mobilnya, langsung menghampirinya. Dua orang lelaki berpakaian hitam. Yang satu berkulit coklat terang dan yang satu lagi berkulit coklat busuk. Perkiraan usia mereka sekitar tiga puluhan.“Siap Bos!”Mereka berusaha membawa Selina dari dalam mobil. Selina yang baru saja sadar setelah syok hingga membuatnya pingsan langsung berteriak lagi.“Tolong!” jeritnya. “Lepasin!”Salah satu orang suruhan lelaki itu membekap mulutnya, mengikat matanya dengan kain dan yang lain mengunci tangannya ke belakang. Mereka menyeret Selina menuju cottage, penginapan.Bugh,Terdengar suara seseorang menyerang
118.Mahendra panik. Ia terlalu fokus dengan dirinya sehingga mengabaikan Alana yang jelas-jelas kedinginan karena terserang hipotermia. Ia langsung menangkap tubuh Alana bahkan sampai melemparkan surat kontrak itu entah kemana. Tak peduli dengan secarik kertas itu. Yang ia pedulikan kini apa yang berada di hadapannya. Lalu mau tak mau ia membuka pakaiannya dengan sedikit memaksa. Perlahan ia melepaskan tanktopnya lalu celana pendeknya dan semua yang melekat.Ada desir aneh yang merambat melihat sosok istri kecilnya. Gadis itu terlihat imut dan menggemaskan. Maklumlah ia lelaki normal. Namun sedetik kemudian ia menyangkal lagi, Alana istrinya tetapi tetap menurutnya ia adalah orang lain. Um, ia menganggapnya seperti orang asing.Alana tak menolak sama sekali. Ia benar-benar kedinginan dan sudah pasrah. Suhu tubuhnya di bawah tiga puluh lima derajat celcius. Sangat dingin hingga wajahnya tampak pucat. Mahendra membopongnya ke atas ranjang dan menyelimutinya dengan selimut tebal sehingg
Adam terkekeh mendengar permintaan adiknya.“Emang salah aku minta belajar bela diri?” ucap Selina mendelik pada kakaknya yang terlihat usil.“Nggak salah,” singkat Adam sembari menahan tawa. Lalu ia meraih lemon tea hangat dan meneguknya perlahan.“Kalau kamu serius, ada Teteh santri yang bisa bela diri, silat. Dia bisa mengajarimu dari nol. Kamu juga bisa belajar di lingkungan pesantren,” sahut Ummi Sarah. “Um, Ummi penasaran aja, kenapa tiba-tiba, tak ada angin, tak ada hujan kamu kepengen belajar bela diri? Soalnya setahu Ummi waktu belajar silat kamu hanya sampai jurus dasar sudah berhenti. Pas latihan karate gak jadi karena disuruh berlari dengan kaki telanjang gak mau, pas minta boxing takut ketonjok,” Ummi Sarah tersenyum.“Buat bela diri aja Ummi, Abah. Minimal aku bisa melindungi diriku sendiri. Tanpa bantuan orang lain. Selama ini aku juga selalu merepotkan Aa Adam. Sudah saatnya aku mandiri,”Mendengar permintaan Selina, Ustaz Bashor malah menaruh curiga. Sebenarnya apa y
“Perumahan Elit Cianjur …”Ustaz Bashor mengejanya. “Coba jelaskan ini apa Adam?”Ustaz Bashor mengangkat kertas itu.Tak hanya Ustaz Bashor, Selina pun menunggu jawaban Adam.“Um, anu, Abah, itu rumah. Aku beli rumah setahun yang lalu dan hari ini aku akan melunasinya,” jawab Adam dengan sedikit gugup. “Hasil laba toko,”“Masyaallah! Bagus idemu! Harga rumah dan tanah memang selalu bagus,”Ustaz Bashor menepuk pundaknya lalu seketika melengos pergi meninggalkan Adam dengan segudang tanya.Adam seketika bergeming, ia mengira Ustaz Bashor akan marah. Ternyata Ustaz Bashor terlihat biasa saja mendengar penuturan Adam. Ia pun menghela nafas panjang.‘Syukurlah! Aku belum siap, sumpah! Aku malu banget sama Abah,’ batinnya.Oh ho,Selina pura-pura batuk, menggoda sang kakak. Seperti halnya Ustaz Bashor, ia pun mencekal tangan Adam.“Tunggu! Jelaskan ini apa Mohammad Adam Husain!” katanya menirukan Ustaz Bashor yang ngebas.“Dasar!” sahut Adam merapikan berkas tadi lalu mengusel-usel kepala
Aqsa takut jika Mahendra merasa menang dan terus mendekati Selina apalagi setelah tahu jika dirinya menikah dengan perempuan lain. Padahal Mahendra juga sudah menikah.Aqsa menggeser tubuhnya agar tak terlihat oleh Mahendra sedangkan Mahendra fokus menikmati hidangan, sarapannya yang sederhana, waffle dengan toping buah dan segelas lemon tea dengan madu. Ia tak menambahkan gula karena tengah menjaga pola makan yang sehat.Tak selang lama menu sarapan Aqsa pun tiba. Ia langsung melahap panekuk dan segelas lemon tea dengan madu.“Mas nunggu lama?” tanya Zahrana yang ternyata sudah tiba di sana. Padahal Aqsa berniat menyelesaikan sarapannya secepat mungkin dan pergi dari cafe itu.Oh, hoAqsa terbatuk saat menelan sepotong kecil panekuknya. “Air!”“Ini Mas! Maaf aku ngagetin Mas,” ucap Zahrana sembari menyodorkan air mineral.“Makasih,”“Sama-sama.”“Kenalin, ini teman baruku Mas!” kata Zahrana memperkenalkan seorang gadis muda cantik dengan pakaian kasual.“Halo! Aku Alana,” ucapnya hen