“Selin, apa kamu tak mendengar Mas? Coba kamu ulangi? Apa Adam dianiaya security itu?”Aqsa mendekati Selina. Sangat dekat. Membuat Selina merasa sangat gugup. Zahrana yang berada di sana terbakar api cemburu. Kendatipun cemburu pada yang semu.Cara Aqsa memandang Selina.Cara Aqsa berbicara padanya yang begitu lembut.Membuat percikan cemburu dalam hati Zahrana semakin menyala.“Um, um,” gumam Selina, tak mampu berkata-kata.Sedetik kemudian Aqsa membuang nafas kasar. Lalu ia menarik kesimpulan. Rakha telah melakukan hal yang buruk di matanya. Ia tak bisa terima sikap ayahnya yang semena-mena. Ia akan membicarakan hal itu setelah kondisi ibunya membaik.“Mas, Mbak, Bu Ayu siuman,” ucap perawat keluar dari ruang ICU, menginterupsi perseteruan mereka.“Alhamdulillah,” Semua mengucap syukur.Namun raut wajah perawat itu tampak murung, meskipun ia mengatakan siuman tetapi seperti ada yang disembunyikan.Shiza, Aqsa dan Rakha diperbolehkan masuk lebih dulu dengan mengenakan pakaian khusu
Sontak Aqsa menekan tombol nurse bel lalu dokter dan perawat datang memasuki ruangan itu. Aqsa diminta keluar. Hanya dokter dan perawat yang berada di ruangan itu. Dokter pun memeriksa denyut jantung Ayu yang tiba-tiba menghilang. Monitor di ruangan itu memperlihatkan grafik garis flat. Pertanda tak ada lagi kehidupan.Gegas, mereka melakukan penanganan emergency dengan melakukan kejut listrik menggunakan defibrillator. Beberapa menit kemudian denyut jantung kembali. Ayu masih bisa diselamatkan.Sementara itu Aqsa keluar ruangan dan disambut tangis kembali oleh anggota keluarga yang lain.“Sabar, Aqsa! Doain!” ucap Yusuf pada Aqsa yang terlihat terpuruk. Lalu ia duduk memisahkan diri. Zahrana ingin sekali mendekati suaminya itu. Namun ia belum cukup berani. Semua terasa begitu cepat. Zahrana berdiri di sisi papanya.Rakha terlihat frustrasi. Beberapa kali ia memukul dinding dengan penuh amarah. Tak beda jauh dengannya, Gendis sang adik menangis meraung-raung tak terima kabar tentang k
Selina mencuci muka dan berwudhu. Ia berusaha bersabar dan tawadhu, menyerahkan segalanya pada sang kuasa. Barangkali apa yang menimpanya merupakan ujian dariNya agar lebih kuat meskipun ia tak terima. Jatuh hati lalu saat bersamaan patah hati.Ia keluar toilet seolah tidak terjadi apa-apa. Ia pun berpapasan dengan Nisa yang berjalan berlawanan arah. “Sudah Bu? Bagaimana kondisi mamer? Eh, mantan mamer?” tanya Winda dengan mata mengerjap. Semenjak Adam pergi Winda tampak kesal menunggunya. Hanum sudah baikkan. Ia duduk dengan kepala terkulai pada bahu Winda.“Sudah, belum bisa dijenguk sih. Tapi alhamdulillah udah siuman,” sahut Selina, berusaha mengendalikan perasaannya saat ini.“Oh, alhamdulillah kalau gitu,”“Yuk pulang!”“Ayok!” Hanum yang menyahut. “Maaf ya, ngerepotin. Kayaknya aku masuk angin,”“Iya, Bu Han, gak apa-apa. Aku yang mestinya minta maaf soalnya udah ngajak ngaprak,” kekeh Selina seolah tak terjadi apa-apa. Ia pandai menyembunyikan air mata kesedihan.Ngaprak: ja
Selina tiba di pesantren hampir tengah malam. Ia tak berpapasan dengan Adam sama sekali. Rupanya Adam pergi menginap di cipanas ditemani Arman sang asisten. Ia lebih dulu tiba di sana.Selina pun sempat mengantar Hanum dan Winda pulang. Beruntunglah ia tiba di rumah saat umminya sudah tidur pulas sedangkan abahnya belum pulang. Ia jadi tak diomeli karena memilih menyetir sendiri tak dibantu santri.Ia menguak daun pintu kamar lalu menguncinya. Ia memilih duduk bersandar di balik pintu dan tangisan pun tumpah. Tangisan yang sedari ia tahan selama berjam-jam hingga ia ketiduran tanpa sadar. Saat terbangun pun ia langsung mencari foto album. Ia mencari foto Shiza dan melepasnya dari album foto itu.Nafsu menuntunnya untuk menghapus semua kenangan tentangnya. Namun ia cukup bisa mengendalikan emosinya. Ia marah pada Shiza tetapi baginya Shiza adalah sahabat terbaiknya. Ia juga marah pada Zahrana tapi ia bisa apa. Keadaan memaksanya. Cukup Allah tahu isi hatinya bahwa ia tidak marah dan de
“Sudah siap?” tanya Winda pada Selina.“Sudah! Let’s go!” seru Hanum, bukan Selina. Selina malah fokus mencari sosok Zahrana. Ia penasaran, akankah Zahrana ikut rombongan sekolah ke Jakarta mengingat Zahrana saat ini telah berstatus menjadi istri Aqsa.Terdengar memilukan, tapi Selina masih saja belum sepenuhnya menerima takdir cintanya yang kandas.‘Argh, ngapain aku cari dia,’Sisi baik Selina mengingatkannya. Seketika sisi buruknya tenggelam.Para guru sudah memasuki mobil sekolah dan duduk di tempat masing-masing. Kali ini mereka akan melakukan registrasi dan administrasi lomba secara langsung yang bertempat di salah satu hotel Jakarta.“Kok Bu Zahrana gak ikut ya?” celetuk Hanum mengedarkan pandangannya.“Bu Zahra ijin gak ikut. Nanti pas hari H aja katanya,” sahut Elvira yang duduk dekat supir.“Kenapa gak ikut Bu Selina?” tanya Winda melirik Selina. Ia berpikir Selina tahu tentang Zahrana karena sahabatnya.“Um, aku gak tahu,” jawab Selina berusaha santai.“Masa gak tahu?”Hanu
“Panggil Andra saja, kan sekarang aku adik Teh Nisa. Meskipun lebih tua,” kekehnya.Kiran ikut tersenyum mendengar perkataan Mahendra yang mulai cair dan tak terlihat kaku lagi.“Boleh lah,” sahut Nisa manggut-manggut.“Kami akan honeymoon di villa Lembang saja, menikmati keindahan pemandangan alam yang masih sejuk. Maaf, Alana, saya belum bisa mengajak honeymoon ke luar negeri atau ke luar pulau. Saya masih sibuk di rumah sakit,”Mahendra bicara sembari melirik Alana yang malah membuang muka.Semua orang tahu, Kiran dan Nisa sadar ke dua pengantin baru itu masih canggung level akut. Tak ada pacaran atau taaruf sama sekali. Apalagi rasa cinta benar-benar belum bersemi. Saat ini mungkin fase perkenalan.Usai sarapan Nisa kembali ke kosannya di Cisarua sedangkan Alana mengikuti perintah suaminya, pergi ke Lembang. Mereka tiba di salah satu villa yang berada di dekat danau. Sebuah villa yang diperuntukan untuk pasangan suami istri yang tengah honeymoon.Rumah berdinding kayu dengan peman
Para guru telah melakukan registrasi dan administrasi lomba. Minggu depan mereka akan memboyong peserta lomba pidato. Setelahnya mereka tak langsung pulang. Mumpung masih di kota, mereka memutuskan pergi ke mall untuk belanja dan mencari foodcourt untuk makan siang yang hampir menjelang sore.Mereka pun memilih memasuki area foodcourt terlebih dahulu. Selina berjalan bersisian dengan Winda dan Hanum yang seperti dayang terus membersamai Selina.“Makan apa? Seafood? Junk food?” ucap Hanum sembari terus mengedarkan pandangannya melihat-lihat papan nama yang memperlihatkan menu makanan sepanjang foodcourt.“Seafood!” seru Winda antusias. “Kalau junk food bosen di Cianjur juga udah banyak banget. Kalau seafood aku penasaran apa lebih enak di kota atau di desa,” kekehnya.“Boleh, kita makan seafood,” sahut Selina. “Ada kepiting saus padang di sini terkenal enak,”“Gak, ah, aku lagi bokek, gak mau seafood. Takut dompetku menjerit dan minta tolong!” ucap Hanum terkekeh.“Lah, kamu yang ngasi
Setelah acara ijab qabul sang putra, Ayu sempat collaps karena mengalami henti jantung. Namun dengan takdir Allah, di luar dugaan, ia kembali sadar, denyut jantungnya kembali normal. Seperti sebuah mukjizat, ia bahkan lebih baik. Apalagi setelah melihat putra kesayangannya menikah atas keinginannya. Aqsa tak menolak permintaannya. Hal itu sudah membuktikan bahwa sang anak teramat menyayanginya, bahkan lebih menyayangi ibunya daripada cinta dalam hatinya.Ayu sudah dipindahkan ke ruang operasi karena harus menjalani beberapa operasi kecil setelah sebelumnya menjalani operasi besar yang membuatnya kehilangan banyak darah. Ia juga harus melakukan berbagai macam terapi karena leher dan kakinya patah dan mengharuskannya memakai gip.Zahrana selalu berada di sisi keluarga mertuanya, memberinya support. Sementara itu ke dua orang tuanya pulang lebih dulu ke Cianjur. Zahrana, Shiza, Aqsa dan Gendis bergantian menjaga Ayu. Sesekali menengoknya meskipun ada beberapa perawat yang menjaganya deng