Kisah cinta yang tak samaMendengar cerita Arman, mau tak mau Adam memutuskan untuk pulang ke pesantren. Ummi Sarah langsung menyambutnya dengan perasaan sedih, memeriksa seluruh inci tubuhnya apakah ada luka yang tak terlihat dan terlewat meskipun Adam sudah bercerita berkali-kali kalau ia sudah pergi ke dokter chek up. Perutnya pun baik-baik saja.Berbeda dengan Ummi Sarah, tanpa basa-basi Ustaz Bashor pun langsung memanggil Adam ke ruang baca. Di sana ia dinasehati dengan sedikit keras tetapi tidak seperti sebelumnya penuh emosi. Ummi Sarah hanya berdiri menyaksikan dua lelaki yang ia sayangi tengah mengobrol serius. Ia tak berani mengganggu mereka. Setelah percakapan mereka usai, terlihat Adam memeluk abahnya. Ia menyesali perbuatannya. Ustaz Bashor menyuruhnya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Menyelesaikan sesuatu dengan emosi. Sempat berpikir sejenak Ustaz Bashor meminta Adam untuk meminta maaf pada Aqsa karena tingkahnya tetapi ia urungkan mengingat sikap Aqsa yang
“Sah!”Para saksi menjawab serempak.“Bagaimana? Sah? Saksi?” tanya penghulu lagi.“Sah,” jawab semua orang.Mahendra hanya menunduk dengan perasaan yang berkecamuk. Ia memang bersyukur pada akhirnya bisa melepas masa lajangnya. Namun ia juga sedih karena tak menikah dengan gadis pujaannya. Lebih sedih lagi saat tahu jika Selina menolak Aqsa. Ia sendiri mendengarnya langsung. Andai, malam itu ia tak pergi ke Pub.Lain dengan Mahendra, Alana malah diam tergugu. Ia tak merasa senang sama sekali dengan pernikahan itu. Wajahnya datar, tanpa ekspresi apapun.Alasannya, pertama, tentu saja menikah terpaksa karena peristiwa yang ia sendiri tak ingat malam itu. Ke dua ia melangkahi kakaknya yang sangat ia sayangi. Ketiga ia tak dinikahkan oleh ayahnya yang telah meninggal melainkan oleh wali hakim karena saudara ayahnya tak ada. Jauh dari pernikahan impian.Sementara itu Kiran dan Anisa tampak terharu melihat acara prosesi walimah yang sakral. Mereka masih belum rela jika Alana menikah dengan
Di sudut rumah sakit, Shiza yang terpuruk tak henti-hentinya menangis. Menyesali kenapa ia tak menemani mamanya berkendara. Mamanya belum lihai menaklukan kendaraan roda empat. Hanya karena adu mulut membuat suasana tak terkontrol.Yang keliru, Rakha menceritakan pada Ayu soal Aqsa dihajar oleh Adam. Tentu saja Ayu murka mendengarnya. Ia tak mendengar bagian di mana Adam dikeroyok oleh security sebagai pembalasan. Seolah Aqsa yang paling menderita.Dalam keadaan emosi, Ayu membawa kendaraannya sendirian untuk memberi perhitungan pada keluarga Ustaz Bashor. Ia melajukan mercy-nya dengan kecepatan tinggi. Alhasil di luar kendali dan menabrak pembatas jalan sehingga menyebabkannya luka serius.“Mas, bagaimana Mama sekarang? Kenapa dokter tak kunjung memberi kabar?” tanya Shiza dengan mata sembabnya.“Dek, doain aja biar Mama bisa melewati masa kritisnya. Kita pasrahkan semua kepada Allah,” lirih Aqsa lalu memeluk adik kesayangannya.“Kalian bagaimana sih! Sudah tau Mama kalian itu belum
Selina dari sekolah langsung mengajak Winda dan Hanum untuk pergi ke Bandung karena tak mungkin ia pergi ke sana sendirian. Pasti takkan mendapat restu.Winda dan Hanum senang berpergian alias hang out. Tentu senang sekali jika Selina mengajak mereka. Ia akan menyetir sendiri ditemani ditemani mereka.“Ummi, please, boleh ‘kan?”Selina merajuk.“Ya, boleh. Hem, untung Abah sedang keluar. Abah pulangnya malem. Hati-hati bawa mobilnya. Eh gak, kamu gak boleh nyetir, ajak Mamang santri,”“Iya, Ummi,”Selina yang notabene keras kepala, kukuh memilih menyetir mobilnya sendiri dan melajukan mobil abahnya dengan sangat hati-hati.“Asik, besuk mamer,” ucap Winda yang duduk di sebelah Selina.“Apaan sih,” ucap Selina nyengir, tanpa menoleh, fokus berkendara.Tak disangka Selina yang anggun dengan pakaian syari-nya ternyata lihai membawa mobil. Winda semakin kagum pada Selina. “Kok apaan?” cicit Hanum yang berada di kursi belakang. Seperti biasa ia sedang mengemil.“Aku belum siap nikah jadi a
Selina dan ke dua temannya berjalan menuju bagian resepsionis, menanyakan pasien bernama Ayu. Setelah memperoleh informasi Selina berjalan menuju ruang ICU meskipun tak bisa melihatnya langsung, hanya menunggu di luar, di ruang tunggu. Adapun Hanum dan Winda memilih menunggu di lobi rumah sakit. Hanum mendadak masuk angin membuatnya mabuk kendaraan. Sebagai sahabat, Winda menjaganya, mengoleskan kayu putih ke tengkuknya. Terlihat Shiza tengah duduk bersama Zahrana di sebuah bangku besi. Selina hendak berjalan menuju mereka tetapi langkahnya terhenti saat mendengar perawat yang membicarakan kondisi Ayu yang tengah membutuhkan transfusi darah. Kebetulan golongan darah Selina sama dengan golongan darah Ayu, bergolongan darah B rhesus positif. Ia lantas menawarkan diri untuk menjadi pendonor tanpa sepengetahuan siapapun. Selina ingin membalas kebaikan yang dilakukan Shiza pada Adam tempo dulu saat Adam mengalami cedera.“Teh, makasih ya! Mudah-mudahan bisa terselamatkan Bu Ayu. Soalnya m
“Selin, apa kamu tak mendengar Mas? Coba kamu ulangi? Apa Adam dianiaya security itu?”Aqsa mendekati Selina. Sangat dekat. Membuat Selina merasa sangat gugup. Zahrana yang berada di sana terbakar api cemburu. Kendatipun cemburu pada yang semu.Cara Aqsa memandang Selina.Cara Aqsa berbicara padanya yang begitu lembut.Membuat percikan cemburu dalam hati Zahrana semakin menyala.“Um, um,” gumam Selina, tak mampu berkata-kata.Sedetik kemudian Aqsa membuang nafas kasar. Lalu ia menarik kesimpulan. Rakha telah melakukan hal yang buruk di matanya. Ia tak bisa terima sikap ayahnya yang semena-mena. Ia akan membicarakan hal itu setelah kondisi ibunya membaik.“Mas, Mbak, Bu Ayu siuman,” ucap perawat keluar dari ruang ICU, menginterupsi perseteruan mereka.“Alhamdulillah,” Semua mengucap syukur.Namun raut wajah perawat itu tampak murung, meskipun ia mengatakan siuman tetapi seperti ada yang disembunyikan.Shiza, Aqsa dan Rakha diperbolehkan masuk lebih dulu dengan mengenakan pakaian khusu
Sontak Aqsa menekan tombol nurse bel lalu dokter dan perawat datang memasuki ruangan itu. Aqsa diminta keluar. Hanya dokter dan perawat yang berada di ruangan itu. Dokter pun memeriksa denyut jantung Ayu yang tiba-tiba menghilang. Monitor di ruangan itu memperlihatkan grafik garis flat. Pertanda tak ada lagi kehidupan.Gegas, mereka melakukan penanganan emergency dengan melakukan kejut listrik menggunakan defibrillator. Beberapa menit kemudian denyut jantung kembali. Ayu masih bisa diselamatkan.Sementara itu Aqsa keluar ruangan dan disambut tangis kembali oleh anggota keluarga yang lain.“Sabar, Aqsa! Doain!” ucap Yusuf pada Aqsa yang terlihat terpuruk. Lalu ia duduk memisahkan diri. Zahrana ingin sekali mendekati suaminya itu. Namun ia belum cukup berani. Semua terasa begitu cepat. Zahrana berdiri di sisi papanya.Rakha terlihat frustrasi. Beberapa kali ia memukul dinding dengan penuh amarah. Tak beda jauh dengannya, Gendis sang adik menangis meraung-raung tak terima kabar tentang k
Selina mencuci muka dan berwudhu. Ia berusaha bersabar dan tawadhu, menyerahkan segalanya pada sang kuasa. Barangkali apa yang menimpanya merupakan ujian dariNya agar lebih kuat meskipun ia tak terima. Jatuh hati lalu saat bersamaan patah hati.Ia keluar toilet seolah tidak terjadi apa-apa. Ia pun berpapasan dengan Nisa yang berjalan berlawanan arah. “Sudah Bu? Bagaimana kondisi mamer? Eh, mantan mamer?” tanya Winda dengan mata mengerjap. Semenjak Adam pergi Winda tampak kesal menunggunya. Hanum sudah baikkan. Ia duduk dengan kepala terkulai pada bahu Winda.“Sudah, belum bisa dijenguk sih. Tapi alhamdulillah udah siuman,” sahut Selina, berusaha mengendalikan perasaannya saat ini.“Oh, alhamdulillah kalau gitu,”“Yuk pulang!”“Ayok!” Hanum yang menyahut. “Maaf ya, ngerepotin. Kayaknya aku masuk angin,”“Iya, Bu Han, gak apa-apa. Aku yang mestinya minta maaf soalnya udah ngajak ngaprak,” kekeh Selina seolah tak terjadi apa-apa. Ia pandai menyembunyikan air mata kesedihan.Ngaprak: ja