Alana tercekat saat mendengar suara ghaib yang menuntut sebuah tumbal setelah sekian lama dia menunda untuk menumbalkan Alina."Tumbal? Haruskah aku melakukan lagi?" tanya Alana dengan nada dan wajah ketakutan.Makhluk tak kasat mata itu lalu tiba-tiba keluar dari balik cermin dengan cepat."Jangan pernah mencoba untuk membohongiku, Alana. Kau sudah berjanji akan memberikan diriku tumbal, sekarang aku mengih janji itu."Makhluk ghaib itu terlihat mendekati wajah Alana dan keluar dari cermin itu.Air liur yang menetes pada mulut makhluk ghaib itu tercium bau anyir dari mulut makhluk tak kasat mata itu.Alana menutup kedua matanya dengan wajah ketakutan.Makhluk ghaib itu terus menatap penuh intimidasi, dan tercium bau menyengat pada hembusan nafasnya bau busuk, hingga membuat Alana harus menahan nafasnya.Alana semakin ketakutan, kala makhluk ghaib itu mengitari tubuhnya."A-aku akan menumbalkan Alina untukmu, tapi tunggu waktu yang tepat. Sungguh, aku tidak bisa mengajaknya keluar unt
Semuanya tampak panik dan cemas, ketika mendengar kabar berita yang disampaikan oleh pelayannya, jika saat ini mama Elly tiba-tiba jatuh pingsan di sana."Kau tidak usah cemas, aku akan melihat keadaan mama di rumah, sebaiknya kau bersikap tenang, agar papa tidak curiga dan tidak mencemaskan mama," pesan Arkan sebelum dia pulang."Bang Arkan tolong kabari Azriel ya," ucap Azriel sebelum abangnya pergi"Aku akan mengabarimu secepatnya, aku pulang sekarang." Arkan bergegas pergi meninggalkan ruangan tersebut.Tak menunggu lama, akhirnya mobil Arkan sudah terparkir di sana, segera dia keluar dari dalam mobilnya dan bergegas masuk ke dalam rumahnya.Tampak bi Ratih yang saat itu sangat cemas, sedang berjalan ke arahnya."Den, mari ke kamar Bu Elly," ajak bi Ratih dengan wajah cemasnya.Arkan menganggukkan kepalanya dan bergegas masuk ke dalam kamar mamanya, terlihat di sana ada bi Ina yang saat itu tengah menunggunya.Beberapa saat kemudian, Alana masuk ke dalam untuk mengantarkan makanan
Arkan sepertinya terkejut dengan apa yang dikatakan oleh mamanya saat ini.Sejenak dia pun bertanya pada dirinya saat ini, apakah yang dikatakan oleh mamanya saat ini benar? Ia pun memutuskan untuk mencari tau kebenarannya sendiri nanti."Sebaiknya kau lebih berhati-hati lagi dengan istrimu, Arkan," ucap mama Elly mulai memperingatkan dirinya.Arkan pun menganggukkan kepalanya, saat ini dia tidak mau berspekulasi dini tentang Alana, seperti yang diceritakan oleh mamanya."Sebaiknya mama beristirahat, Arkan tidak mau papa tau jika mama saat ini sedang jatuh pingsan.""Aku baik-baik saja, Arkan. Mungkin Minggu depan, aku mau ruqyah ke ustadz Azzam. Mama dapat referensi dari teman-teman pengajian mama di sana," balasnya dengan tersenyum ke arahnya."Terserah mama, kalau itu menurut mama baik. Arkan akan mengantarkan Mama ruqyah nanti," balas Arkan dengan tersenyum ke arahnya."Di mana Alina?" tanya Mama Elly menatap cemas."Dia masih di kampus, Ma. Mungkin sebentar lagi dia pulang," bala
Arkan tampak sangat cemburu kala melihat istrinya yang saat itu terlihat dekat dengan dosen pembimbingnya."Kamu jangan dekat-dekat sama lelaki lain, Alina. Kamu wanita yang sudah bersuami, kau harus ingat itu," peringat Arkan dengan menatap tegas ke arah Alina.Alina hanya terdiam dan menarik nafasnya dengan panjang ketika Arkan saat ini terlihat mulai cemburu kepada dirinya."Kita pulang sekarang!" ajak Arkan dengan menarik tangan Alina.Alina hanya terdiam dan mengikuti langkah Arkan menuju ke arah mobilnya.Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di depan pintu mobilnya dan tak lama kemudian mereka pun masuk ke dalam mobilnya.Tampak suasana hening di dalam mobil tersebut. Alina yang sedikit kesal dengan sikap suaminya, terlihat tidak mengatakan sepatah kata pun ketika mereka berdua ada di dalam mobil tersebut.Arkan melirik ke arah istrinya yang terlihat merengut memajukan kedua bibirnya ke depan, membuat dirinya harus menepikan kendarannya sejenak."Kenapa denganmu, Alina? Ka
Alana semakin tidak terkendali saat melihat Arkan yang memberikan perhatian lebih kepada Alina membuat dirinya semakin kesal dengan Alina.Alana yang kalap, langsung menarik tangan Arkan hingga Alina akhirnya terjatuh ke bawah.Alina menjerit kesakitan saat itu. Arkan yang melihat Alana melakukan hal itu kepada Alina, dengan cepat langsung mendorong tubuh Alana ke belakang."Alana, cukup! Hentikan tingkah lakumu itu! Kau bisa mencelakakan Alina," geram Arkan dengan menaikkan dua oktav nada bicaranya.Alana tampak tertegun saat mendengar apa yang dikatakan oleh Arkan."Berhentilah untuk cemburu buta. Mengertilah bahwa saat ini Alina tengah mengandung anakku! Jangan merasa kamu istri pertama, kamu bisa seenaknya berbuat seperti itu kepada madumu!" imbuh Arkan lalu segera menggendong tubuh Alina yang saat ini tengah kesakitan.Arkan dengan wajah cemasnya lalu segera membawa Alina menuju ke klinik kandungan dekat rumahnya.Alana hanya bisa menangis di sana sambil menjambaki rambutnya send
Alina terdiam saat mendengar penuturan dari mulut Arkan yang mengatakan hal yang cukup menyakitkan dirinya."Aku tau dan mengerti jika saat ini aku hanyalah seorang madu, Pak," balas Alina dengan menundukkan kepalanya.Arkan seketika terdiam dan merasa bersalah dengan apa yang dia katakan kepada Alina saat itu."Alina maafkan aku, tadi aku hanya ...." Alina memotong ucapan Arkan."Tidak usah meminta maaf, Pak. Aku sadar jika diriku saat ini memang bukanlah sepenuhnya istrimu. Kau hanya perlu rahimku untuk memberikan keturunan darimu dan aku memerlukan uang untuk bisa menutupi ekonomi dan biaya kuliahku," sela Alina dengan menahan air matanya yang tertumpuk pada pelupuk matanya.Arkan tersentak dengan apa yang dikatakan oleh Alina kepada dirinya.Sejurus kemudian, Arkan mencoba untuk meminta maaf kepada dirinya atas apa yang dia katakan itu begitu menyinggung perasaannya yang sensitif karena hormon kehamilannya."Alina, maafkan atas ucapanku tadi. Sungguh aku tidak bermaksud untuk meny
Arkan tampak sangat terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh mamanya."Mama kenapa bilang seperti itu? Alina saat ini tengah istirahat di dalam kamarnya," balas Arkan dengan berubah untuk meyakinkan mamanya."Tidak, Arkan. Tolong antarkan aku ke kamar Alina sekarang juga," balas mama Elly dengan wajah penuh kekhawatiran.Karena mama Elly terus memaksa, membuat Arkan akhirnya menuruti apa yang telah dikatakan oleh mamanya."Baiklah Ma, Arkan akan mengantarkan Mama ke kamar Alina. Mama harus janji akan istirahat setelah bertemu dengan Alina," ucap Arkan dengan menatap wajah mamanya."Mama janji, akan istirahat setelah ini." Mama Elly berusaha untuk meyakinkan Arkan.Arkan kemudian bergegas mengantarkan mamanya menuju ke kamar Alina.Tampak dia mulai memapah tubuh mamanya yang lemas menuju ke kamar Alina.Saat itu terlihat Alana yang bersembunyi dibalik sebuah tembok, tampak terkejut saat melihat suaminya dan mama mertuanya hendak menuju ke arah kamarnya."Sialan, kenapa mereka saa
Arkan tampak bingung dan sedikit tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh mamanya kepada dirinya kali ini.Menjadikan tumbal madunya? Bagaimana bisa dilakukan oleh Alana? Dia bahkan mendukung dirinya menikah lagi sejak kematian Ayana saat itu."Sebaiknya mama jangan menuduh Alana seperti itu sebelum Mama memiliki bukti yang menunjukan bahwa apa yang Mama katakan itu benar, Ma." Arkan sedikit melayangkan protesnya kepada mamanya ketika dia menuduh Alana menjadikan Alina sebagai tumbalnya."Baiklah, aku akan mencari bukti itu Arkan, cukup saja dua menantuku menjadi korban. Aku tidak mau Alina juga menjadi korban nantinya." Mama Elly mempertegas ucapannya saat itu.Alina menatap kesal wajah Arkan yang saat ini terlalu percaya dengan istri tuanya."Sudahlah Ma, tidak perlu repot-repot mencari bukti, sebenarnya Aliana saat ini curiga dengan gudang yang tak terpakai di belakang halaman rumah," sahut Alina dengan menatap wajah Mama Elly yang saat ini sedang menatap dirinya."Apa maksudmu,